Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

9. Pesan Kak Eza

"Ini muka berdua kenapa, hm?" tanya Kak Ilo sambil bersedekap dada saat melihat kedua adik kembarnya pulang dengan wajah sembab satu dan lainnya pucat. "Kalian lagi ada masalah?"

Oca dan Ica saling tatap sejenak. Oca tahu apa yang Ica pikirkan. Ica bermaksud untuk menyuruh Oca tidak membeberkan perihal yang ia katakan sebelumnya di sekolah dan Oca mengerti itu. Baiklah, ia akan merahasiakannya yang entah sampai kapan.

"Aku ke kamar duluan." Oca memilih untuk menuju kamar karena sejujurnya situasi sekarang serasa canggung baginya, belum lagi pengakuan dari Ica tadi. Mungkin jika ditinggalkan berdua dengan Kak Ilo, Ica bisa lebih merasa leluasa untuk bercerita. Bagaimana pun mereka berdua adalah adik kakak yang hubungannya memang seharusnya tidak boleh terjalin. Namun, beda ceritanya jika Kak Ilo juga memendam perasaan yang sama kepada adiknya itu.

Ah, berpikir seperti itu membuat Oca semakin gila. Bagaimana jika Daddy dan Mommy tahu?

Ica mengangguk mengerti dan membiarkan Oca masuk ke kamarnya lebih dulu. Situasi lebih canggung karena saat ini hanya ada Kak Ilo dan dirinya.

"Aku~ ke kamar dulu Kak." Ica bergumam pelan, namun langkahnya terhenti saat Ilo menahan lengannya. Pria itu menatap lekat wajah adik kandungnya yang berantakan.

"Kamu nggak papa? Kenapa nangis, hm?" tanya Ilo lembut membuat jantung Ica semakin berdebar keras.

Dengan cepat Ica menggeleng. "Aku nggak pa-pa." Ica berusaha melepaskan tangan kokoh milik Kak Ilo yang kini menggenggam lengan kanannya dengan lembut. Kak Ilo melepaskannya.

"Istirahatlah."

Ica hanya mengangguk dan segera beranjak ke kamar yang terletak di sebelah kamar Oca. Sudah terlalu lama sejak dirinya memendam perasaan kepada Ilo, namun hal itu terus dia pendam sampai sekarang. Pada saat hari Ilo balik dari bandara, Ica merasa sangat senang hingga dirinya menyuruh Oca untuk menjemput Kak Ilo karena memang dia belum siap menjumpai pria yang dicintanya.

Alasan Ica tidak sepenuhnya berbohong, karena dia benar-benar kencan dengan Kak Sena. Namun, perjumpaan pertamanya dengan Kak Ilo malam itu membuat dirinya semakin cinta karena Kakaknya semakin dewasa dan semakin tampan tentu saja. Tapi, Oca juga bercerita bahwa Kak Ilo membawa seorang bulek dan itu membuat hati Ica sakit sedemikian rupa.

Ica tahu, dirinya tidak berhak untuk melarang ini dan itu. Hanya saja, saat ini perasaannya begitu tabu untuk rasa cinta yang dimiliki kepada Sang Kakak. Ica memilih untuk mempercayai Oca karena bagaimanapun Oca adalah orang yang tepat untuk menjadi sandaran disaat dirinya seperti ini walaupun terkadang sikap Oca suka menjengkelkan.

Ica juga tidak munafik dengan ketertarikannya kepada Kak Sena. Katakanlah Ica jahat, namun selama empat tahun ini, ia mencoba mendekati lelaki lain untuk menghilangkan rasa pada Kak Ilo hingga dirinya jumpa dengan Kak Sena yang mampu mengalihkan dirinya dari rasa cinta yang tabu tersebut. Namun, rasa itu tiba-tiba saja lenyap saat ia berhadapan dengan Ilo untuk pertama kalinya semenjak empat tahun berlalu.

Dan sekarang, apakah Ica membiarkan perasaannya begitu saja tanpa terbalaskan? Atau justru mengungkapkannya pada sang kakak? Tapi, bagaimana jika orang tuanya tahu? Bagaimana reaksi Kak Ilo? Ica hanya tidak mau jika Kak Ilo membencinya setelah tahu perasaannya yang gila ini.

***

Oca menatap langit-langit kamarnya yang berwarna cream dengan seksama walau pikirannya kembali kepada Ica yang mengakui perasaannya. Akal sehatnya masih belum bisa menerima semuanya. Entah sudah ke berapa kalinya Oca menghela nafas gusar. Jika saja Mommy, Daddy, Kak Ola, ataupun Kak Ilo sendiri tahu, bagaimana dengan Ica? Dirinya pasti sangat malu. Oca menggeleng mencoba mengenyahkan pikiran tersebut. Bagaimanapun, Oca masih cukup waras untuk tidak memberitahukan hal ini kepada siapapun termasuk Kak Ilo sendiri.

Getaran ponselnya membuat Oca meraba-raba hp yang sebelumnya ia letakkan asal di atas kasur. Pesan tersebut dari Kak Ezalio yang merupakan Kakak sepupu Oca yang umurnya setara dengan Kak Ilo.

Boy, dimana?

"Ck." Dirinya berdecak setelah membuka pesan Kak Eza yang selalu memanggilnya dengan 'Boy' yakni singkatan dari 'tomboy' bukan 'boy' yang artinya anak laki-laki.

Di laut.

Balas Oca cepat. Tak lama hpnya kembali bergetar.

Ngapain di laut? Mau jadi umpan buat hiu?

Lah, itu tau. Nanya lagi -__-

Ya kan kali aja jadi umpan buat ikan paus.

Terserah deh. To the point aja, kak. Jangan pakek basa-basi!

Gitu aja ngambek. Nggak kakak pulangin oleh-oleh nih.

Ehm.. Ya udah basa-basi juga boleh, tapi oleh-olehnya buat aku yg banyak. Lebih banyak dari oleh-oleh untuk Mona.

Hahaha... Dasar! Oya, kamu jemput kakak ya di bandara hari rabu. Mona nggak bisa karena ada rapat cheer katanya.

Oca bersungut-sungut dalam hati. Kenapa semua orang kini seperti memanfaatkan kepolosannya dengan menjadi supir? Dua hari lalu Kak Ilo, sekarang Kak Eza, besok jangan-jangan Kak Juno lagi. Oca bergidik ngeri mengingat ketiga kakak lelakinya yang kini kuliah di luar negeri. Jika Ilo dan Eza seumuran, maka Juno lebih tua dua tahun dari Ilo dan Eza. Juno juga sedang mengambil S3 di Harvard untuk memperdalam ilmu kedokterannya.

Ini kalian kompakan ngerjain aku?

Gak kok, Ca. Kompak kenapa memangnya?

Aneh aja. Kemarin Kak Ilo minta jemput, nah sekarang Kakak. Lusa takutnya Kak Juno lagi -.-

Hahaha.. Bilangin Kak Juno ah~~ kebetulan dia lagi disamping Kakak.

Bilangin aja. Lagian aku bukan supir!!!

Tapi, kata Kak Juno, dia juga minta jemputin kamu, Ca. Gimana dong?

Kan bisa manfaatin cewek kalian, sih. Masa adik sendiri di manfaatin? Kakak macam apa itu? -,-

Ck ck ck.. Kasian cewek kami dong, Sayang. Lagipun, adik dimana-mana lebih berguna.. Pokoknya jemput Kakak hari rabu jangan lupa atau oleh-oleh Kakak kasih semuanya ke Mona.

Iya bawel!

Oca segera membanting hpnya yang kembali bergetar, namun tidak diacuhkan karena terlalu malas meladeni para Kakak sepupunya yang memiliki kejiwaan di bawah rata-rata. Anehnya, para wanita masih saja mendekati mereka, mungkin jika sudah kenal para wanita itu akan menyesal.

Dirinya bergerak menjauhi kasur dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari keringat yang sudah mengering di bajunya. Oca melepaskan pakaiannya satu persatu lalu masuk ke dalam bathtube untuk meringankan dirinya dari segala pikirannya karena ia saat ini sedang memikirkan Ica.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel