Bab 13 . Menjabat Sebagai Walikota
Jenderal Tan mengangguk lalu berjalan pergi diikuti oleh putrinya, Tan Fang Yi.
"Ada apa kamu kemari?" Jian Ying bertanya ketus.
"Menemui ayah!" Robert Gao menjawab singkat lalu berjalan melewati Jian Ying.
"Kau..." Jian Ying sudah menaikkan tangannya hendak menyakiti dirinya.
Robert Gao berbalik dan menatap Jian Ying, dirinya akan menghadapi serangan itu jika perlu.
"JIAN YING!!"
Di saat itulah, Raja berjalan keluar dari ruangan tadi dan menegur keras Pangeran Kedua.
Jian Ying menghempaskan tangannya dengan kesal dan berjalan pergi meninggalkan mereka.
"Jangan hiraukan anak sombong itu! Apakah kamu datang mencari ayah?" Raja menghampirinya dan bertanya dengan penuh perhatian.
Robert Gao mengangguk, seraya berkata, "Aku hendak meminta bantuan dari ayah!"
Raja tersenyum lebar, selama ini Jing Quo selalu menghindarinya bahkan terkesan sangat membencinya. Pasti ada masalah penting yang membuat putranya ini datang untuk bertemu dengannya.
"Masuklah! Kamu terlihat sehat!" Raja berjalan masuk kembali ke dalam ruangan itu dan diikuti oleh Robert Gao. Xiao Ho menutup pintu ruangan itu dan berjaga di depan.
"Duduklah!"
Robert Gao duduk di hadapan Sang Raja, ayahnya.
Seorang pelayan yang ada di ruangan itu menuangkan teh dan meletakkannya di hadapan mereka. Lalu, pelayan itu mundur ke sudut ruangan.
"Katakan apa permintaanmu?" Raja bertanya sambil meneguk teh miliknya.
"Biarkan aku menjabat sebagai Walikota!" Robert Gao langsung mengutarakan maksud kedatangannya.
Raja menatap dirinya dengan heran, lalu berkata, "Mengapa kamu ingin menjabat sebagai Walikota?"
"Bukankah ayah tahu jelas akan ketidakmampuan diriku untuk berkultivasi! Tidak banyak yang bisa saya lakukan, jadi saya memutuskan untuk memimpin mereka yang sama denganku! Boleh dikatakan karena aku merasa sama seperti para penduduk itu! Aku ingin membantu mereka!" Robert Gao memberi tatapan penuh keyakinan kepada Sang Raja.
"Apa yang bisa kamu lakukan?"
"Entahlah! Namun, satu hal yang pasti aku akan berusaha sebaik mungkin!" Robert Gao tidak berencana menceritakan apa yang hendak dilakukannya.
"Ayah, setelah nyawaku hampir melayang, itu membuat diriku sadar bahwa hidup ini sangatlah singkat. Jadi, aku ingin berbuat sesuatu yang berguna bagi orang lain karena aku tidak dapat melakukan apapun untuk keluarga Kerajaan!" Robert Gao berusaha mencari alasan.
Raja mengangguk dan terdiam cukup lama.
"Baiklah! Aku akan membiarkan dirimu mencoba! Jangan terlalu memaksakan diri, orang-orang itu sangat liar dan sulit diatur!" Akhirnya Raja menyetujui permintaannya.
"Jadi, apakah ada anggaran yang dapat aku gunakan?" Robert Gao bertanya. Dirinya butuh uang untuk merubah nasib para penduduk dan karena alasan itulah dirinya ingin menjabat menjadi Walikota.
"Tentu! Ambillah anggaran itu dari Bendahara Kerajaan! Aku akan memberikan titah resmi dalam waktu dekat ini!"
"Tidak perlu repot, ayah! Biarkan saja seperti ini, karena aku tidak ingin malu jika gagal menjalankan jabatan Walikota itu!" Robert Gao tidak ingin hal ini tersebar karena itu akan mempersulit dirinya sendiri.
Raja mengangguk, tentu Raja juga tidak memiliki pengharapan yang tinggi terhadap dirinya, tepatnya Jing Quo.
"Ayah! Apakah ada barang-barang yang tidak terpakai di Istana ini?" Robert Gao yakin banyak barang di Istana ini. Uang hasil korupsi, biasanya akan digunakan dengan sesuka hati.
"Aku ingin melihat apakah dari benda-benda itu ada yang masih layak dipakai atau tidak. Jika ada, maka aku akan memberikannya kepada para penduduk!" Robert Gao mencoba menjelaskan saat melihat ekspresi penuh tanya di wajah Sang Raja.
Raja tersenyum menatap dirinya, lalu berkata, "Ada gudang khusus untuk barang tidak terpakai. Minta Xiao Ho mengantarmu ke sana! Jika ada kendala, jangan malu untuk meminta bantuan ayah!"
"Karena niatmu yang begitu besar, maka ayah akan melipatgandakan anggaran Walikota!"
"Terima kasih, ayah!" seru Robert Gao. Walaupun dirinya tidak yakin berapa anggaran itu, tetapi mendengar kata dilipatgandakan, itu membuat dirinya dapat bernafas lega.
Robert Gao pamit dan keluar dari ruangan Sang Raja. Xiao Ho mengikuti langkahnya dan berkata, "Tuan, tadi Tuan sangat hebat!"
"Hebat?" Robert Gao menatap Xiao Ho yang berjalan di sampingnya.
"Tuan membuat wajah Nona Muda Tan sangat merah seperti kepiting rebus!" Xiao Ho tertawa gembira.
"Biasanya, jika Nona Muda Tan berdiri begitu dekat dengan Tuan, maka Tuan akan kehilangan kendali dan salah tingkah! Namun, hari ini Nona Muda Tan yang seperti itu!" Xiao kembali tertawa.
"Lupakan mereka! Bawa aku ke gudang tempat barang tidak terpakai!" Robert Gao memberi perintah pada Xiao Ho.
Mereka berdua berjalan ke arah sisi Selatan Istana. Di sisi Selatan hanyalah gedung terbengkalai dengan taman yang dipenuhi tumbuhan liar.
"Di sana Tuan!" Xiao Ho menunjuk ke arah rumah tua bobrok di hadapan mereka.
Kritttt!!!
Pintu berderit keras, saat Robert Gao membukanya. Penuh debu dan sarang laba-laba, Robert Gao menutup hidungnya dengan lengan pakaian. Ruangan ini sangat pengap karena semua jendela tertutup rapat.
Robert Gao mengedarkan pandangannya melihat isi ruangan yang begitu berantakan. Banyak perabotan tua, tetapi semua masih terlihat cukup bagus dan layak pakai.
"Apa yang Tuan cari?" Xiao Ho berjalan mengikuti Tuannya. Ruangan ini cukup gelap dan menyeramkan.
Robert Gao sendiri tidak yakin apa yang dicarinya. Awalnya, dirinya hanya hendak melihat isi gudang, apakah benda-benda di dalam gudang masih layak dipakai atau tidak. Namun, saat membuka pintu ruangan ini, seakan ada sesuatu hal yang menariknya.
"Entahlah!" Robert Gao terus berjalan ke ujung ruangan.
"Tuan, bisakah aku menunggu di luar? Aku takut gelap, Tuan!" bisik Xiao Ho sambil terus menempel pada Tuannya.
Robert Gao mengangkat tangannya memberikan tanda agar Xiao Ho dapat pergi. Begitu mendapat izin dari Tuannya, Xiao Ho berlari kencang keluar dari ruangan ini.
Robert Gao terus berjalan ke ujung ruangan dan berhenti di depan tembok ruangan ini. Namun, dirinya merasa ada yang salah, karena menurut instingnya di balik dinding ini masih ada jalan lain. Robert Gao teringat film petualangan mencari harta karun, lalu dirinya mulai menyentuh seluruh dinding di hadapannya untuk mencari tombol atau apapun itu.
Klang!!!
Bunyi keras terdengar saat tangannya tidak sengaja menekan masuk salah satu batu bata di dinding itu. Setelah bunyi nyaring itu, dinding tadi pun terbuka sedikit. Tanpa pikir panjang, Robert Gao masuk ke ruangan di balik dinding itu.
Sangat gelap, dirinya tidak dapat melihat apapun. Bagaimana dirinya dapat menggunakan kekuatannya saat ini. Di semua buku yang dibacanya tidak ada yang menjelaskan bagaimana menggunakan atribut yang dikuasai.
Robert Gao mencoba memikirkan perintah untuk menggerakkan atribut miliknya, tetapi sia-sia. Akhirnya, Robert Gao meraba-raba ruangan gelap itu dan berjalan terus ke dalam ruangan itu.
Sesuatu yang bercahaya menarik perhatiannya, cahaya redup. Robert Gao berjalan ke arah cahaya itu, dan melihat cahaya itu keluar dari dalam tumpukan tanah. Robert Gao menggali tanah itu dan dirinya terpana pada batu bercahaya yang ditemukannya.
Batu putih berbentuk oval pipih, tidak terlalu besar namun bercahaya terang. Robert Gao mengambil batu itu dan menatapnya cukup lama. Dirinya tidak peduli apa itu, tetapi dirinya yakin batu itu akan berguna pada saatnya nanti. Robert Gao mengeluarkan saputangan miliknya dan membungkus batu itu lalu menyimpannya.
Setelah menyimpan batu itu, tidak ada lagi ketertarikan untuk memeriksa ruangan rahasia itu. Robert Gao keluar dan menutup kembali dinding ruang rahasia itu lalu berjalan keluar.
Banyak hal yang harus dilakukannya mulai saat ini. Pertama-tama, dirinya harus memilki uang, jadi Robert Gao meminta Xiao Ho mengantarnya keruangan Bendahara Istana.
"Ini anggaran Walikota untuk mengurus pemukiman dan penduduk Kota!" Sang Bendahara meletakkan kotak kayu di hadapan mereka.
Robert Gao dan Xiao Ho terpana dengan kotak berisi uang logam emas dan perak yang begitu banyak.
Robert Gao tersenyum lebar, dirinya akan dapat menyelesaikan banyak masalah dengan uang sebanyak itu.
Lalu, mereka berdua kembali ke kamarnya dengan kotak berisi uang anggaran itu.