Bab 11 . Apakah Terlihat Seperti Sedang Bermain?
"Aku akan memberitahukan padamu tentang batu sisik naga, setelah kamu membantu memperbaiki kehidupan para penduduk!" Li memundurkan tubuhnya dan bersandar di kursi.
"Baiklah! Namun, apa yang dapat aku lakukan?" Robert Gao tidak yakin bagaimana harus membantu. Dirinya tidak memiliki uang, uang yang tadi dipakainya adalah milik Xiao Ho.
"Kekuataan milikmu dapat menyelesaikan krisis air di Kota ini!" Li menjawab santai.
"Bukankah itu artinya aku harus menunjukkan kekuatanku? Bukankah tadi kamu berpesan agar sebisa mungkin tidak menunjukkannya?" Robert Gao menaikkan alisnya.
"Kita akan pikirkan caranya nanti!" Li menjawab santai.
"Bagaimana kamu tahu saya adalah Pangeran Ketiga?" Robert Gao tahu bahwa Jing Quo jarang keluar Istana dan itu artinya Jing Quo juga jarang terlihat.
"Aku selalu memperhatikan keluarga Kerajaan!" Li menatapnya penuh makna.
"Terima kasih untuk ini!" ujar Robert Gao sambil mengenakan cincin ilusi itu di jari manisnya.
"Datanglah kemari saat kamu berada di Kota!" Li berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan Robert Gao sendiri.
Robert Gao bangkit dan keluar dari kedai ini. Xiao Ho menghampirinya saat tiba di depan.
"Mari kita kembali!" Robert Gao berjalan pergi meninggalkan kedai itu.
"TERIMA KASIH!!!" Teriak anak-anak tadi saat mereka lewat.
Robert Gao melambaikan tangannya kepada anak-anak itu. Melihat senyuman di wajah mereka membuat hati Robert Gao terasa hangat dan itu semakin membuat dirinya ingin memberi mereka kehidupan yang layak.
Begitu tiba di Istana, Robert Gao meminta Xiao Ho mengantarnya ke dapur Istana. Robert Gao melihat ke sekeliling Istana yang sangat megah dengan kebun yang hijau, sangat berbanding terbalik dengan keadaan di Kota. Hal itu, membuat Robert Gao merasa miris dan malu.
Tiba di dapur Istana, para pelayan memberi hormat padanya. Robert Gao berjalan keliling dapur yang sangat luas, begitu banyak bahan makanan yang menumpuk di sana.
"Bawa dua karung beras itu kekediaman!" Robert Gao memberi perintah sambil menunjuk ke arah karung beras yang amat banyak.
Lalu, Robert Gao keluar dari dapur Istana dan kembali ke kamarnya yang sederhana. Perjalanan kali ini cukup membuatnya terkejut, kesenjangan sosial yang sangat tajam dan itu membuat dirinya mengerti alasan Jing Quo tidak ingin menikmati harta Kerajaan. Namun, Robert Gao tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu, yang mana tidak akan membuat perubahan dan hanya menyengsarakan diri sendiri.
Kembali ke kamar, Robert Gao duduk dan berkata, "Xiao Ho, bawakan aku kertas dan arang!"
Robert Gao kesulitan menggunakan kuas untuk menulis, dirinya tidak terbiasa.
"Baik, Tuan!" Xiao Ho berlari keluar dan tidak lama kembali dengan selembar kertas dan satu keranjang arang.
Robert Gao menggelengkan kepalanya, dan berjongkok di depan keranjang arang lalu memilih beberapa arang kecil.
"Bawa kembali keranjang arang itu! Pisahkan beras-beras tadi ke dalam bungkusan kecil, semakin banyak semakin bagus!" Robert Gao duduk dan mulai menggambar di kertas tadi menggunakan arang.
Xiao Ho terpaku melihat apa yang dilakukan Tuannya. Setelah Tuannya terbangun, Xiao Ho merasakan Tuannya banyak berubah bahkan terasa seperti orang yang berbeda.
"Tunggu apa lagi? Pergilah!" Robert Gao menatap Xiao Ho yang sedari tadi berdiri diam menatapnya. Xiao Ho mengangguk dan berlari keluar dari kamar.
Robert Gao mulai menggambar rencananya, dirinya tidak akan menggunakan kekuatan untuk mengalirkan air kepemukiman. Dirinya akan menggunakan pengetahuan miliknya dan Robert Gao tenggelam dalam rencana yang memenuhi kepalanya. Setelah selesai menggambarkan rencananya, dirinya duduk bersila di ranjang dan mulai berkultivasi. Kemampuannya tidak lagi dapat membuatnya merasa mengantuk, lelah bahkan lapar dan itu sangat menakjubkan
Keesokan harinya, mereka berdua menyelinap keluar Istana dengan gerobak penuh dengan bungkusan beras. Robert Gao berencana membagikan bungkusan beras itu kepada penduduk, tetapi itu semua tidak gratis. Dirinya ingin membuat penduduk yang menerima beras, bekerja untuk mewujudkan rencananya.
Semua mata tertuju pada gerobak yang didorong oleh Xiao Ho. Robert Gao, cukup khawatir para penduduk kelaparan itu akan menjarah bawaan mereka. Namun, ternyata para penduduk hanya menatap dan tidak mendekati mereka satu langkah pun.
"Li! Li!!" teriak Robert Gao di depan kedai makan itu.
Li berjalan keluar dengan santai, lalu menatap penuh minat ke arah bungkusan yang ada di dalam gerobak.
"Apa itu?" Li menghampiri gerobak dan mengambil salah satu bungkusan dan mengamatinya.
"Beras! Aku butuh banyak tenaga untuk mewujudkan rencana ini!" Robert Gao menunjukkan gulungan kertas yang digambarnya semalam.
"Masuklah!" Li masuk ke kedai dan diikuti Robert Gao.
Mereka duduk berhadapan dan Robert Gao membuka gulungan kertas di atas meja. Li kagum melihat rencana yang tertulis di atas kertas itu.
"Apakah kamu yakin ini dapat berhasil?" Li tidak pernah melihat semua itu. Namun, jika dipikirkan, maka ada kemungkinan air dapat mengalir kepemukiman.
"Tentu! Tetapi aku butuh banyak bahan dan tenaga!" Robert Gao akan mendirikan kincir air di sungai dan kincir air akan bergerak sesuai dengan arus sungai. Kincir air akan dibuat dapat mengangkut air sungai dan air itu akan dituangkan ke dalam saluran air yang akan dipasang sampai kepemukiman. Jadi, para penduduk tidak lagi perlu berjalan ke sungai untuk mengambil air.
"Ini sangat bagus!" Li menatap kagum ke arah pria di hadapannya. Sejauh yang diketahuinya, Jing Quo adalah pria sampah dan bodoh. Namun, itu semua tidak benar, Jing Quo memiliki energi Qi yang kuat bahkan memiliki pemikiran yang cemerlang.
"Jadi apa rencana awal yang hendak kamu lakukan?" Li sangat tertarik dan dirinya bersedia terlibat dalam rencana Jing Quo.
"Aku butuh bambu yang banyak!" Robert Gao tidak akan menemukan pipa plastik di dunia ini. Bambu adalah bahan yang tepat, selain tidak sulit ditemukan, bambu juga hampir mirip dengan pipa saluran jika digabungkan menjadi satu kesatuan.
"Bungkusan itu adalah beras, aku akan membagikan kepada penduduk! Tidak gratis, siapa yang menerima beras itu harus membayarnya dengan sepuluh batang bambu!" Robert Gao tidak mungkin dapat membuat orang bekerja tanpa bayaran, hal itu tidak mungkin terjadi di dunianya begitu juga di dunia ini.
Li mengangguk, dirinya kagum terhadap Jing Quo. Dilihat dari rencananya, Jing Quo tidak ingin menunjukkan kemampuannya sama sekali dan itu keputusan yang tepat.
"Jika begitu, mari kita bagikan dan membuat mereka bekerja untukmu!" ujar Li dan keluar dari kedai.
"BERAS... BERAS!!!"
"Tukarkan sekantung beras dengan sepuluh batang bambu!" teriak Li lantang.
Tidak ada satupun penduduk yang menghampiri mereka, lalu Robert Gao berkata, "Ambil dulu beras ini, kalian bisa membayarnya besok!"
Lalu, berbondong-bondong orang menghampiri mereka, beruntung Xiao Ho menyediakan banyak bungkusan dan itu cukup dibagi kepada semua penduduk. Robert Gao menatap bagaimana orang-orang itu memeluk erat kantong beras seakan takut kantong itu akan lenyap.
Dirinya akan membuat kehidupan orang-orang itu lebih ringan, janjinya dalam hati.
Setelah semua beras dibagikan, Robert Gao meminta Li mengantarnya pergi ke sungai. Dirinya ingin melihat sendiri kondisi di sana, mereka berjalan kaki cukup jauh. Butuh waktu dua jam untuk mencapai lokasi sungai tersebut dengan jalan bebatuan yang menanjak. Robert Gao menjelaskan idenya kepada Li, beruntung Li cukup pintar jadi pria itu tidak mengalami kesulitan untuk memahami rencananya.
Kemudian, Li membawa Robert Gao bertemu dengan seorang pengrajin kayu di Kota ini. Pria tua dengan wajah datar, bahkan pria itu tidak terlihat senang bertemu mereka. Apalagi setelah Robert Gao meminta pria tua itu untuk membuat kincir air, wajah pria tua itu berubah semakin buruk.
"Tuan muda, Tuan terlihat sangat senang bermain-main! Bahkan meminta saya membuat roda sebesar itu!" ujar pria tua itu dengan ketus.
"Apakah aku terlihat seperti sedang bermain?" Robert Gao kembali bertanya dengan nada dingin.
"Jika aku ingin bermain, bukankah lebih menyenangkan bermain di dalam Istana daripada di Kota kumuh seperti ini? Anda cukup kerjakan saja pesanan ini dan terima bayaran Anda!" Robert Gao memberi kode kepada Xiao Ho untuk memberi uang kepada pria tua itu.