Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 16 . Menyelamatkan Siluman Ular

Baik Li, Tuan Mu dan Xiao Ho hanya menatapnya dengan mata melotot dan mulut menganga. Robert Gao tersenyum dan mengeluarkan kertas beserta arang dari lengan bajunya.

Robert Gao, mulai menggambar rencananya dan sambil menjelaskan. Perlahan tapi pasti ketiga pria di hadapannya mulai mengerti dan mengangguk-anggukkan kepala mereka.

"Paham?" Robert Gao meletakkan arang lalu duduk bersandar sambil melipat kedua tangannya di atas dada.

"Namun, bagaimana dengan bibit maupun pupuk yang diperlukan nantinya?" Tuan Mu bertanya dengan penuh rasa khawatir.

"Di mana kita bisa membelinya?" Robert Gao menatap Li.

"Kota Qiyang!" Li menjawab.

"Benar!" Tuan Mu memastikan.

"Butuh waktu dua hari untuk mencapai kota itu, Tuan!" Xiao Ho menambahkan.

Robert Gao mengerutkan keningnya, bukankah itu butuh 4 hari pulang pergi hanya untuk membeli bahan.

"Aula kota! Gunakan gerbang portal yang ada di sana, bukankah dirimu juga anggota Keluarga Kerajaan?" ujar Li.

"Benar! Hanya anggota Keluarga Kerajaan yang diizinkan menggunakan gerbang portal itu!" Tuan Mu menambahkan.

Apalagi ini? Gerbang portal? Jika seperti dugaannya, bukankah kehidupan di dunia ini sangat menakjubkan.

"Gerbang portal dapat membawa orang yang melewati kemana saja! Namun, gerbang portal yang ada di Kota Danzou hanya menuju kesatu tempat yaitu Kota Qiyang! Gerbang portal itu adalah tanda persahabatan yang diberikan kepada Raja!" jelas Li. Li tahu ada sesuatu yang salah terhadap Jing Quo. Jing Quo terlihat seperti tidak tahu apa-apa, tetapi hal itu bertolak belakang dengan rencana briliannya.

"Siapa yang membuat gerbang itu? Apakah gerbang portal juga terdapat di Kerajaan lain?" tanya Robert Gao.

"Tidak pasti kapan gerbang itu dibuat, tetapi itu sudah lama. Konon, gerbang itu dibuat oleh seorang peringkat transenden dari Kerajaan Qiyang! Semua Kerajaan yang bersekutu dengan Kerajaan Qiyang memilki gerbang portal itu, tetapi semua gerbang itu hanya terhubung ke Kerajaan Qiyang! Namun, ada satu gerbang portal yang dapat pergi ke mana saja, yaitu gerbang portal milik Kerajaan Qiyang!" jelas Li.

Robert Gao berdecak kagum, lalu bertanya, "Jadi, mengapa orang itu tidak membuat gerbang portal lainnya?"

"Konon, orang itu sudah pergi ke alam langit dan menjadi Dewa." Li menjawab.

"Baiklah! Berarti tidak akan ada kendala dalam membeli bibit maupun pupuk! Namun, sebelum pergi membeli semua itu, lahan harus dibuka terlebih dahulu!" Robert Gao berdiri dan berjalan keluar dari kedai diikuti oleh ketiga pria lainnya.

Tuan Mu menjelaskan rencana mereka dan semua penduduk kembali ke rumah, untuk mengambil perkakas. Lalu, segerombolan orang mulai bekerja membuka lahan.

Robert Gao membantu mereka, tetapi gerakan tangannya yang hendak menebang terhenti di udara, saat dirinya mendengar ratapan seorang wanita yang meminta tolong.

Robert Gao berdiri tegak dan berusaha mencari asa suaral ratapan itu. Pandangannya tertuju pada sekelompok orang yang sedang berkerumun.

"Ada apa?" Robert Gao menghampiri kerumunan itu dan bertanya.

"Tuan, ular merah ini hendak menyerang salah satu warga!" salah seorang pria menjawab.

Ular kecil berwarna merah terang berada di tengah-tengah kerumunan orang-orang. Walaupun terlihat takut, tetapi ular itu mengangkat tinggi kepalanya seperti hendak menyerang. Kerumunan orang itu terlihat hendak memukul ular itu dengan golok dan kayu.

"Biarkan ular itu pergi!" Robert Gao memberi perintah.

"Namun, kita tidak tahu apakah ular ini adalah siluman atau bukan. Itu akan membahayakan nyawa kita, Tuan!" jelas salah seorang warga lainnya.

"Kita menghancurkan tempat tinggalnya! Jadi, biarkan ular itu pergi mencari tempat tinggal yang lain!" Robert Gao yakin, membuka lahan ini telah mengganggu kehidupan mahluk hidup lainnya.

Para warga menurunkan tangan mereka lalu membuka jalan dan membiarkan ular kecil itu pergi.

"Kamu akan kesulitan melepaskan diri dari siluman yang hendak membalas budi!" Li memberi senyuman mengejek.

Robert Gao yakin itu bukan ular biasa, tetapi apapun itu semua mahluk hidup memiliki hak untuk hidup! Bukankah begitu?

Mereka kembali bekerja membuka lahan dan berhenti saat langit mulai gelap.

"Maafkan aku tidak membawa beras untuk membayar jerih payah kalian!" Robert Gao meminta maaf kepada para warga yang berkumpul hendak kembali ke kota.

"Jangan berkata seperti itu, Tuan! Semua yang Tuan berikan, sudah lebih dari cukup bagi kita semua!" ujar Tuan Mu dan semua warga menyetujui ucapannya

Robert Gao kembali ke istana, tepatnya ke kamar miliknya.

"Xiao Ho! Siapkan air mandi!" Robert Gao memberi perintah. Kegiatan beberapa hari ini, cukup menguras energinya. Dirinya butuh relaksasi sebelum kembali berkultivasi.

Air mandi telah siap, Robert Gao masuk ke dalam gentong dan berendam. Robert Gao memejamkan matanya, air hangat membuat seluruh tubuhnya terasa santai.

Ular merah yang diselamatkan menyusup masuk ke dalam ruang mandi. Perlahan, ular itu merayap menuju gentong itu. Saat tiba tepat di hadapan gentong kayu, ular itu berubah wujud menjadi seorang wanita yang teramat cantik.

Robert Gao dapat merasakan kehadiran ular itu, aura yang dirasakannya sama dengan waktu di hutan bambu. Tidak ada rasa bahaya, jadi Robert Gao tetap berendam dan memejamkan mata.

Jari jemari lentik dengan kuku panjang berwarna merah memegang sisi gentong di hadapan Robert Gao. Perlahan, siluman ular itu mengintip ke dalam gentong. Ruangan ini cukup berkabut karena asap yang berasal dari air mandi yang hangat.

Robert Gao perlahan membuka matanya, saat dirinya merasakan ada seseorang yang masuk ke dalam gentong mandi.

Seorang wanita dengan mata bulat, hidung mungil dan bibir penuh berwarna merah darah. Rambut hitam panjang menambah kecantikan wanita itu. Wanita itu maju perlahan mendekatinya. Tubuh mereka, separuh terendam di dalam air mandi yang dipenuhi kelopak bunga.

Robert Gao dapat melihat jelas kemolekan tubuh wanita itu yang terbalut Hanfu tipis berwarna merah tua yang melekat erat di tubuh karena basah.

Wanita itu menyentuh dada telanjang Robert Gao dengan jari jemarinya, mengelus dada kekar miliknya. Wajah cantik itu mendekati wajahnya, bahkan ujung hidung mereka saling bersentuhan. Tubuh molek itu menempel di tubuhnya dan rasa hangat menghampiri.

"Tuan, terima kasih atas bantuanmu tadi!" ujar wanita itu dengan jari jemari yang terus mengelus dadanya.

Sangat cantik dan menggoda, tetapi aneh dirinya masih dapat mengendalikan diri. Robert Gao mengangkat sebelah tangan dan mengelus wajah halus wanita itu.

Mata wanita itu berbinar penuh hasrat karena sentuhan lembut di wajahnya. Tangan Robert Gao yang menyentuh wajah cantik itu perlahan turun ke leher jenjang milik wanita itu.

Wanita itu mendesah karena sentuhannya dan perlahan mata indah wanita itu terpejam serta bibir merahnya terbuka sedikit.

Saat tangannya berada tepat di leher wanita itu, Robert Gao menggunakan kekuatannya untuk mengembalikan wujud asli siluman itu.

ARGH...!!!

Teriak wanita siluman itu sebelum berubah kembali ke wujud aslinya. Robert Gao menggenggam erat ular itu dengan tangannya.

"Jika kamu ingin berterima kasih, maka jangan ganggu aku!" Setelah mengatakan itu, Robert Gao mengirim ular itu kembali ke hutan bambu dengan kekuatan sihirnya.

"Selain manusia, tidak ada mahluk yang diizinkan masuk ke dalam ruangan milikku! Factum!!" Segel sihir mengelilingi ruang mandi dan kamar miliknya.

Robert Gao kembali berendam dan kembali memejamkan matanya. Selesai berendam, Robert Gao kembali berkultivasi.

Keesokan harinya, Robert Gao dan Xiao Ho kembali ke kota. Mereka terkejut saat tiba di hutan bambu, lahan sudah selesai di buka dan beberapa warga mulai menggarap tanah.

"Kalian bekerja semalaman?" Robert Gao menghampiri Li yang sedang menggarap tanah bersama beberapa warga.

Li menyeka keringat dengan lengan bajunya dan berkata, "Mereka bekerja secara bergantian dan sebagian warga sedang memasang jalur air untuk sampai ke lahan ini! Semua ini butuh sentuhan akhir darimu!"

"Tidak masalah!" Robert Gao menggulung lengan pakaiannya dan mulai membantu, tidak lupa dirinya menggunakan kekuatannya untuk menyuburkan tanah.

"Jing Quo, biarkan aku membantu!"

Suara merdu seorang wanita menarik perhatian mereka semua. Mereka pun berbalik serentak menatap asal suara indah itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel