05. Keadaan Terbalik
Jing Ling tertawa panjang dengan nada mengejek dan berkata, "Tuan Muda Jing yang terhormat. Seharusnya, sejak awal kau pikirkan terlebih dahulu akibatnya. Kau ini tidak lebih dari seorang pecundang yang tak akan pernah bisa mengalahkan seorang Jing Ling!"
"A--aku masih be--belum kalah darimu, Jing Ling!" Jing Yanxi berusaha keras untuk bangkit dari tindasan adik sepupunya ini. Dia tetaplah seorang anak berhati keras yang tidak akan mau merendah kepada siapa pun juga.
Rupanya, meskipun keadaan bocah lelaki itu sudah cukup mengenaskan. Namun, di dalam tubuh Jing Yanxi masih menyimpan sebuah kekuatan yang mencengangkan. Sebuah geliatan bertenaga besar telah berhasil melepaskan diri dari injakan kaki Jing Ling. Bahkan, lawan yang sedang tidak siap dengan gerakan secara tiba-tiba itu pun menjadi terhuyung hingga terjatuh bergulingan di atas tanah.
"Kamu! Kamu!" Jing Ling menunjuk ke arah Jing Yanxi sambil meringis kesakitan.
Jing Yanxi tertawa terbahak-bahak setelah berhasil menjatuhkan lawannya. Dia lalu mendekati Jing Ling yang masih dalam keadaan duduk di tanah dan secara tiba-tiba Jing Yanxi menendang pinggang Jing Ling hingga jatuh bergulingan. Pekikan dari mulut Jing Ling telah berhasil membuyarkan perhatian Hua Fei yang sedang berkelahi melawan empat orang anak buah Jing Yanxi.
"Adik Liiiing!" Hua Fei berteriak saat melihat Jing Ling jatuh bergulingan di atas tanah.
"Aaahh!"
Hua Fei yang dalam keadaan lengah pun, terkena pukulan tangan kosong pada bagian kepala. Tubuh anak lelaki itu terhuyung-huyung dan hampir terjatuh. Belum lagi hilang rasa pusing yang menyerang kepalanya, Hua Fei kembali mendapatkan sebuah tendangan serampangan dari anak lelaki berbadan tinggi.
"Jatuhkan dia secepatnya!" perintah Jing Yanxi kepada para pengikutnya.
"Siap, Tuan Muda!" Para pengikut Jing Yanxi benar-benar mengeroyok Hua Fei secara brutal. Salah seorang bahkan menggunakan sepotong kayu untuk memukuli tubuh keponakan satu-satunya dari Hua Yan sang ketua Sekte Lembah Berawan.
"Kakak Feeeii!" Jing Ling berteriak dengan suara histeris penuh kemarahan bercampur kepiluan yang dalam, saat menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri kecurangan yang dilakukan oleh Jing Ling dan para anak buahnya. "Yanxiiii! Aku tidak akan melepaskanmu!"
Sekarang, tuan muda itu balik menginjak punggung Jing Ling setelah menendangi saudara sepupunya itu hingga puas. "Dasar sampah! Sampah tetaplah sampah!"
Jing Yanxi lalu tertawa terbahak-bahak sambil berkacak pinggang. Dia merasa sedang berada di atas angin, karena berhasil menjatuhkan anak yang sangat dibencinya ini. Bagi seorang tuan muda dengan watak tinggi hati seperti itu, Jing Ling kelak hanya akan menjadi pesaing berat dalam mendapatkan kekuasaan di Keluarga Jing.
Tentu saja, dia harus menyingkirkan anak dari saudara sepupu sang ayah. Sungguh, sebuah pemikiran yang sebenarnya sangat tidak masuk akal bagi seorang anak seusia Jing Yanxi. Jika bukan karena sebuah hasutan dari seorang yang memiliki sifat licik, tentunya tak akan mungkin bocah lelaki berumur sebelas tahun mempunyai keinginan sekejam itu.
"Berani melawan seorang tuan muda dari Keluarga Jing kami yang terhormat ini! Meskipun kau juga masih memiliki sebagian darah Keluarga Jing, tapi dalam dirimu juga mengalir darah seorang pengkhianat!" Jing Yanxi berjalan mendekat dan kembali menendang tubuh Jing Ling pada bagian perutnya. Tak ayal lagi, muntahan isi dalam lambung bocah lelaki itu menyembur dengan kuat.
"Yan--Yanxi, aku tidak akan melupakan hari ini!" Jing Ling seketika pingsan setelah ucapannya berakhir.
"Baru begitu saja sudah pingsan? Sungguh tidak menyenangkan!" Lagi-lagi Jing Yanxi menyepak kepala Jing Ling dengan ujung sepatunya yang keras dan sedikit runcing. Sungguh, sebuah hal yang sangat tidak pantas untuk seorang bocah yang masih mengenyam masa pendidikan di Akademi Xiwang Xueyuan yang merupakan pusat pembelajaran ternama di wilayah tenggara.
"Kupastikan kalian berdua tidak akan bisa masuk ke kelas lagi setelah ini!" Jing Yanxi tertawa puas melihat pesaingnya tumbang. "Lihat! Aku berhasil mengalahkan si peringkat nomor satu di kelas geladi. Dan juga, si peringkat nomor satu di kelas pengobatan!"
"Dasar sampah! Selamanya kalian hanya akan menjadi kotoran yang tidak berguna!" seru salah seorang anak buah Jing Yanxi dengan sikap congkak.
"Namanya juga sampah, ya tetap saja sampah!" sahut yang lainnya penuh kepuasan.
Mereka bertepuk tangan penuh kemenangan. Para anak buah Jing Yanxi kemudian tertawa terbahak-bahak menyaksikan kedua orang yang mereka aniaya telah terkapar tak berdaya.
Namun, kesenangan mereka ternyata tidak berlangsung lama. Serombongan orang datang dan membuat mereka semua terkejut luar biasa. Kelompok orang-orang ini mengiringi seorang gadis cantik berpakaian serba merah menyala yang terlihat elegan dan anggun.
"Hentikan!" bentak perempuan muda cantik yang datang bersama beberapa pengawal pria dan wanita berseragam hitam bercampur merah. "Kalian semua sudah sangat keterlaluan!"
"Yunxi! Mengapa kau lakukan itu? Pergilah, jangan ikut campur urusan laki-laki!" Jing Yanxi membentak, walau hatinya sangat terkejut saat melihat seorang anak perempuan berwajah cantik, berambut panjang yang dihiasi beberapa buah jepit rambut berbagai bentuk tengah menjadi perisai hidup bagi Hua Fei.
"Kak, kamu sudah sangat keterlaluan!" Jing Yunxi berteriak sambil melindungi tubuh Hua Fei yang baru saja dipukuli oleh anak buah kakak kembarnya. "Aku akan melaporkan kejadian ini pada ayah dan Bibi Yue!"
"Yunxiii! Mengapa kamu malah membela anak-anak yang lebih rendah dari kita?" Jing Yanxi terlihat sangat marah kepada Jing Yunxi adiknya.
"Tentu saja aku akan lebih membela mereka! Perbuatanmu ini sudah sangat di luar batas!" Jing Yunxi menentang sang kakak. Walaupun mereka adalah saudara kembar, tetapi sifat keduanya selalu berlawanan.
"Kalian!" Jing Yunxi menoleh kepada para pengawal yang mengiringinya. "Tangkap mereka semua dan tolonglah Jing Ling adikku itu!"
"Baik, Nona!" Para pengawal wanita menyahut dan segera berhamburan membekuk kawan-kawan Jing Yanxi dan juga menolong Jing Ling yang masih tak sadarkan diri.
"Kalian! Tangkap juga si biang kerusuhan itu!" Gadis cantik itu dengan tegas menunjuk kakaknya.
"Yunxiiii! Aku akan membuat perhitungan denganmu nanti!" Jing Yanxi mendengus marah sambil menunjuk ke wajah adiknya.
Jing Yunxi, gadis cantik yang sedang melindungi Hua Fei tidak tampak gentar. Dia bahkan hanya melirik tajam sembari menyeringai ke arah kakaknya.
"Jangan sentuh aku! Aku bisa jalan sendiri!" Jing Yanxi membentak salah seorang pengawal yang hendak meraih tubuhnya.
"Baiklah, Tuan Muda. Mari!" Pengawal pria itu dengan sikap hormat dalam menghadapi sang tuan muda yang terkenal tinggi hati dan suka memaksakan kehendaknya ini.
"Pulanglah, Kak!" seru Jing Yunxi dengan sorot mata menentang pada saudara yang terlahir terlebih dahulu sebelum dirinya.
"Awas kamu, Yunxiii! Dasar pengganggu!" Jing Yanxi mengepalkan tinjunya ke arah Jing Yunxi dengan geram. Anak lelaki itu berjalan dengan langkah panjang penuh kemarahan, diiringi para pengawal Keluarga Jing meninggalkan tempat perkelahian tersebut. "Aku akan buat perhitungan denganmu nanti!"
"Kakak sendiri tukang pembuat onar! Kamu bisa dikeluarkan dari akademi kalau guru tahu perbuatanmu ini!" Jing Yunxi tidak mau kalah dari sang kakak.
Jing Yanxi semakin marah. "Kamu!"