Bab 2 Pertemuan pertama
"Siapa kamu? " seorang pria bermonolog. Dia barusan menolong wanita yang terdampar, lalu membawanya ke tenda miliknya. Pria itu bernama Agam Linford, pria yang memiliki manik kelam berwarna biru muda. Setelah itu Agam ke luar sebentar untuk mencari buah di sekitar sana. Dia telah mengganti pakaian Loyce yang basah mengenakan kaos oblong dan celana pendek nya.
Beberapa jam berlalu, Loyce membuka kedua matanya. Gadis itu mengerjapkan mata, menatap sekelilingnya. Dia menunduk memperhatikan penampilannya yang memakai kaos oblong seorang pria. Loyce tentu saja terkejut, diapun ke luar dari tenda.
"Kenapa aku bisa di sini? " gumam Loyce mencoba mengingat kejadian kemarin kemudian gadis itu membulatkan kedua matanya.
"Kau sudah bangun nona? " suara serak dan bariton milik seorang pria membuatnya menoleh. Agam langsung menghampirinya, lalu menyuruhnya duduk.
"Aku Agam, siapa nama kamu? "
"Loyce. " gadis itu menjelaskan kejadian kemarin padanya. Agam menyerahkan buah padanya, Loyce langsung menerimanya dan mengigitnya dengan lahap.
Teringat pengkhianatan Sean membuat raut wajah Loyce kembali muram. Agam mengerutkan kening, menatap perempuan yang dia tolong ini. Dia juga menjelaskan jika Loyce pingsan selama satu hari karena demam.
Huh
"Bagaimana bisa aku kembali ke negaraku, aku merindukan mommy dan Daddy. " gumam Loyce lirih. Gadis itu memeluk kedua kakinya, terdengar suara isakan tangis. Agam menghela nafas berat, dia meletakkan keranjang buahnya, pria itu mengangkat Loyce ke pangkuannya.
"Sebenarnya apa yang terjadi? "
"Calon suamiku berkhianat dengan sahabatku. " gumam Loyce menjelaskan siapa calon suaminya itu. Agam terdiam, rahang pria itu seketika mengeras. Entah apa yang membuatnya menahan amarah setelah mendengar nama calon suami Loyce.
Loyce sendiri membenamkan wajahnya di dada bidang Agam, meluapkan segala perasaan yang berkecamuk di dadanya. Agam sendiri menurunkan Loyce secara tiba tiba, Loyce segera menghapus air matanya. Melihat sikap Agam yang berubah membuatnya merasa bersalah, mungkin Agam tak nyaman dirinya bersandar di tubuh pria itu begitu pikirnya.
"Maafkan aku Tuan Agam. " sesal Loyce. Gadis itu juga menjaga jarak,dia tak ingin membuat Agam kian membencinya. Agam sendiri langsung bangkit, pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.
Loyce sendiri bangkit, dia berjalan kearah pantai. Di sana dia meluapkan segala emosinya dengan cara berteriak. Tubuh gadis itu tampak bergetar hebat, dia memukul dadanya yang terasa sesak terbayang pengkhianatan Sean dan Nadia padanya.
"Aku membencimu Sean. " teriaknya dengan lantang. Gadis itu mengusap wajahnya kasar, dia hendak berjalan ke arah laut.
Grep
Tubuhnya di peluk dari belakang oleh Agam, Loyce sendiri terus memberontak dan ingin di lepaskan. Agam menggeram rendah, membawa Loyce menjauh dari tepian pantai. Pria itu langsung membalik tubuh gadis dalam pelukannya ini.
"Apa kau sudah gila hah, bagaimana bisa kamu berniat menenggelamkan diri? " bentak Agam dengan sorot mata dinginnya.
Loyce menangis tergugu di depan Agam, pria itu mengusap wajahnya kasar. Dia langsung menariknya ke dalam dekapan. Tangis Loyce pecah dalam pelukan hangat dari Agam, pria asing yang tak dia kenal sebelumnya.
Setelah tenang Agam mengajaknya duduk di tikar yang dia gelar tadi. Dia memberikan air kelapa pada Loyce, gadis utu segera meneguknya. Loyce kembali termenung, Agam sendiri memberikan rotinya pada Loyce dan memaksa gadis itu untuk makan.
Seakan ikatan ibu dan anak kuat, Loyce menekan dadanya dengan kuat. "Mommy, maafin aku mom. Aku pasti akan kembali secepatnya nanti dan menemui mommy dan daddy. " gumam Loyce.
"Teirmakasih Tuan Agam,kau telah banyak menolongku. " gumam Loyce.
Agam memberikan solusi dari masalah, Loyce. Mendengar kata dendam membuat Loyce mengepalkan mata, dia mengangguk setuju dengan apa yang di ucapkan Agam. Dia tak boleh lemah dan cengeng, dia akan membalas perbuatan Sean dan Nadia nantinya.
Keduanya langsung bangkit, Loyce membantu Agam yang ingin mencari kayu bakar di tengah hutan. Pria tampan itu melirik kearah Loyce dalam diam, Loyce tampak bersemangat mencari kayu bakar sesuai perintah Agam.
Mereka kembali ke tenda setelah berhasil mengumpulkan kayu bakar. Loyce memperhatikan apa yang tengah di lakukan Agam saat ini. Pria itu menata kayu kayunya menjadi api unggun.
"Em Tuan Agam, kenapa kamu tinggal di sendirian di sini? " tanya Loyce penasaran.
"Karena aku suka di sini, sunyi dan
damai. " jawab Agam dengan nada datar nya.
Loyce merasa Agam tak memiliki keluarga hingga tinggal di pulau ini. Gadis itu sempat berpikir, apa pria di depannya ini tak merasa kesepian. Dia ingin bertanya lagi namun takut Agam tak nyaman dengan jiwa penasarannya saat ini.
Dan larut malam api unggun itu menyala. Loyce duduk tak jauh dari api unggun, entah apa yang tengah dia lamunkan saat ini. Agam datang membawakan ikan bakar pada Loyce, gadis itu menerimanya.
"Tuan,apa ? "
"Berhenti memanggilku Tuan. " protes Agam. Loyce langsung mengatupkan bibir, gadis itu memikirkan nama panggilan yang tepat untuk Agam.
"Bee, apa kau memiliki ponsel. Aku ingin meminjamnya sebentar untuk menghubungi keluargaku. " pinta Loyce dengan mata memelas.
Agam justru menggeleng, membuat tubuh Loyce seketika melemas. Gadis itu memakan ikan bakarnya dengan malas malasan.
Agam POV
Astaga Loyce, bagaimana bisa dia memanggilku Bee, dia menyamakan aku dengan lebah?
Huh setidaknya panggilan ini lebih baik dari pada Tuan. Aku malas jika harus mendebatnya hanya perkara panggilan nama.
Setelah menghabiskan ikannya, Loyce menyandarkan kepalanya di bahu Agam. Pria itu bangkit, dia bersandar di sebuah kayu, menarik Loyce untuk berada di depannya. Agam mengambil kain lalu menyelimutkan ke tubuh mereka.
"Masih kedinginan Love? " tanya Agam.
"What! Love? " Loyce terkejut dengan panggilan Agam padanya.
"Iya karena nama kamu susah, aku memanggilmu Love. " jawab Agam yang membuat Loyce mengangguk pasrah.
Diam diam Agam tersenyum tipis, mengeratkan pelukannya dari belakang. Loyce sendiri merasakan kenyamanan, tanpa sadar dia mengantuk dan memejamkan matanya. Melihat Loyce yang tertidur membuat Agam itu memejamkan kedua matanya.
Pagi datang begitu cepat, sinar matahari membuat tidur Loyce terusik. Gadis itu.membuka matanya, menatap sekelilingnya dan ternyata dirinya berada di dalam tenda. Loyce segera bangun, dia berjalan menuju ke tepi pulau untuk membersihkan diri sebentar.
"Jangan berenang terlalu ke tengah Love, kau akan tenggelam nanti. " ujar Agam yang menyusulnya sambil membawakan pakaian ganti untuk Loyce.
"Kemarilah Bee, berenang di sini sangat menyenangkan. " teriak Loyce.
Agam segera menanggalkan kaosnya kemudian menceburkan diri ke laut, menghampiri Loyce. Grep tangan kekar itu memeluk perut ramping Loyce. Loyce sendiri mengapungkan tangannya ke leher Agam. Selesai berenang, keduanya segera ke laut dari air.
Jakun Agam naik turun melihat tubuh seksi Loyce. Pria itu langsung berbalik dan membiarkan Loyce mengganti pakaian. Setelag selesai dia segera mengganti pakaiannya di tempat lain.