Bab 5 . Harus Mencoba
Xiao Ho berlari keluar, Robert Gao kembali bersandar di ranjang. Dirinya merasa sangat lemah dan ketika kembali memeriksa luka di tubuhnya, Sang Raja masuk ke dalam kamar.
Robert Gao menatap ke depan dan Sang Raja sudah berdiri di hadapannya. Sang Raja mengeluarkan sebuah botol giok kecil dan menyerahkannya pada Robert Gao.
"Minumlah pil ini! Ini pil medis tingkat lima, akan membantu memulihkan dirimu lebih cepat!" Sang Raja baru tersadar jika putranya tuli, lalu dirinya menarik tangan Robert Gao dan meletakkan botol obat itu ke dalam telapak tangan putranya. Sang Raja mengangkat tangannya ke depan mulut, seakan memberi contoh agar obat itu di makan.
Robert Gao mengangguk, ternyata Sang Raja juga memperhatikan dirinya, lebih tepatnya Jing Quo.
Setelah melihat Robert Gao mengangguk, Sang Raja pun berbalik keluar dari kamar dan bertepatan dengan Xiao Ho yang berjalan masuk ke dalam kamar dengan membawa nampan berisi sarapan.
Xiao Ho langsung bersujud dan meletakkan nampan di lantai, sebagai rakyat jelata Xiao Ho tidak memiliki keberanian menatap Sang Raja. Setelah menunggu beberapa saat, Xiao Ho baru mengangkat kepalanya.
Xiao Ho berdiri dan meletakkan nampan itu di atas meja, lalu berjalan menghampiri Robert Gao.
"Apa itu, Tuan?" Perhatian Xiao Ho tertuju pada botol kecil yang ada digenggamannya.
Robert Gao sendiri tidak yakin, jadi dirinya menyerahkan botol giok itu kepada Xiao Ho. Xiao Ho membuka tutup botol itu dan menuangkan isi botol itu ke atas telapak tangannya. Mata Xiao Ho bersinar penuh takjub, saat melihat apa yang ada di atas telapak tangannya. Itu adalah sebutir pil tingkat lima. Xiao Ho yakin jika Tuannya meminum pil ini, maka Tuan akan segera pulih.
"Apa itu?" tanya Robert Gao. Dirinya jelas melihat tatapan takjub Xiao Ho saat melihat pil itu.
"Ini pil medis tingkat lima. Sangat mahal Tuan, dan hanya Tabib Spiritual tingkat tinggi yang mampu menghasilkan pil seperti ini!" Xiao Ho menyerahkan pil itu kepada dirinya. Lalu, Xiao Ho berjalan ke arah meja dan mengambil cangkir berisi air putih.
"Minumlah pil itu, Tuan! Dan rasakan khasiatnya!" Xiao Ho menyerahkan cangkir tadi kepada Robert Gao.
Robert Gao menatap pil itu, lalu memasukkannya ke dalam mulut. Pil itu meleleh dan rasa pahit memenuhi seluruh rongga mulutnya. Robert Gao langsung menyambar cangkir itu dan meminum habis dalam satu tegukan.
Sangat pahit, tetapi perlahan Robert Gao merasa tubuhnya semakin kuat. Tangannya membuka baju bagian atas dan melihat luka-luka basah mulai mengering dan perlahan menghilang, meninggalkan bekas luka yang pudar.
Robert Gao takjub, siapa sangka pil kecil itu memiliki efek yang sangat ajaib. Robert Gao melompat turun dari ranjang, dirinya tidak lagi merasakan sakit di tubuhnya.
Saat itu, kedua saudaranya masuk ke dalam kamar dan menyapanya.
"Kakak Ketiga... Kakak Ketiga!" seru Pangeran Keempat dan Pangeran Kelima bersamaan.
Robert Gao mengangguk, kemudian duduk di kursi lalu mulai menyantap makanannya yang hambar.
Kedua saudaranya duduk di sampingnya, mereka terlihat lega saat menatap dirinya yang sudah jauh lebih baik.
"Apakah ayah memberikan pil medis kepadamu?" Pangeran Keempat penasaran.
Robert Gao mengangguk. Pangeran Kelima berkata, "Apakah ayah memberi pil tingkat tiga kepadamu?"
Robert Gao mengangguk dan memberikan tatapan kepada Xiao Ho agar tidak ikut campur dalam percakapan mereka. Xiao Ho mengerti arti tatapan Tuannya dan dirinya menunduk tidak ikut terlibat dalam percakapan itu. Robert Gao yakin, ada alasan mengapa Sang Raja tidak memberikan pil itu kemarin, saat datang membesuknya bersama Pangeran Kedua. Robert Gao tidak yakin sepenuhnya bagiamana hubungan Jing Quo dengan kedua saudara termuda itu. Dirinya akan mengamati terlebih dahulu, sebelum memutuskan untuk mempercayai mereka berdua.
"Kakak Ketiga, seharusnya kamu tahu betapa ayah mengkhawatirkan dirimu!" ujar Pangeran Keempat.
Robert Gao hanya mengangguk dan tidak berkata apapun. Alasan dirinya meminta kedua saudaranya datang hari ini adalah untuk meminta bantuan mereka.
"Aku hendak meminta bantuan kalian!" Robert Gao meletakkan sumpit saat selesai makan dan menatap lekat kedua saudaranya itu.
"Katakan!" Kedua saudaranya menatap penuh minat kepada dirinya.
"Bisakah kalian meminjamkan buku-buku kultivasi? Buku apapun yang berhubungan dengan itu!"
"Apakah Kakak memutuskan untuk berlatih kembali?" Pangeran Keempat menggenggam tangannya yang ada di atas meja.
Robert Gao mengangguk, sebetulnya dirinya tidak yakin apakah dirinya dapat berhasil atau tidak. Namun, dirinya harus mencoba, walaupun gagal dirinya akan merasa puas setelah mencoba.
"Baik! Serahkan padaku, besok aku akan membawa semua buku penting ke kamarmu!" Pangeran Keempat terlihat sangat riang.
"Kakak Ketiga harus berhasil! Dan membalas perlakuan jahat mereka selama ini!" Pangeran Kelima sangat antusias.
"Namun, apa yang menyebabkan diriku tidak dapat berkultivasi?" tanya Robert Gao.
"Entahlah! Sejak kecil Kakak sudah tidak dapat berkultivasi, banyak Tabib Spiritual ternama yang ayah undang untuk memeriksa dirimu. Para Tabib itu, tidak menemukan masalah apapun dan cukup heran mengapa dirimu tidak dapat berkultivasi!" jelas Pangeran Keempat.
Robert Gao mengangguk, setidaknya tidak ada penyakit yang bersarang di tubuh kurus ini.
"Baiklah! Lanjutkan kesibukan kalian!" Robert Gao meminta kedua saudaranya untuk pergi.
"Pangeran Keempat, Pangeran Kelima, mari saya antar!" ujar Xiao Ho sambil mengulurkan tangannya ke arah pintu dan kedua saudaranya itu mengikuti Xiao Ho.
Saat Xiao Ho kembali, Robert Gao bertanya "Mengapa kamu memanggil diriku dengan sebutan Tuan dan mereka dengan sebutan Pangeran?"
"Apakah Tuan lupa? Tuan tidak ingin saya memanggil Tuan dengan sebutan Pangeran! Jadi saya selalu memanggil Tuan dengan sebutan Tuan!" jawab Xiao Ho.
Robert Gao berdiri dari duduknya dan berjalan keluar dari kamarnya. Dirinya mencerna jawaban Xiao Ho, apakah Jing Quo tidak menyukai status Pangeran? Apa yang salah dengan terlahir menjadi seorang Pangeran?
Robert Gao melihat bangunan-bangunan lain yang berada di luar kamarnya. Sebetulnya tempatnya ini tidak tepat di sebut kamar, ruangan yang ditempatinya terlihat seperti gubuk.
Xiao Ho melihat bagaimana Tuannya menatap ke sekeliling. Xiao Ho pun berinisiatif menjelaskan kepada Tuannya.
"Kediaman utama ada di sana!" Xiao Ho menunjuk bangunan yang ada di depan.
Bangunan bergaya kuno, terbuat dari kayu yang kokoh dengan ukiran yang unik. Pilar-pilar besar menyangga bangunan yang lumayan besar. Pintu kayu berjejer di sepanjang bangunan itu, cukup menarik perhatian karena bangunan itu di dominasi warna emas dan merah, disamping warna alami kayu.
"Dan itu kediaman milik Pangeran Pertama! Setelah menikah, Pangeran Pertama tinggal di sana!" tunjuk Xiao Ho ke bangunan terbesar kedua.
"Di depan kediaman utama itu, masih ada bangunan aula gazebo, kolam dan Paviliun milik para selir!"
Robert Gao berbalik dan menatap gubuk miliknya yang berbanding jauh dari bangunan di hadapannya.
"Jadi, mengapa kamar milikku begitu sederhana?" Robert Gao menatap Xiao Ho. Sebagai Pangeran Ketiga, seharusnya dirinya memiliki tempat tinggal yang mewah.
"Ehm... sepertinya Tuan tidak ingat..." Xiao Ho ragu untuk melanjutkan kalimatnya.
"Katakan!" Perintah Robert Gao.
"Begini Tuan, Tuan sebelumnya sudah memutuskan untuk hidup dalam kesederhanaan! Tuan sama sekali tidak ingin menggunakan harta Kerajaan!" jelas Xiao Ho.
"Apa itu alasannya mengapa makanan yang saya makan selalu sama dan tidak enak?" tanya Robert Gao.
"Iya, Tuan! Karena kita mengandalkan kebun dan ternak sendiri untuk makan!" Xiao Ho menjawab jujur.
Robert Gao, awalnya merasa iba kepada Jing Quo, tetapi saat ini dirinya merasa sedikit kagum akan pendirian pria ini. Namun, itu adalah masalah besar untuknya yang terjebak di dalam tubuh pria bodoh dan keras kepala ini.
"Apakah Tuan ingin melihat halaman belakang?" tanya Xiao Ho.
Robert Gao mengangguk dan Xiao Ho langsung berjalan ke halaman belakang. Robert Gao mengikuti pelayan muda itu. Tiba di halaman belakang, Robert Gao cukup terkejut. Benar, halaman belakang itu terlihat seperti lahan pertanian.
"Apakah hasil kebun tidak cukup?" Robert Gao melihat halaman belakang cukup luas dan cukup banyak tumbuhan yang ditanam tetapi mengapa tubuhnya sekurus ini.
"Itu karena Tuan hanya makan sedikit!" jelas Xiao Ho.
"Baiklah! Kita perlu membuat beberapa perubahan dan aku butuh bantuanmu!" Robert Gao berbicara sambil berkacak pinggang.
Xiao Ho menatap kagum kepada Tuannya, tatapan pria itu seakan melihat hal baru yang tidak pernah dilihat sebelumnya.