Bab 12 . Menunjukkan Pesona
Xiao Ho mengambil kantong uang miliknya dan mengeluarkan tiga koin perak. Pria tua itu mengambil uang tersebut lalu berbalik masuk ke dalam rumah gubuk miliknya.
"Ada apa dengannya? Apakah ada yang salah dengan kata-kataku tadi?" Robert Gao bertanya pada Li.
"Kau tahu, kehidupan di sini amat berat dan sudah banyak janji palsu yang diberikan Pejabat untuk menghibur mereka! Lebih tepatnya, sebagian besar penduduk di Kota ini sudah menerima kesusahan mereka sebagai nasib. Jadi, cukup abaikan pria tua itu! Dia akan menyiapkan roda yang kamu minta!" Li menepuk pundak Robert Gao.
Tidak ada yang dapat dilakukannya lagi hari ini di kota. Robert Gao dan Xiao Ho kembali ke Istana. Seperti kemarin, Robert Gao ke dapur Istana dan kembali meminta dua karung beras.
Saat tiba di kamar, Robert Gao duduk dan berkata, "Berapa sisa uang yang kamu miliki?"
Xiao Ho mengeluarkan kantong uang dan menuangkan semua isinya di atas meja. Hanya sisa beberapa koin tembaga, itu artinya mereka kehabisan uang.
"Tuan, penjahit Kerajaan sudah menunggu Tuan sedari tadi!" ujar Xiao Ho sambil menyimpan kembali koin-koin tadi.
"Suruh penjahit itu masuk!"
Tidak lama seorang pria tua dengan janggut putih berjalan masuk dan memberi hormat kepadanya seraya berkata, "Salam hormat, Pangeran Ketiga!"
"Ini pertama kali saya mengukur tubuh Pangeran Ketiga!" ujar pria tua itu sambil mengukur tubuhnya.
Robert Gao hanya diam, dirinya berpikir keras bagaimana cara mendapatkan uang untuk membantu para penduduk.
"Pakaian seperti apa yang Pangeran Ketiga inginkan?" Pria tua itu bertanya sambil menyimpan alat ukur.
"Yang tidak terlalu berlapis-lapis, warna gelap dan bahan biasa!" Robert Gao tidak ingin menghabiskan banyak uang Kerajaan hanya untuk pakaian.
"Xiao Ho! Xiao Ho!" panggil Robert Gao saat pria tua itu sudah meninggalkan kamarnya.
"Ada apa, Tuan?" Xiao Ho berdiri di hadapannya.
"Duduklah! Ini perintah!" Robert Gao menunjuk ke arah kursi di sampingnya.
"Siapa yang selama ini mengurus Kota?" Robert Gao bertanya setelah Xiao Ho duduk. Sepengetahuannya, biasanya ada Walikota yang mengurus setiap Kota. Jadi, dirinya yakin ada orang yang mengurus Kota Danzou ini.
"Jabatan Walikota sudah lama kosong, tidak ada yang mau menjabat! Raja kesulitan untuk mencari orang untuk mengisi jabatan itu!"
"Mengapa tidak ada yang mau menjabat sebagai Walikota?" Robert Gao kembali bertanya.
"Bukankah Tuan sudah melihat bagaimana buruknya kondisi Kota maupun para penduduknya! Semua Pejabat sudah hidup berkecukupan, jadi siapa yang mau repot-repot memikirkan Kota kumuh itu!"
"Aku tidak mengerti! Jelaskan lebih rinci pada diriku!" Robert Gao menatap tajam ke arah pelayan muda itu.
"Kerajaan Danzou tidak sama dengan Kerajaan lain yang menerima penghasilan dari pembayaran pajak para penduduk! Kekayaan Kerajaan Danzou berasal dari tambang bijih besi! Jadi, Kerajaan tidak menganggap penting para penduduk!" jelas Xiao Ho.
"Namun, bukankah perlu tenaga kerja yang banyak untuk bekerja di tambang?" Robert Gao tidak menyangka Kota di mana dirinya berada memiliki tambang. Bukankah tambang itu seharusnya membuat kehidupan para penduduk lebih baik.
Xiao Ho tersenyum getir dan berkata, "Tuan, tidak bermaksud lancang, tetapi semua pekerja tambang berasal dari Kerajaan Qiyang. Begitu juga dengan hasil tambang, dijual langsung kepada Kerajaan Qiyang. Kerajaan Qiyang yang akan menjual besi-besi yang sudah dibentuk kepada Kerajaan lain. Tentu Raja menerima uang yang banyak tetapi itu akan lebih banyak jika Raja menjualnya langsung kepada Kerajaan lain!"
Korupsi, kolusi dan nepotisme, istilah-istilah itu muncul di benak Robert Gao. Seandainya, Raja tidak tamak, bukankah kehidupan rakyat akan lebih sejahtera. Robert Gao tidak yakin dirinya terlibat dalam masalah apa, tetapi dirinya harus membantu para penduduk. Selain karena panggilan hati nurani, juga karena Li akan membantunya menemukan batu sisik naga.
"Aku akan menemui Raja!" Robert Gao berdiri dan berjalan keluar dari kamarnya.
Xiao Ho memimpin jalan, ini pertama kalinya Robert Gao akan menginjakan kaki kekediaman utama Istana ini.
Ternyata, kediaman utama yang ada di seberang kamarnya hanyalah bagian belakang Istana. Setelah melewati bagian belakang, Robert Gao disambut dengan pemandangan indah halaman tengah menuju kediaman utama. Hamparan taman yang luas dengan kolam ikan yang besar. Ada jembatan kayu yang menghubungkan setiap bagian kolam, serta banyak gazebo indah yang dibangun di sana. Pohon-pohon rindang dan bunga-bunga indah bermekaran di seluruh taman itu.
Itu membuat Robert Gao muak, tempat ini berbanding terbalik dengan pemukiman para penduduk. Mereka berjalan cukup jauh, hingga tiba di pintu kediaman utama. Mereka berjalan melewati koridor panjang dengan pilar-pilar besar. Gedung terbuat dari kayu kokoh dengan arsitektur yang indah. Ukiran-ukiran indah menghiasi setiap dinding dan pilar bangunan ini, dan hal itu diperindah dengan kombinasi warna emas dan merah diantara warna alami kayu.
Untuk ukuran Istana, tidak terlihat banyak prajurit yang berjaga. Hanya ada beberapa prajurit yang ditemuinya saat masuk ke dalam Istana utama ini.
Xiao Ho menghentikan langkahnya secara mendadak dan itu membuat Robert Gao hampir menabraknya.
"Tuan, lebih baik besok baru kita bertemu dengan Raja!" Xiao Ho berbalik dan hendak berjalan pergi.
Robert Gao heran melihat tingkah Xiao Ho dan menangkap lengan pelayan muda itu. Namun, belum sempat bertanya, perhatiannya teralihkan oleh suara yang memanggilnya.
"Jing Quo!" Pangeran Kedua menghampirinya bersama dengan seorang wanita muda.
"Itu Nona Muda Keluarga Tan, Tan Fang Yi!" bisik Xiao Ho.
Ah... akhirnya dirinya mengerti mengapa tingkah Xiao Ho seperti tadi. Pelayan muda itu takut dirinya akan kembali terkena masalah.
"Jing Quo! Kamu sudah sehat! Apakah telingamu sudah sembuh?" Pangeran Kedua bertanya sambil tersenyum mengejek.
Tan Fang Yi juga datang menghampiri mereka seraya berkata, "Jing Quo, maaf, aku belum sempat mengunjungi dirimu!"
Robert Gao muak melihat kemunafikan kedua orang itu. Robert Gao menilai penampilan Tan Fang Yi dari atas ke bawah. Tidak ada yang istimewa, apa yang membuat Jing Quo tertarik pada wanita yang penuh kepalsuan itu?
"Tuan, hati-hati!" Xiao Ho merapat dan kembali berbisik.
Robert Gao melihat jelas bagaimana tatapan antara Pangeran Kedua, Jian Ying dengan Tan Fang Yi. Terlihat mereka berdua merencanakan sesuatu untuk menindas dirinya.
"Kamu terlihat sehat! Hei, bahkan kamu terlihat lebih gemuk! Sering-seringlah keluar dari kamarmu, lihatlah kamu begitu gemuk sekarang!" Jian Ying tertawa mengejek.
Wajah Robert Gao gelap, gemuk? Apakah dirinya harus melepaskan pakaiannya dan menunjukkan otot-otot miliknya? Tidak! Dirinya tidak akan terpancing ke dalam permainan mereka.
Robert Gao hanya tersenyum dingin dan tidak berkata apapun.
Ekspresi wajah Jian Ying berubah menjadi buruk karena dirinya tidak menanggapi ejekan itu.
Saat itulah, Tan Fang Yi menghampirinya dan satu tangan wanita itu diletakkan di atas dadanya.
"Kau tahu, aku sangat merindukanmu!" Tan Fang Yi berujar manja dan mendekatkan tubuhnya.
Wanita itu menengadah menatap wajahnya dengan bibir sedikit terbuka. Wanita itu jelas menggodanya, tetapi dirinya tidak akan tergoda. Robert Gao bukan pria suci, banyak wanita yang sudah pernah dikencaninya dan wanita dihadapannya saat ini terlihat seperti anak sekolahan yang mencoba terlihat seperti wanita penggoda.
Robert Gao mendekatkan wajahnya dan menatap tajam mata wanita itu. Satu tangannya memeluk pinggang ramping Tan Fang Yi, seraya berkata, "Benarkah?"
Tidak ada wanita yang tahan jika dirinya mulai menunjukkan pesonanya. Perlahan, rona merah muncul di wajah wanita itu. Untuk sesaat wanita itu seperti terpana akan kharismanya, lalu wanita itu mendorong tubuhnya menjauh.
Robert Gao melepaskan pelukannya dan menatap Jian Ying yang terlihat seperti hendak membunuhnya.
Tepat di saat itu, pintu kayu di hadapan mereka terbuka dan seorang pria paruh baya dengan tubuh tinggi keluar dari sana.
"Ayah!!" Tan Fang Yi mendekati pria tersebut dan bersembunyi di belakangnya.
"Jenderal Tan!" Jian Ying mengatupkan kedua tangannya dan memberi hormat.
Robert Gao mengikuti Jian Ying menyapa dan memberi hormat kepada pria itu.