Bab 2 Ayten Kevser
Bab 2 Ayten Kevser
Seorang gadis cantik dengan kaki jenjangnya yang putih mulus, baru saja turun dari mobil hitam mewahnya. Gadis itu sebenarnya tidak ingin ikut ke tempat ini. Ini karena paksaan dari sahabatnya. Gadis keturuann turki itu memasang wajah cemberut, saat tahu tempat apa ini. Dia pikir temannya itu akan membawa dirimya ke sebuah klub mewah. Tapi ternyata hanya tempat hiburan murahan seperti ini. Dia menatap tajam ke arah temannya itu.
Ayten Kevser, itulah nama dari gadis berdarah turki--Indonesia tersebut. Dia baru saja tiba di Indonesia tadi siang, dan sahabatnya merayu dirinya untuk pergi keluar bersama. Dengan alasan merayakan kepulangan Ayten ke Indonesia. Tapi melihat tempat ini, dirinya merasa ditipu oleh sahabatnya sendiri
Ayolah Ayten. Kita masuk sekarang. Sudah sampai di sini juga, kan sayang kalau tidak masuk kedalam, ajak teman gadis itu kepadanya.
"Kau sengaja bukan? Apa-apaan tempat ini? Bagaimana bisa kau mengajakku ketempat murahan seperti ini!" marah Ayten pada sahabatnya, Joanna.
"Iya aku yang salah. Tapi sudah terlanjur. Dari pada kita pergi begitu saja, lebih baik nikmati dulu sebentar. Siapa tahu saja, ada sesuatu yang menarik di sini," bujuk Joanna.
Ayten mendesah pasrah. Lagipula benar kata Joanna, sudah kepalang basah. Dari pada percuma? lebih baik nikmati saja apa yang ada. Siapa tahu juga, ada pria menarik di sini. Bisa untuk sedikit menghibur Ayten. Melihat Ayten yang akhirnya pasrah, menyerah mengikuti keinginannya, Joanna tersenyum puas. Dia memang sengaja mengajak Ayten ketempat ini.
Keduanya masuk kedalam klub murahan itu. Mereka duduk di kursi depan meja bar. Memesan minuman. Mereka menikmati minuman itu dengan santai. Ayten memandang ke sekeliling ruangan klub itu. Matanya mencari-cari pria yang bisa diajak untuk menghabiskan malam ini bersama. Pandangan matanya jatuh pada pemuda yang terlihat mulai mabuk. Ayten melihat pria itu dipaksa oleh teman-temannya untuk meminum minuman keras. Ayten tidak melepaskan pandangannya pada pria itu. Saat pria itu terlihat mulai mabuk, Ayten berjalan menghampirinya.
Ayten mendekati pria itu dan merayunya. Di mulai dengan mengajak berkenalan, sampai berhasil membawa pria itu ke lantai dansa. Pria bernama Barga itu sudah mabuk, jadi dia tidak sadar saat dirinya dibawa ke lantai dansa oleh ayten. Keduanya kini sudah menari di lantai dansa. Dengan tubuh keduanya yang menempel erat.
Ayten menaruh kedua tangannya di bahu Barga. Dengan tubuh yang menempel erat, setiap kali mereka bergerak, tubuh mereka bergesekan. Dada bidang Barga yang kini terpampang, karena kancing kemejanya sudah terbuka, sering kali menggesek buah dada Ayten yang ranum. Itu membuat mereka berdua merasakan kenikmatan dan mulai menginginkan lebih.
Ayten yang sudah berpengalaman, memulai gerakan lebih dulu. Dia mencium bibir Barga dengan nafsu yang mulai timbul. Melumat bibir itu seperti memakan permen karet. Barga sendiri, awalnya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Namun insting menuntun dirinya untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh Ayten. Tangan Barga yang semula ada di pinggang Ayten, kini sudah berpindah tempat.
Satu tangan berada di tengkuk Ayten, tangan lainnya berpindah dibalik rok Ayten yang pendek. Ayten mendesah nikmat, saat tangan kiri Barga mulai masuk kedalam rok pendeknya dan membelai paha dalam Ayten. Ciuman mereka sendiri semakin intens. Lidah Barga sudah berada di dalam mulut Ayten. Menjelajah dan mengabsen setiap sudut di dalam mulut Ayten. Membelit lidah Ayten dan menariknya keluar. Membuat liur mereka mengalir diantara dagu mereka. Tangan Ayten menekan semakin dalam leher Barga. Membuat Barga menunduk kearah dirinya.
Sementara dirinya semakin menggesek-gesekkan tubuhnya pada tubuh Barga. Jemari Barga menyelinap masuk ke celana dalam Ayten. Menyentuh kewanitaan yang tersembunyi didalamnya. Ayten kembali mendesah nikmat diantara ciuman mereka. Tangan Ayten sendiri meluncur turun kebawah. Kearah depan celana Barga. Menarik turun resleting celana jins itu turun dan memasukkan tangannya kedalam. Tanpa sadar, Barga membawa mereka kesebuah meja terdekat dan mendudukkan Ayten diatasnya. Dengan dirinya berdiri diantara kedua kaki Ayten yang terbuka. Ayten menikmati sensasi saat gundukan dibawah Barga menyetuh kewanitaannya yang terhalang oleh celana dalam mereka. Tangan Barga yang lain meremas buah dada Ayten yang ranum dan ciuman Barga turun ke leher menuju gunung kembar Ayten.
Saat mereka semakin panas dan hampir saja kelepasan di sana, seseorang datang dan merusak momen itu. Rian menarik Barga menjauh. Rian membawa Barga yang mabuk untuk pulang. Dia tidak ingin temannya ini melakukan sesuatu yang akan di sesalinya nanti. Rian sendiri merasa bersalah karena membuat orang sepolos Barga jadi mabuk.
Rian membawa pulang Barga yang sudah mabuk berat. Dia memapah Barga keluar dari klub tersebut. Di depan klub, Rian menyetop taksi dan naik kedalam taksi itu bersama Barga. Didalam taksi, Barga masih saja bergumam tidak jelas tentang wanita yang baru saja menari dengan dirinya di klub tadi. Rian yang mendengar celotehan mabuk Barga hanya menggeleng kepala.
"Aku tidak tahu kalau kau memang sepolos ini Barga. Bagaimana bisa, kau mabuk hanya dengan tiga gelas saja?" kata Rian tidak percaya.
"Dan lebih gilanya lagi, kau benar-benar sangat liar saat mabuk. Itu menakutkan tahu!" seru Rian pada Barga.
Sedangkan Barga tidak mendengar apa yang diucapkan oleh Rian. Dia masih tidak sadarkan diri setelah muntah beberapa kali di luar klub. Rian tertawa sinis melihat kearah Barga.
"Kau bahkan mendapat rejeki nomplok. Mimpi apa kau semalam, hingga bisa menari dan bermesraan dengan perempuan secantik dia? Kau membuatku benar-benar iri Bung," lanjut Rian pelan.
Tidak lama kemudian, mereka sudah sampai di depan kontrakan Barga. Setelah membayar ongkos taksi, Rian membawa turun tubuh Barga yang atletis itu dari taksi, menuju ke kamar Barga. Butuh perjuangan berat bagi Rian, karena ternyata Barga lumayan berat untuk pria seukuran dirinya. Dengan susah payah, akhirnya mereka berhasil sampai di kamar Barga. Rian membanting tubuh Barga di atas kasur. Lalu dirinya menyusul berbaring di sebelah barga. Rian terlalu malas untuk mengganti pakaian dirinya maupun pakaian Barga. Akhirnya keduanya tertidur dengan baju kotor yang dipenuhi bau alkohol dan muntahan.
***
Keesokan paginya, Barga terbangun lebih dulu karena sinar matahari yang menerobos dari jendela yang terbuka tirainya.
"Mungkin aku lupa menutupnya semalam," gumam Barga pelan.
Barga merasakan kepalanya berdenyut sakit dan pandangan matanya berputar-putar, saat mencoba bangun dari tempat tidur. Barga kembali berbaring diatas kasurnya. Memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Barga mencoba untuk mengingat kembali peristiwa semalam. Namun Barga tidak ingat apapun, kecuali dirinya yang terpaksa minum minuman itu karena kalah taruhan dengan temannya Rian. Lalu sesaat ada bayangan tentang dirinya yang bercumbu dengan seorang wanita secantik bidadari.
"Kepalaku benar-benar sakit. Aku tidak menyangka, bahwa rasanya akan seperti di palu kepala ini," gerutu Barga kesal.
Tapi, lagi-lagi kilasan tentang dirinya yang berciuman dengan wanita secantik bidadari itu muncul kembali. Ini membuat Barga sangat berharap untuk bisa bertemu dengan wanita cantik seperti itu di kehidupan nyata.