Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Pemilik Akun Rosalinda

Sayangnya waktu itu Melia sudah memiliki kekasih. Kekasih Melia adalah rekan kuliahnya. Mereka sudah berpacaran cukup lama. Kata Melia ketika baru masuk kantor saja, mereka telah berpacaran tiga tahun lamanya.

Melia sebetulnya sosok wanita yang setia. Meski sangat cantik dan menarik, Melia bukan tipe perempuan gampangan yang suka memanfaatkan kecantikannya. Banyak rekan kerja hingga senior di kantor patah hati karena ditolak Melia.

Herdian sesungguhnya yang paling beruntung berhasil mendapatkan Melia. Meski harus melakukan pengorbanan yang luar biasa pria itu seharusnya banyak bersyukur. Ya, Heridan rela bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan kekasih Melia.

Herdian sebetulnya melakukan ini bukan tanpa sebab. Baginya waktu itu mendapatkan Melia adalah sebuah keharusan. Tak apalah meski harus berkorban membesarkan anak di rahim Melia yang bukan merupakan darah dagingnya.

Tapi kini semua berbeda meski tidak ada yang berubah dari diri Melia. Herdian mulai bosan dan ingin merasakan sensasi hubungan suami-istri yang lain dari biasanya. Ia begitu tertantang untuk bisa memiliki istri lagi setelah memiliki Melia.

"Aku tampan dan mapan, jadi mengapa aku tidak bisa memiliki istri lebih dari satu?" batinnya pongah.

Itulah mengapa Herdian begitu bersemangat untuk bisa menakhlukkan wanita muda yang bekerja di bank sebelah kantornya. Meski tak secantik Melia, wanita ini memiliki tubuh sintal dan kulit kuning langsat dengan wajah yang manis.

Jika Melia berwajah oriental dengan kulit putih mulus. Maka kekasih gelap Herdian ini berwajah khas melayu dengan kulit kuning langsat yang bersih. Sungguh sangat bangga Herdian jika bisa memiliki istri yang cantik-cantik begitu.

Apalagi kekasih gelapnya ini suka berpakaian kerja yang mini dan seksi. Sungguh membuat jakun Herdian turun-naik ketika melihat wanita itu. Bahkan liur Herdian serasa menetes, tiap kali kekasih gelapnya ini merajuk sambil memanyunkan bibirnya.

"Sayang! Aku mau sepatu baru yang kemarin waktu kita jalan ke Plasa Indonesia! Beliin ya!" rajuknya ketika mereka sedang berkencan.

"Kan kemarin sudah beli baju, masa baru dua hari sudah minta sepatu?" tolak Herdian halus.

"Sepatu aku rusak, aku belum gajian. Ya udah kalau kamu enggak mau aku enggak mau juga ketemuan!" seru wanita itu mengancam.

Terpaksa Herdian mengalah merogoh koceknya dalam-dalam untuk membelikan sepasang sepatu highheels berwarna hitam dengan harga enam dijit tersebut. Melayanglah sudah uang jatah bayar SPP anak pertama dan kedua Herdian.

Entah mengapa, Herdian selalu ringan saja saat membelanjakan uangnya untuk kekasihnya itu. Meski mereka belum melangkah terlalu jauh dengan check in di hotel. Herdian merasa tak rugi menuruti semua kemauan wanita itu.

Herdian akan merasa bangga jika kekasihnya itu memamerkan barang pemberian Herdian pada teman-temannya, hingga memasang foto barang pemberian itu di sosial media. Ia merasa menjadi pria sangat hebat, saat teman-teman kekasihnya memuji bahkan mengatakan bahwa wanita itu beruntung memiliki Herdian.

[Aku sudah sampai di cafe, kamu di mana?]

Sebuah pesan singkat masuk ke gawai Herdian. Ia memelankan laju mobilnya sambil membaca lalu membalas pesan.

[Otw, Sayang! Tadi ada sedikit ribut sama Melia. Kamu pesan dulu, nanti aku yang bayar.]

Balasnya sambil bergegas memacu mobilnya lebih cepat.

[Tas yang aku mau dibawa? Udah dibeliin?]

Kembali sebuah pesan masuk ke gawai Herdian.

Lelaki itu lagi-lagi memelankan laju mobilnya untuk membalas pesan.

[Siap, Ibu Ratu. Permintaan anda telah saya penuhi.]

Sebelum Herdian kembali mamacu mobilnya, ia melihat kekasih gelapnya itu membalas dengan emoticon bentuk hati dan ciuman yang banyak.

"Ahhh ... kamu memang pintar menyenangkanku Rosalinda Ayamore!" batin Herdian bahagia.

Wanita yang telah duluan tiba di cafe itu kemudian memesan minuman dan cemilan pada pelayan. Ia memesan salad dan minuman dingin. Setelah pelayan itu pergi, wanita itu kemudian memainkan gawai sambil menunggu kekasih prianya.

Sesekali wanita itu berfoto, untuk memasang hasil swafoto pada laman sosial medianya. Satu-dua-tiga ... tak kurang ada dua puluh foto diambilnya dengan berbagai pose. Senyum manis, manyun, pamer gigi, candid, miring, separoh, sok imut, semua sudut pandang foto dicobanya.

Pada aplikasi obrolan hijau di pasangnya salah satu foto manyun, lalu diberi caption : "Menunggumu dengan sabar, Sayang!"

Pada aplikasi sosial media berwarna biru tak lupa dibuatnya status : "Enggak sabar deh menunggu hadiah kejutan dari kamu!"

Seketika akun sosial medianya di aplikasi biru dengan nama Rosalinda Ayamore, dibanjiri komentar netijen.

"Duhhh, nungguin siapa tuh?" ujar salah satu akun bernama Pulgoso.

"Aduh, Beb, kencan terus. Kapan dilamarnya?" tanya aku bernama Feranda. Ahh perempuan ini adalah teman kantornya yang paling julid. Mentang-mentang si Rosalinda Ayamore ini perawan tua, dia selalu menindasnya.

Hampir saja dibalasnya komentar julid itu ketika dilihatnya seorang lelaki gagah, putih dengan wajah menawan tiba di pintu cafe. Aihhh kekasihnya itu memang tampan. Siapa wanita yang tidak tergoda dengan ketampanan Heridan Purnomo?

"Say, ini pesananmu," ujar Herdian sambil bercipika-cipiki pada gundiknya itu. Ia memberikan tas bermerk dua huruf G yang dibelinya tersebut pada wanita itu.

"Awww cantik banget! Makasih ya, Sayangku," ujar wanita itu sambil memeluk tubuh Herdian. Ia lalu mengelus rahang Herdian yang ditumbuhi rambut-rambut halus.

Herdian yang diperlakukan seperti itu menjadi jumawah dan merasa gagah. Ia seolah kesatria yunani yang baru saja menakhlukkan lawannya dalam pertandingan gladiator. Ahh perselingkuhan memang memabukkan!

"Jadi mana hadiah buat aku, sayang?" tanya Herdian pada gundiknya itu dengan sok iyes.

Wanita pemilik akun Rosalinda Ayamore itu lalu memeluk Herdian dan menghadiahi kecupan di pipi kanan-kirinya berkali-kali. Herdian sendiri kesenangan dan meremas pinggang perempuan itu penuh hasrat. Sungguh mereka berdua betul-betul pasangan serasi yang sama-sama tak tahu malu.

Setelah puas bercengkrama mesra, wanita itu sibuk memotret tas bermerek barunya. Ia memotret dari berbagai sudut sehingga tas mahal itu terpampang sempurna lagi paripurna di foto. Lalu dengan cekatan jemari lentik yang ber-menicure rapi itu memposting dan memberi caption pada postingan miliknya.

-Terima kasih, Sayang! Tas barunya cantik.-

"Sudah dong, Sayang. Tas mahalnya aja yang diperhatikan aku enggak!" rajuk Herdian. Ia lalu memanggil pelayan untuk memesan minuman.

Belum sampai pelayan datang, kekasih gelapnya itu mengelus pahanya manja.

"Jangan marah, ada hadiah spesial buat kamu malam ini," kerlingnya manja.

Waduh tak tahan rasanya Herdian menghadapi kekasih gelapnya itu. Hasrat laki-lakinya bergejolak ingin segera menggendong wanita itu ke tempat sepi dan melakukan hal-hal yang tentunya mereka inginkan.

"Pe-pesan a-apa, Pak?" tanya pelayan cafe tersebut dengan tergagap. Mata pelayan itu melotot melihat tingkah kaki Herdian dan kekasih gelapnya di bawah meja sana.

Kaki mereka saling mengapit tumpang tindih. Persis sepert dua orang yang sedang berlatih bela diri dengan bab kuncian kaki.

"Virgin mojito ya! Es batunya yang banyak," pesan Herdian sambil tersenyum menawan. Ya menawan baginya, bagi pelayan itu mungkin memuakkan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel