Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Pelanggan Cantik

Bab 3 Pelanggan Cantik

Terdapat gerakan dari sebelah Barga. Barga menoleh ke arah di sebelahnya. Barga terkejut melihat seorang pria tidur disampingnya. Saat Barga melihat wajah orang disampingnya, Barga segera mengenali wajah itu. Itu si Rian, temannya yang mengajak dirinya ke klub itu untuk mabuk di sana.

Rian terbangun karena rasa panas dan silau yang menerpa wajahnya. Rian memandang ke sekeliling ruangan itu. Untuk sesaat, dia bingung dan tidak mengenali dimana dia berada. Tapi, sebuah suara membuat dirinya seketika ingat, dia sekarang sadar dimana dirinya kini. Ini adalah kamar kontrakan milik Barga.

"Kau sudah bangun Ga?" Tanya Rian basa-basi.

"Sudah. Lalu apakah kau tidak ingin bangun dari tidurmu?" tanya Barga ketus.

Rian merasa bersalah, saat melihat raut wajah Barga yang berubah marah.

"Maafkan aku Ga. Aku tidak bermaksud seperti itu. Itu semua karena teman-temanku berpikir, bahwa kau sudah terbiasa dengan itu. Sekali lagi, maafkan aku Barga," ucap Rain pelan meminta maaf pada Barga.

"Sudahlah, kita lupakan saja masalah semalam. Sekarang bangun dari tidur malasmu. Bersihkan diri dulu dari sisa semalam," ucap Barga sambil lalu.

"Baiklah, aku mandi lebih dulu. Tapi aku tidak bawa baju ganti," kata Rian dengan kening berkerut bingung.

"Kau bisa memakai pakaianku sementara. Ambil saja mana yang kau sukai" sahut Barga acuh tak acuh.

Rian bangun dan pergi ke kamar mandi milik Barga. Barga sendiri masih mencoba untuk menghilangkan pusing di kepalanya. Hingga Rian selesai mandi, Barga masih merasakan kepalanya yang berdenyut hebat.

"Kau baik-baik saja? Atau ada yang salah dengan dirimu, Barga?" tanya Rian khawatir.

"Tidak apa-apa. Semuanya baik-baik saja. Hanya saja, kepalaku berdeyut keras. Mungkin karena aku mabuk semalam," jawab Barga pelan.

Rian yang tidak tega melihat temannya seperti itu, pergi membeli sesuatu diluar. Dia kembali beberapa saat kemudian.

"Kau bangunlah dulu. Bersihkan tubuhmu, lalu duduk di sini," ucap Rian.

Barga mencoba bangun dari tempat tidurnya. Dengan kepala yang masih berdenyut hebat, dia berusaha untuk pergi ke kamar mandi. Rian segera membantu Barga berdiri dan menuntunnya sampai ke kamar mandi lalu meninggalkan Barga di sana.

Rian menyiapkan sup ayam yang masih panas, serta sebutir aspirin di atas meja. Semua itu untuk mengurangi rasa mabuk Barga semalam. Kini Barga sudah bersih dan rapi, walau masih merasa pusing di kepalanya.

"Duduklah, lalu kita makan dulu. Makan Soup ini, Agar Hangovermu segera berkurang," Rian menyodorkan semangkuk sup ayam panas.

*****

Barga dan Rian pergi bekerja bersama. Mereka berangkat dari kontrakan Barga. Sebenarnya Barga takut jika ada yang melihat, bahwa Rian dan dirinya berangkat bersama. Bukan apa-apa, hanya saja Barga itu orang yang tertutup selama ini.

Mereka sampai di toko pukul setengah sepuluh. Rian dan Barga menunggu di depan toko sambil merokok.

"Selama ini kamu tidak pernah minum ya Ga?" Rian membuka percakapan dengan bertanya pada Barga.

Barga mengangguk, mengiyakan perkataan Rian. Selama ini hidup Barga memang selalu lurus saja. Tidak pernah macam-macam. Barga mencoba untuk tidak menyentuh dunia malam. Tapi setelah merasakan, seperti apa kehidupan malam itu ... Barga seperti ketagihan dan ingin kembali lagi ke sana. Terutama merasakan sensasi sentuhan dari seorang wanita lagi.

"Aku mau tanya sama kamu Rian."

