Bab. 12 Berubah
Seperti sebelumnya, Tuan Adam pulang tiba-tiba. Ia sudah membawa sebuah kejutan besar untuk Sari. Pasti untuk mendapatkan pelayanan yang memuaskan tentunya.
Ketika hendak ke kamar istrinya, Tuan Adam melihat Sari sedang berada di taman. Ia kemudian melangkah pelan, menghampiri wanita itu dari arah belakang.
"Sedang apa?" tanya Tuan Adam sambil memeluk Sari sehingga wanita itu hampir melonjak kaget.
“Tuan sudah pulang?” tanya Sari dengan terkejut.
“Pekerjaanku sudah selesai dan aku sangat merindukanmu,” jawab Tuan Adam dengan senyum yang menggoda. Lelaki itu pun mencoba untuk mencium istrinya.
Sari pun mengelak seraya berseru, “Jangan Tuan! Tidak enak nanti diliat Bi Euis dan penjaga.”
“Biarkan saja! Aku tidak perduli,” ujar Tuan Adam sambil terus mendekatkan wajahnya.
Sari pun perlahan melangkah mundur. Lalu berlari kecil untuk menghindari Tuan Adam yang berusaha untuk menggapainya.
“Auu …” teriak Sari begitu Tuan Adam berhasil meraih tubuh wanita itu.
Sari segera berbalik dan mengalunkan tangannya di leher lelaki itu. Lalu ia pun bertanya, “Apakah Tuan menginginkannya sekarang?”
“Iya,” jawab Tuan adam sambil memperhatikan bibir Sari.
“Nanti malam saja ya!” saran Sari sambil menatap suaminya dengan mesra.
“Aku mau sekarang,” tegas lelaki itu tetap pada keinginnannya.
Setelah berpikir sejenak Sari pun berkata, “Baiklah, tapi ada syarat yang harus Tuan penuhi dulu!”
“Katakan! Kamu mau uang atau perhiasan?” tanya Tuan Adam memberikan Sari pilihan.
Sari kemudian menggeleng dan menjawab, “Bukan itu semua.” Ia segera memasang wajah sedih.
Tuan Adam segera menarik dagu Sari dan berseru, “Katakanlah kamu mau apa?”
“Tapi Tuan harus janji akan mengabulkannya!” jawab Sari sambil menatap penuh harap.
“Baiklah asal tidak melanggar prinsipku,” ujar Tuan Adam kemudian.
“Tuan harus bersikap lembut ketika menyentuhku nanti!" ujar Sari memberitahu syaratnya.
Tuan Adam tampak menggeleng dan berkata, "Aku tidak bisa, kamu tahu kan alasannya. Kenapa baru sekarang keberatan, apa kamu sudah tidak mau melayaniku lagi?" tanya lelaki itu sambil menaikkan satu alisnya.
Sambil memasang wajah sedih, Sari pun menjawab, "Bukan begitu Tuan, tapi aku habis sakit dan belum kuat melayani Tuan yang ...." Sari segera mengigit bibirnya, ia malu untuk mengatakan hal itu.
Tuan Adam tampak tertawa kecil dan berjanji, "Baiklah, demi dirimu akan kucoba." Lelaki itu pun mengelus pipi Sari yang lembut dan mendekatkan kepalanya. Seketika bibir mereka pun terpaut satu sama lain.
"Maaf, saya tidak tahu jika Tuan sudah pulang," ucap Bi Euis ketika melihat adegan itu.
Tuan Adam segera menarik wajahnya dan berkata, "Tidak apa-apa Bi, tolong antarkan sarapan buat kami ke kamarku!" serunya kemudian.
"Baik Tuan," jawab Bi Euis sambil mengangguk. Ia hanya dapat menghela nafas panjang sambil memandangi Sari yang bergelayut manja kepada Tuan Adam.
Sesampai di kamar, Tuan Adam segera
mengeluarkan sesuatu dari balik saku jasnya yaitu sebuah kotak berwarna merah. Ia membukanya perlahan dan mengambil sebuah kalung dengan liontin bermata jamrud hijau.
"Ini untukmu," ujar Tuan Adam lalu memakaikan kalung itu ke leher istrinya.
"Indah sekali, terima kasih Tuan," ucap Sari sambil menyibak rambutnya. Kalung itu pun terlihat indah melingkar di leher Sari. Kemudian wanita itu memeluk suaminya dengan erat.
"Apa kamu menyukainya?" tanya Tuan Adam sambil membalas pelukan istrinya.
"Iya, aku sangat mencintaimu Tuan," jawab Sari sambil mengungkapkan perasaannya dengan tulus.
Tuan Adam hanya terdiam, ia sudah sering mendengar puluhan wanita mengatakan hal itu kepadanya. Jadi kata cinta itu baginya adalah hal yang sudah biasa.
Tidak lama kemudian Bi Euis datang mengantarkan sarapan. Wanita itu segera pergi setelah melirik sekilas melihat Nyonya dan Tuannya yang sedang bercengkrama mesra.
Bi Euis terlihat gelisah, menunggu Sari keluar dari kamar Tuan Adam. Namun, sampai ia mengantar makan siang dan menjelang ashar, Sari tak kunjung juga meninggalkan tempat itu.
Tuan Adam segera menarik dagu Sari dan mencumbu bibir itu dengan rakus. Setelah puas, ia kemudian menyesap leher istrinya dan memberi jejak di sana. Terus kemudian menyelusuri dua buah apel puji dan menggigit kecil puncaknya, sehingga membuat kedua insan itu semakin menggebu.
Tuan Adam semakin berpacu dengan waktu. Tubuh kekarnya tampak bercucuran keringat. Sementara itu Sari lebih banyak diam menikmati setiap sentuhan yang suaminya lakukan.
"Cepatlah sembuh, aku ingin yang lebih dari ini!" seru Tuan Adam ketika mereka baru saja memadu kasih sekali.
"Iya Tuan," jawab Sari sambil memeluk suaminya. Entah mengapa wanita itu merasa nyaman berada dalam dekapan Tuan Adam.
Tiba-tiba ponsel Tuan Adam berdering. Mulanya lelaki itu terlihat acuh, tetapi panggilan masuk itu kembali berbunyi dan terus terulang lagi. Dengan kesal Tuan Adam segera memakai celananya dan meraih handphonenya yang tergeletak di atas meja.
"Hallo," ucap Tuan Adam sambil menjauh dari Sari. Kemudian ia pun terlibat percakapan serius dengan seseorang.
"Tidak!" teriak Tuan Adam dengan amarah yang menggebu. Dengan kesal lelaki itu segera melempar ponselnya ke sembarang tempat.
Sari yang mendengar itu sampai kaget dan takut. Ia segera memakai bajunya kembali. Lalu memberanikan diri untuk mendekat seraya bertanya, "Tuan ada apa?"
"Kamu tidak perlu tahu," jawab Tuan Adam sambil mengepalkan tangannya. Lalu ia pun menoleh ke arah Sari dan menatapnya dengan tajam. "Ikut aku!" ajak lelaki itu sambil menarik istrinya dan membawanya kembali ke atas ranjang.
"Pelan-pelan Tuan," pinta Sari ketika Tuan Adam menghempaskan tubuhnya ke atas kasur.
"Diam! Sekarang layani aku seperti biasanya!" seru Tuan Adam sambil menggauli istrinya kembali dengan kasar.
"Cukup Tuan sakit!" pekik Sari yang tidak siap untuk melayani.
Sari tidak mengerti kenapa Tuan Adam tiba-tiba berubah jadi kasar lagi. Padahal baru saja ia merasakan kelembutan kasih sayang lelaki itu.
"Tahan! aku akan pergi jauh," seru Tuan Adam sambil meneruskan aksinya.
Sari hanya bisa pasrah, ia sudah tidak kuat lagi. Pandangannya pun mulai berkunang dan ketika Tuan Adam sudah puas. Wanita itu pun tidak sadarkan diri di atas tempat tidur.
"Tidurlah! karena aku akan membutuhkan tubuhmu sampai keberangkatanku esok hari!" seru Tuan Adam sambil tersenyum puas.
Hening tidak ada sahutan, sehingga Tuan Adam merasa heran. Tidak mungkin Sari langsung tidur dalam sekejap. Seketika lelaki itu pun menyadari jika Sari telah pingsan.
"Bangun! Sari!" panggil Tuan Adam sambil mengguncangkan bahu istrinya, tetapi wanita itu tidak bergeming sedikit pun.
Dengan segera Tuan Adam mencari ponselnya dan menghubungi Bi Euis.
[Bi, cepat panggil dokter sekarang juga!] seru lelaki itu dengan serius.
[Baik Tuan,] jawab Bi Euis terdengar cemas.
Bi Euis pun segera memanggil seorang dokter. Perasaannya pun jadi tidak enak, ia yakin pasti telah terjadi sesuatu dengan Sari.
BERSAMBUNG