Bab 14 . Factum / Terjadilah
Kembali ke kamar, Robert Gao langsung berkultivasi. Besok, dirinya harus meminta petunjuk dari Li, cara menggunakan kekuatannya.
Keesokan harinya, saat langit masih gelap, Robert Gao dan Xiao Ho sudah meninggalkan istana. Mereka tiba di kota dan langsung menuju kedai Li. Di depan kedai, sudah ada beberapa puluh batang bambu, tetapi itu masih sangat sedikit jika dibanding dengan kantong beras yang dibagikannya kemarin.
Li seakan dapat merasakan kehadiran mereka, pria itu berjalan santai ke depan kedai sambil merenggangkan tubuh.
"Selamat pagi!" ujar Li saat melihat mereka berdua.
Robert Gao langsung menghampiri Li dan berkata, "Hanya ini?"
Robert Gao menunjuk ke arah tumpukan bambu yang ada dihadapan mereka.
"Masih banyak di belakang! Aku tidak mengijinkan mereka meletakkan semua bambu itu di depan kedai!" Li menunjuk ke arah belakang kedai.
Robert Gao berlari masuk ke kedai lalu membuka pintu belakang. Dirinya tersenyum lebar saat melihat begitu banyak batang bambu yang ada di lahan belakang. Robert Gao tahu, para penduduk pasti membayar atas beras yang mereka ambil.
Langkah kedua akan segera dilakukan dan itu butuh tenaga yang besar karena perlu memindahkan semua bambu itu ke sepanjang jalan menuju sungai.
Untuk itu, dirinya juga telah menyiapkan begitu banyak kantong berisi beras.
Robert Gao kembali ke depan kedai dan berdiri di samping Li. Dirinya merasa puas dengan begitu banyak bambu yang tersedia.
"Kau tahu, untuk membayar beras itu, para penduduk menebang sebagian hutan bambu. Mereka bekerja sampai sangat larut!" ujar Li.
Robert Gao mengangguk, sebagai pebisnis dirinya sangat menghargai orang-orang yang melakukan pembayaran hutang tepat waktu. Saat ini, Robert Gao menganggap para penduduk sebagai pihak berhutang karena beras yang diberikannya.
Robert Gao menarik Li ke dalam kedai dan berkata, "Ada yang ingin aku tanyakan!"
Li mengangguk dan menunggu pertanyaannya.
"Bagaimana cara menggunakan kekuatanku?" Robert Gao menatap penuh tanya kepada Li.
"Kau bahkan tidak tahu caranya? Apakah kamu bercanda?" Li menatap penuh rasa tidak percaya.
"Berarti, kamu bahkan belum pernah mencoba menggunakan kekuatanmu?"
Robert Gao mengangguk.
Li menepuk kepalanya sendiri, lalu merangkul bahu Robert Gao dan mereka berdua duduk di kursi di salah satu meja yang ada di kedai.
"Kau tahu... Ini sangat..." Li sengaja tidak melanjutkan kalimatnya.
"Tentu! Aku mengerti itu pasti sangat sulit! Namun, aku bisa belajar dengan cepat!" Robert Gao risau, dirinya yakin hal tersebut pastilah sangat sulit.
Li mendekatkan wajahnya dan memasang ekspresi serius seraya berkata, "Kamu harus memikirkan apa yang hendak kamu lakukan dengan atribut milikmu! Setelah itu cukup ucapkan satu kata perintah!"
"Lalu?" Robert Gao bertanya serius.
"Lalu, kekuatanmu akan muncul!" jawab Li santai.
"Begitu saja?" Robert Gao memundurkan tubuhnya dan mengernyitkan dahinya.
Li mengangguk dan berkata, "Cobalah!"
Robert Gao terdiam sejenak, kata perintah apa yang hendak digunakan? Setelah merenung sejenak, Robert Gao akan mencoba menggunakan kekuatannya.
Robert Gao menatap teko teh yang ada di hadapan mereka. Dirinya membuka tutup teko dan menarik teko itu ke hadapannya.
Robert Gao ingin air di dalam teko itu naik keluar dari lubang tutup, dirinya memikirkan hal itu lalu berkata, "Factum!"
Air di dalam teko perlahan naik keluar dari tutup teko dan setelah berputar beberapa saat akhirnya tumpah membasahi seluruh meja.
Robert Gao menganga, bukankah ini terlalu mudah untuk menggunakan kemampuannya. Itu terasa sedikit mengerikan, beruntung dirinya menggunakan kata Factum yang berasal dari bahasa latin. Kata itu sendiri memiliki arti terjadilah.
"Kata itu adalah kunci untuk menggunakan kekuatanmu! Maka, hati-hatilah dalam memikirkan keinginanmu dan mengucapkan kata tadi!" Li mengeringkan meja itu dengan kekuatan miliknya, seketika meja itu tidak lagi tergenang air.
Perhatian Robert Gao teralihkan keluar kedai, banyak orang yang sudah berkumpul di depan. Sepertinya, mereka tidak sabar menunggu pembagian kantong-kantong beras yang disiapkannya.
Robert Gao dan Li keluar dan berdiri di depan kedai.
"Apakah Tuan akan kembali membagikan beras itu?" tanya salah seorang pria tua.
"Benar!" jawab Robert Gao.
Orang-orang itu saling berbisik, lalu salah seorang wanita tua kembali bertanya, "Apakah kami hanya perlu menukar sepuluh batang bambu dengan satu kantong beras itu?"
"Tidak! Bambu yang kalian kumpulkan sudah cukup. Aku akan menukar beras-beras itu dengan tenaga kalian!" Robert Gao menghitung sekitar ada 50 orang yang berkumpul di hadapannya.
"Apa yang hendak kamu lakukan dengan tenaga kami?" wanita tua itu bertanya kembali.
"Aku ingin bantuan kalian untuk mengangkut bambu-bambu itu ke sepanjang jalan menuju sungai!"
Orang-orang itu kembali berbisik, tetapi kali ini lebih riuh, terlihat mereka merasa sangat keberatan.
"Apa yang ingin Tuan lakukan dengan bambu-bambu itu?" tanya pria tua tadi kembali.
"Aku berencana membangun saluran air dari sungai ke pemukiman ini!" Robert Gao berkata dengan suara keras.
Seketika orang-orang itu menertawakan dirinya, Robert Gao tidak kesal bagaimanapun idenya akan terdengar konyol bagi mereka.
"Tidakkah Tuan melihat hidup kami sudah sangat sulit dan sekarang Tuan bahkan ingin lebih mempersulit kehidupan kami!" teriak salah seorang pria.
"Apakah Anda merasa kesulitan saat memasak beras itu dan memberi makan kepada seluruh keluarga Anda?" Robert Gao bertanya dengan nada dingin.
Wajah orang-orang itu yang tadinya tertawa gembira, saat ini berubah menjadi sangat gelap.
"Namun, yang Tuan lakukan sangat tidak masuk akal!" teriak salah seorang wanita dengan gusar.
"Anda bahkan belum mendengarkan rencana saya dan sudah memutuskan bahwa itu tidak masuk akal! Kota ini jelas kekurangan sumber air, kalian bahkan perlu waktu 4 jam dalam satu hari untuk mengambil air yang kalian butuhkan. Aku berencana membangun saluran air dari sungai sampai ke kota ini. Aku yakin itu akan berhasil, tetapi aku tidak dapat melakukannya sendiri!" Robert Gao mencoba menjelaskan.
"Bagaimana jika rencana Tuan gagal?" tanya salah seorang pria.
"Walau aku menjamin itu akan berhasil, aku yakin kalian juga tidak akan percaya! Setidaknya setelah kalian mencoba maka baru akan terlihat hasilnya, bukan?" Robert Gao merasa seperti meyakinkan sekumpulan pekerja untuk bekerja lembur.
"Tenaga kami akan sia-sia jika gagal!" teriak salah seorang wanita.
"Bagaimana jika kalian mengubah pola berpikir! Selama ini, kalian hanya memikirkan diri sendiri. Kalian akan merasa dirugikan karena tenaga kalian akan sia-sia jika rencana gagal. Namun, pernahkah kalian berpikir jika rencana ini berhasil maka itu akan memberi hidup yang lebih baik untuk anak cucu kalian! Pikirkan itu, lalu putuskan apakah hal ini pantas dicoba atau tidak!" Robert Gao adalah negosiator handal, itu terbukti di dunianya, dirinya selalu berhasil menaklukkan para kompetitor.
Orang-orang itu kembali berbisik, tetapi kali ini mereka terlihat lebih serius karena hal ini terkait dengan anak cucu mereka.
"Bisakah Tuan menjelaskan rencana itu kepada saya?" seorang pria tua bertubuh gempal maju ke hadapannya.
"Siapa nama Anda?" tanya Robert Gao.
"Saya To Mu!" ujar pria tua itu sambil mengatupkan kedua tangannya dan memberi hormat.
Robert Gao juga melakukan hal yang sama dan menyebut namanya Jing Quo.
"Jelaskan rencana Tuan kepada saya dan saya akan menyampaikan kepada mereka semua!" To Mu adalah salah satu senior yang dihormati oleh penduduk setempat.
"Silahkan!" Robert Gao mempersilahkan Tuan Mu masuk ke dalam kedai.
Di dalam kedai, Robert Gao memperlihatkan kertas yang berisi coretan tentang rencananya dan dirinya menjelaskan panjang lebar kepada pria tua itu.
Setelah selesai mendengar penjelasan Robert Gao, tatapan Tuan Mu langsung berbinar. Penjelasannya detail dan masuk di akal, bahkan Tuan Mu sudah dapat membayangkan seperti apa saluran air itu nantinya.
"Tuan, rencana Tuan sangatlah sempurna! Namun, apakah Tuan tidak akan meninggalkan kami di tengah-tengah proses ini nantinya?" Tuan Mu bertanya dengan penuh kekhawatiran.
"Tidak akan! Aku akan berada di sini sampai semua selesai! Bahkan ada rencana lain yang sudah saya pikirkan untuk memperbaiki kehidupan kalian!" Robert Gao menyakinkan pria tua itu.
Namun, rasa khawatir masih jelas terlihat di wajah Tuan Mu.
"Ah... Saya lupa mengatakan bahwa saya adalah Walikota baru!" lanjut Robert Gao.