"Tanya apa? Katakan saja. Kalau bisa aku jawab, kalau tidak ya maaf," Rian menjawab dengan sedikit bercanda.

Barga tersenyum mendengar perkataan Rian. Memang selama dirinya bekerja di toko ini, hanya Rian yang berani mendekati dirinya dan mengajak dirinya untuk keluar. Sedangkan yang lain, entah tidak perduli, atau memang tidak berani mendekat pada Barga.

"Semalam, saat aku mabuk. Kamu melihat dompetku jatuh tidak? Soalnya aku cari-cari tidak ada," tanya Barga.

Rian mengerutkan dahinya, mencoba mengingat kejadian semalam. Tapi dia tidak bisa mengingat tentang dompet Barga.

"Tidak. Aku tidak melihat dompet kamu. Apa jatuh saat aku menyeret kamu ke dalam taksi?" kata Rian tidak yakin.

"Oh... ya sudah kalau begitu," kata Barga.

"Memangnya ada berapa uang kamu di dompet? Ada hal berharga di dalamnya?" tanya Rian penasaran.

"Tidak banyak. Tapi kan ada KTP, SIM dan ATM. Males kalau harus mengurus kehilangan di kantor polisi," jawab Barga.

Rian mengangguk paham. Tidak lama, toko itu di buka dari dalam. Bos mereka memang tinggal di sana. Karena ini Ruko, rumah toko. Jadi setiap pagi mereka harus menunggu bos mereka untuk membuka pintu toko dari dalam, sebelum mereka bisa masuk dan membuka toko sepenuhnya. Rian, Barga serta beberapa karyawan lainnya segera masuk dan menata toko.

*****

Saat jam makan siang, toko masih saja rame. Jadi mereka bergilir untuk istirahat. Sekarang giliran Barga yang melayani ditoko. Saat Barga sedang mengambilkan karpet untuk pelanggan, tiba-tiba datang seorang wanita yang sangat cantik ke toko itu. Dia meminta di layani oleh Barga. Melihat penampilan wanita itu yang menjanjikan sebagai pelanggan potensial, bos Barga segera memanggil Barga untuk melayani wanita itu. Barga meninggalkan pekerjaannya dan menuju ke depan toko.

"Kamu layani Nona ini dengan baik. Dia ingin memilih karpet untuk dikamar dia, jadi usahakan untuk tidak mengecewakan Nona cantik ini," perintah bos toko Kepada Barga.

Barga segera melayani Nona itu.

"Silahkan Nona, ikuti saya ke dalam toko. Di sana banyak sekali motif dan corak, serta jenis karpet. Nona bisa memilih yang sesuai dengan selera Nona." Barga berkata sembari membawa wanita itu untuk melihat ke dalam toko.

Di dalam toko, wanita itu bertanya tentang banyak hal pada Barga.

"Kalau yang motif macan seperti ini, apakah akan cocok kalau di taruh di lantai kamarku?" tanya wanita itu.

"Tergantung Nona, kalau kamar Nona ..." Ucapan Barga terpotong oleh wanita itu.

"Ayten Kevser... kau bisa memanggilku Ayten. Mendengarmu memanggil Nona, aku merasa sedikit tidak nyaman. Jadi panggil aku Ayten," sergah wanita yang ternyata adalah Ayten, gadis keturunan Turki- Indonesia.

"Baiklah, Ayten. Anda bisa memilih yang sesuai dengan kepribadian anda sendiri. Silahkan kita ke sebelah sana. Lebih banyak variasi dan motif. Juga ada beberapa yang baru saja datang dari Turki," terang Barga menjelaskan semuanya pada Ayten.

Sedangkan Ayten sendiri tidak terlalu perduli dengan penjelasan Barga tentang karpet. Ayten hanya fokus pada gerakan bibir Barga. Bibir yang membuat Ayten kecanduan. Juga pada tubuh atletis Barga yang mengudang fantasi liar Ayten.

Ayten masih kesal dengan kejadian kemarin malam. Saat dirinya gagal mendapatkan pria di depannya ini. Ayten sangat menginginkan Barga di tempat tidurnya. Dia sudah menahan hasrat itu sejak semalam. Sejak kemesraan mereka terganggu oleh teman Barga. Ayten hampir saja frustasi. Tapi untungnya dia ingat dengan dompet yang sempat diambil olehnya dari pria ini.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel