Di ikuti
Rizal masih berdebat dengan satpam tersebut, ia terus berusaha supaya bisa menemui Pak Bagas, namun satpam itu tetap kukuh tidak mengijinkan Rizal untuk masuk, karena Rizal belum membuat janji dengan Pak Bagas.
‘’Ada apa ini Pak?’’ ucap wanita yang keluar dari dalam mobil dan menghampiri mereka berdua.
‘’Ini Non, orang ini ngenyel terus untuk menemui Pak Bagas, tapi aku sudah melarangnya sebelum membuat janji dulu?’’ balas satpam itu kepada wanita yang cantik tersebut.
‘’Biarkan dia masuk?!’’ wanita itu menyuruh satpam tersebut supaya memperbolehkan Rizal untuk masuk.
‘’Tapi Non?’’ sahut satpam itu sambil cemberut.
‘’Kamu buka gerbangnya dan biarkan dia masuk?!’’ ucap wanita itu lagi menyuruh satpam tersebut untuk membuka gerbang.
‘’Baik Non?’’ balas satpam itu lalu membuka gerbang dan menyuruh Rizal untuk masuk.
Rizal berjalan di belakang wanita itu dan di ikuti oleh satpam tersebut, Rizal di suruh menunggu di ruang tamu, sedangkan wanita itu berjalan memanggil Ayahnya, tak lama kemudian Pak Bagas pun datang menemui Rizal, ‘’ada perlu apa kamu datang menemui saya? Apa ada hal yang penting?’’ ucap Pak Bagas kepada Rizal.
‘’Sebelumnya saya minta maaf telah mengganggu istirahat anda, tapi ini keadaan darurat? Mungkin sangat penting?’’ Rizal lalu menceritakan kejadian dimana pengendara motor yang menabrak pohon dan di kejar-kejar oleh kelompok lain.
‘’Terus dimana Joni sekarang?’’ ucap Pak Bagas bertanya kepada Rizal.
‘’Entahlah Pak aku tidak tahu nasibnya sekarang, karena aku disuruh cepat pergi sebelum kelompok itu datang?’’ jawab Rizal sambil menggelengkan kepalanya.
‘’Mana tas itu?’’ ucap Pak Bagas bertanya lagi kepada Rizal.
‘’Ini Pak?’’ balas Rizal sambil menyodorkan tas tersebut kepada Pak Bagas.
Pak Bagas menerima tas tersebut dan membukanya, ‘’untunglah berkas penting ini masih ada, siapa nama kamu?’’ Pak Bagas menanyakan nama kepada Rizal.
‘’Saya Rizal Pak’’ jawab Rizal mengenalkan diri kepada Pak Bagas.
‘’Terima kasih ya kamu sudah mengantarkan tas ini, tanpa berkas yang ada di dalam tas ini mungkin perusahaan saya akan bangkrut dalam sekejap?’’ Pak Bagas bercerita mengenai perusahaannya kepada Rizal, lelaki itu hanya manggut-manggut mendengarkan cerita dari Pak Bagas tersebut.
‘’Sebagai imbalan terimalah ini?’’ Pak Bagas mengeluarkan amplop berwarna coklat yang berisi uang dan memberikannya kepada Rizal.
‘’Maaf Pak, saya menolong bukan karena uang? Sekali lagi saya minta maaf?’’ balas Rizal sambil mengembalikan amplop coklat tersebut kepada Pak Bagas.
‘’Jaman sekarang masih ada orang baik seperti kamu Zal? Saya salut dan bangga dengan sikap kamu itu Zal, sebagai tanda terima kasih dari saya apa kamu bersedia untuk makan malam bersama kami?’’ ucap Pak Bagas yang bangga dengan sikap Rizal.
‘’Kalau itu sih saya bersedia Pak?’’ jawab Rizal sambil tersenyum ramah kepada Pak Rizal.
Pak Bagas mengajak Rizal ke ruang makan keluarga, berbagai menu makanan lezat sudah tersedia di atas meja, Rizal duduk di samping Putrinya Pak Bagas, wanita yang tadi mengajaknya masuk ketika sedang berdebat dengan satpam.
Mereka semua menikmati hidangan lezat tersebut, Rizal baru kali ini merasakan nikmatnya makan yang lezat, ‘’ayo nambah lagi nak Rizal?’’ ucap Pak Bagas menyuruh Rizal untuk menambah makanannya.
‘’Sudah cukup Pak, ini saja belum habis?’’ balas Rizal sambil tersenyum ramah kepada Pak Bagas.
Wanita di samping Rizal langsung menambahkan nasi kedalam piring lelaki itu, ‘’sudah Non jangan di tambah lagi?’’ ucap Rizal kepada putrinya Pak Bagas tersebut.
Rizal sangat malu kepada Pak Bagas karena dirinya hanya orang miskin yang tidak punya harta benda dan kemewahan, ia hanya golongan bawah, golongan rakyat biasa, namun ia bangga bisa makan bersama dengan pengusaha terkenal di wilayah tersebut.
‘’Ayo dimakan mas jangan bengong terus?’’ ucap Putri anaknya Pak Bagas tersebut.
‘’I..iya Non’’ balas Rizal yang tersadar dari lamunannya, ‘’mana bisa aku menghabiskan makanan sebanyak ini?’’ gumam Rizal dalam hatinya.
‘’Aku bantu makan ya mas?’’ Rizal mendengar suara dari Sinta, lalu ia melirik cincin yang ada di jarinya.
‘’Baiklah ayo kita makan?’’ ucap Rizal dalam hatinya berbicara dengan Sinta yang berada di dalam cincin tersebut.
Putri tersenyum melihat Rizal makan dengan lahap seperti orang kelaparan, ‘’nah gitu dong makan yang banyak biar kuat’’ ucap Putri sambil tersenyum kepada Rizal.
‘’Iya Non’’ balas Rizal sambil mengunyah makanan tersebut.
Pak Bagas pun tersenyum melihat Rizal dengan lahapnya menikmati hidangan tersebut, mereka semua tidak tahu kalau Rizal dan Sinta yang memakan makanan tersebut, selesai makan malam Rizal beristirahat sejenak di ruang tamu di temani Pak Bagas dan Putri.
‘’Put nanti kamu antar Rizal pulang yah?’’ ucap Pak Bagas menyuruh anaknya untuk mengantar Rizal.
‘’Oke Pah’’ jawab Putri sambil tersenyum kepada Ayahnya.
‘’Kalau begitu saya permisi dulu Pak?’’ ucap Rizal pamit kepada Pak Bagas.
‘’Baiklah sekali lagi terima kasih ya atas bantuan kamu?’’ balas Pak Bagas sambil menepuk pundak Rizal.
‘’Iya Pak sama-sama’’ sahut Rizal sambil tersenyum ramah.
‘’Ayo mas aku antar?’’ ucap Putri kepada Rizal, ‘’aku pergi dulu Pah?’’ ucap Putri kepada Ayahnya.
‘’Hati-hati jangan ngebut?’’ balas Pak Bagas menasehati anaknya.
Putri dan Rizal berjalan dan masuk kedalam mobil lalu mereka meninggalkan tempat itu dan melesat jauh menuju ke rumah kontrakannya Rizal, ‘’kamu tinggal dimana mas?’’ ucap Putri kepada Rizal.
‘’Aku tinggal di rumah kontrakan Non?’’ balas Rizal sambi melirik kearah Putri.
‘’Jangan panggil Non dong? Panggil saja aku Putri, kan umur kita gak beda jauh mas?’’ balas Putri sambil menoleh kearah Rizal.
‘’Tapi Non?’’ sahut Rizal lagi. ‘’sudah-sudah jangan panggil Non lagi?’’ balas Putri sambil cemberut kepada Rizal.
‘’Iya Put’’ ucap Rizal memberanikan diri memanggil Putri.
‘’Nah gitu kan lebih enak di dengar?’’ balas Putri lalu tersenyum kepada Rizal, ‘’masih jauh gak mas?’’ ucap Putri bertanya kepada Rizal.
‘’Masih jauh Put, nanti di perempatan belok kanan?’’ balas Rizal memberitahu arah kerumah kontrakannya kepada Putri.
‘’Oke’’ sahut Putri sambil menambah kecepatan mobilnya.
‘’Hati-hati Put? Pelan –pelan saja jangan buru-buru?’’ ucap Rizal menasehati Putri.
‘’Kamu tenang saja mas, aku juara dua di pertandingan balap mobil?’’ balas Putri sambil tersenyum kepada Rizal,
Setelah di perempatan Putri membelokkan mobilnya kearah kanan, mereka berdua mengobrol sambil bercanda di dalam mobil, tanpa mereka sadari dua mobil di belakangnya sedang mengikuti mereka.
‘’Mas ada dua mobil yang sedang mengikuti dari tadi?’’ ucap Sinta yang terdengar di telinganya Rizal.
Rizal menoleh kebelakang dan melihat dua mobil hitam sedang membuntutinya, ‘’Put kamu harus ikuti setiap arahan dari ku?’’ ucap Rizal kepada Putri.
‘’Emangnya ada apa mas?’’ balas Putri penasaran dengan omongannya Rizal.
‘’Coba kamu lihat di kaca spion?’’ sahut Rizal menyuruh Putri untuk melihat kaca spion.
*Bersambung*