Bab 17 . Ruang Dimensi
Robert Gao terdiam, saat menatap wajah wanita yang tadi menyapanya. Itu siluman ular yang menyelinap ke ruang mandi. Robert Gao mengabaikan wanita siluman itu dan kembali melakukan pekerjaannya.
Li berdiri dan menghampiri wanita siluman itu seraya berkata, "Kenalkan, ini Rou Rou, sepupu jauh saya!"
Setelah memperkenalkan Rou Rou, Li menarik wanita siluman itu menjauh.
"Apa kau gila? Kau bisa terbunuh!" tegur Li. Li sudah tinggal cukup lama di Kota ini. Dengan kemampuannya, dirinya mampu mengenali semua siluman yang berdiam di sini. Rou Rou salah satunya, mereka pernah bertemu beberapa kali di hutan bambu.
"Aku hanya ingin membalas budi baik Tuan Jing Quo!" Rou Rou berusaha membela diri.
"Kamu mencari masalah! Para warga akan membakar dirimu jika mengetahui wujud aslimu!" Walaupun wanita itu adalah siluman, tetapi Li cukup terpukau akan kecantikanya dan mengkhawatirkan keselamatan siluman itu.
"Aku akan pergi setelah membalas budi!" Rou Rou teguh dengan pendiriannya.
Rou Rou pun kembali menghampiri Jing Quo dan membantu pria itu. Li kesal, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa. Li tahu jelas betapa keras kepalanya siluman muda itu.
Robert Gao tidak mempedulikan Rou Rou yang terus menempel padanya. Langit mulai gelap dan itu tandanya mereka harus kembali ke Kota.
"Besok temani aku ke Kota Qiyang!" ujar Robert Gao kepada Li saat mereka berjalan kembali ke kota.
"Aku ikut!!" seru Rou Rou gembira.
"Jika kamu ingin tertangkap, maka silahkan ikut!" Li menatap tajam ke arah Rou Rou.
Rou Rou memasang tampang sedih, tentu ada alasan di balik perkataan Li. Kota Qiyang terkenal dengan begitu banyak praktisi tingkat tinggi dan keberadaan siluman pasti akan segera diketahui.
Robert Gao tidak peduli dengan mereka berdua dan terus berjalan kembali ke Kota.
Saat berjalan kembali ke Istana bersama dengan Xiao Ho, Rou Rou terus mengikuti mereka.
Robert Gao menghentikan langkah dan berbalik menatap siluman itu.
"Mengapa terus mengikuti kami?" Robert Gao menatap dingin.
Rou Rou dalam wujud manusia, biasanya akan sangat dikagumi karena kecantikannya. Ini pertama kalinya seorang pria tidak tergerak karena kecantikannya dan itu membuatnya Rou Rou merasa kesal.
"Izinkan aku membalas budi baikmu!"ujar Rou Rou dan memberikan tatapan memohon.
"Sudah aku katakan cukup menjauh dariku!" jawab Robert Gao datar.
"Itu bukan balas budi! Aku tidak bisa tenang, jika belum membalas budi baik Tuan!" Rou Rou melangkah mendekatinya.
Mereka berdua berdiri sangat dekat dan Xiao Ho menatap mereka berdua dengan mata membelalak serta wajah memerah.
"Jadi, apa yang hendak kamu lakukan untuk membalas budi baikku?" Robert Gao menatap dingin siluman itu.
Rou Rou mengangkat kedua tangannya yang indah dan meletakkannya di atas dada bidangnya. Tinggi siluman itu hanya mencapai dadanya, lalu Rou Rou perlahan menengadah menatap wajahnya.
"Biarkan aku tidur bersamamu!" bisik Rou Rou.
Xiao Ho terbatuk-batuk, saat mendengar permintaan wanita cantik itu kepada Tuannya.
Baik Robert Gao maupun Rou Rou tidak peduli dengan Xiao Ho yang terbatuk parah. Rou Rou sangat menyukai pria tampan ini dan dirinya yakin pria tampan ini tidak akan mampu menolak pesonanya.
Robert Gao mengangkat sebelah tangannya lalu jari telunjuknya diletakkan di dahi siluman itu. Perlahan, Robert Gao mendorong siluman itu menjauh darinya.
"Tidak perlu!" jawabnya dingin. Lalu, Robert Gao berbalik dan terus berjalan menuju Istana diikuti oleh Xiao Ho.
Rou Rou masih terkejut, dirinya tidak pernah ditolak sebelumnya. Melihat Jing Quo sudah menjauh, Rou Rou kembali mengejar pria itu. Semakin dirinya ditolak maka semakin dirinya menginginkan pria tampan itu.
Robert Gao melangkah masuk ke halaman Istana, dirinya dapat merasakan kehadiran Rou Rou yang terus mengikutinya. Robert Gao memasang segel di sekeliling Istana, dirinya tidak memiliki tenaga untuk menghadapi siluman itu.
Rou Rou menghentakkan kakinya karena kesal, dirinya tidak dapat melewati pembatas yang dipasang oleh Jing Quo. Namun, satu hal baru yang diketahuinya, kemampuan pria itu cukup tinggi sehingga mampu membangun pembatas yang tidak dapat dilewatinya. Rou Rou tersenyum, dirinya tidak mudah menyerah dan dirinya semakin tertarik pada pria itu.
Robert Gao masuk ke kamarnya dan menutup pintu. Robert Gao duduk bersila di atas ranjang, sebelum mulai berkultivasi, dirinya teringat akan tingkah Rou Rou. Siluman itu tidak memiliki kemampuan merayu, bahkan dirinya merasa tingkah siluman itu sangat lucu saat memintanya tidur bersama. Seulas senyum terpatri di wajahnya, lalu Robert Gao pun mulai berkultivasi.
Keesokan harinya, Robert Gao tiba di kedai dan Li sudah menunggunya di depan.
"Lahan akan dialiri air hari ini. Besok para warga sudah mulai bisa bertanam!" lapor Li saat bertemu dengannya.
"Baiklah! Hari ini kita akan membeli semua kebutuhan! Namun, bisakah kamu bantu membawa ini sebagian?" Robert Gao mengeluarkan kotak berisi uang logam yang terasa sangat berat dari lengan bajunya.
"Kamu tidak memiliki ruang dimensi?" Li menatap lucu padanya.
"Apa lagi itu?" Robert Gao menatap penuh tanya.
"Seperti ini!" Li mengeluarkan sebuah pot keramik di atas telapak tangannya.
"Di mana kamu menyimpan pot sebesar itu?" Robert Gao terpana, melihat bagaimana tiba-tiba pot itu muncul di atas telapak tangan Li.
"Aku mengambilnya dari ruang dimensi milikku! Benda spiritual yang mampu memberikan ruang penyimpanan untuk pemiliknya!" jelas Li dan pot itu kemudian menghilang.
Robert Gao takjub akan apa yang dilihatnya barusan.
"Di mana kita dapat menemukan benda spiritual itu?" tanyanya penasaran.
"Benda itu yang akan menemukanmu!" jawab Li.
"Bisakah kamu mengatakannya dengan lebih jelas?" Robert Gao menatap kesal kepada Li.
"Saat seseorang mencapai peringkat tinggi, maka di saat itu akan terjadi ikatan dengan benda spiritual yang berjodoh dengannya!"
"Biasanya, benda itu akan membuat orang yang berjodoh menemukannya!" jelas Li.
Robert Gao teringat akan batu bersinar yang ditemukannya di ruang rahasia di gudang Selatan Istana.
Robert Gao mengeluarkan batu itu dari lengan baju, lalu membuka ikatan sapu tangan dan batu itu bersinar menyilaukan.
Li menatap kagum ke arah batu itu dan berkata, "Di mana kamu temukan batu itu?"
"Gudang Istana!"
"Gunakan kekuatanmu dan perintahkan batu itu menunjukkan wujud aslinya!" Li masih menatap kagum ke benda spiritual itu.
Robert Gao mengangguk, lalu memerintahkan batu itu sesuai dengan perkataan Li. "Factum!" gumamnya.
Batu itu melayang dari tangannya dan berputar di udara. Baik Li maupun Robert Gao terpana dengan kejadian itu. Li berlari menutup pintu kedai, mereka tentu tidak ingin hal ini diketahui orang lain.
Setelah beberapa putaran, batu itu melesat kencang ke arah Robert Gao.
"Gunakan kekuatanmu! TANGKAP!!" seru Li.
Robert Gao menatap tajam ke arah batu yang melesat kencang dan memberi perintah untuk berhenti. "Factum!" gumamnya.
Batu itu berhenti tepat di depan wajahnya dan perlahan batu itu berubah bentuk menjadi pagoda kecil lima tingkat berwarna emas.
Robert Gao membuka telapak tangannya dan pagoda kecil itu mendarat di sana.
"Wow... Kau tahu benda apa itu? Ini sungguh sulit dipercaya! Ini pertama kalinya aku melihat benda spiritual seperti itu!" seru Li penuh semangat.
"Apakah ini ruang dimensi seperti yang kamu katakan tadi?" tanya Robert Gao sambil mengamati pagoda kecil itu.
"Ini bahkan lebih dari yang aku katakan. Aku hanya pernah mendengar tentang benda menakjubkan ini, tetapi belum pernah bertemu dengan orang yang memilikinya!" Li menatap penuh kagum ke pagoda itu.
"Biasanya, ruang dimensi hanya sebatas ruangan tertutup dengan ukuran yang disesuaikan dengan kekuatan pemilik. Namun, milikmu ini lebih daripada sebuah ruang! Bagaimana jika kita melihat ke dalam? Untuk memastikan, apakah yang aku pikirkan itu benar!" Li menatap penuh minat.
"Ini sangat kecil, bagaimana kita bisa masuk ke dalam?" Miniatur pagoda ini sangat kecil dengan tinggi hanya sekitar 10 cm dan lebar 5 cm.
"Gunakan kekuatanmu, perintahkan aku dan kamu masuk ke dalam!"