Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

12. Oca Tersinggung

Pagi ini Oca mendapat teguran hebat dari Kak Ilo karena semalam sudah berani mengabaikan Sang Kakak. Lagipula, Oca memiliki alasan tersendiri untuk tidak pergi ke kamar Kak Ilo dan itu karena menjaga perasaan Ica. Kak Ola hanya diam sedari tadi dan tidak membantu Oca sama sekali saat Ilo memarahinya membuat Oca mengumpat kesal. Kak Ola pasti berpikir jika sekarang dirinya sedang balas dendam karena Oca berhasil mengejek Kak Ola semalam.

"Kamu denger nggak apa kata Kakak, hah?" Ilo menatap Oca tajam.

Oca menghela nafasnya dan bergumam. "Nggak usah lebay deh, Kak. Aku Cuma hujan-hujanan sebentar juga." Oca memilih duduk disamping Kak Ola dan mendapat pelototan dari Kak Ola karena membantah Ilo yang sedang bertempramen saat ini.

"Lebay kamu bilang? Kalo kamu sakit siapa yang susah?"

"Kakak," jawab Oca tidak acuh semakin membuat Ilo pening sedangkan Ola hanya berdecak melihat Oca yang terlihat santai namun kakinya gemetaran karena takut.

"Udah deh, Kak." Ola menyela. "Ngomong sama Oca kaya ngomong sama batu. Lagian Kakak nggak lihat kakinya udah gemetaran gitu?"

Ilo menaikkan sebelah alisnya dan menatap kaki Oca yang memang bergetar karena takut namun pura-pura santai. Ia menyeringai membuat Oca menelan salivanya gugup karena tidak tahu apa yang Ilo pikirkan saat ini.

"Kakak bakal kasih kamu hukuman."

"Jangan dong, Kak. Aku sibuk hari ini, nggak sempet jalanin hukuman Kakak." Oca dengan cepat menyela karena sepertinya ia tahu jika Ilo sudah berniat iseng padanya.

"Sibuk? Kamu nggak boleh kemana-mana hari ini!" Ilo kembali menyela tegas.

Oca berdecak. "Nggak bisa! Aku mau jemput Pak dokter nanti di bandara."

Ilo dan Ola menatap Oca dengan terkejut. "Kok bisa dia pulang? Nggak ngabarin lagi." Ola langsung protes saat tahu Kak Eza pulang tanpa memberitahu keluarganya. Mereka semua memang sudah tahu panggilan Oca untuk Eza adalah Pak dokter.

"Taksi kan ada!" Ilo kembali menyela tidak suka. "Lagian kamu kan bukan supir."

Kini Oca menatap Ilo sambil tersenyum miring. "Yang jadikan aku supir pertama kali siapa? Kakak kan? Kakak yang nyuruh aku jemput dan sekarang aku bakal jemput Pak dokter soalnya dia udah nyiapin oleh-oleh untuk aku. Lagipula, kalau Pak dokter nggak aku jemput, ntar oleh-oleh dia kasih ke Mona semua. Ohh aku tidak terima!" ujarnya panjang lebar membuat Ola dan Ilo tercengang karena Oca berhasil disogok dengan oleh-oleh.

"Kalau begitu. Kita pergi berdua!"

"Deal!" Oca berujar tanpa berpikir. "Apa?" tanyanya sekali lagi pada Kak Ilo.

"Kita. Pergi. Berdua! Kurang jelas, Sayang?" tanya Ilo penuh penekanan.

Oca langsung menyengir. "Aku bisa nyetir kok, Kak. Kakak nggak usah khawatir, lagipula aku bakal jalan sebelah kanan terus kok, eh sebelah kiri maksudnya."

"Gak ada tawar menawar! Pergi sama Kakak atau kamu gak boleh pergi sama sekali!"

Dalam hati, Oca merutuki sikap Kak Ilo yang kelewat posesif padanya. Lagipula, bukan ini maksud Oca, dia hanya ingin menjaga jarak dengan Ilo karena Ica.

"Oya, Ica mana?" tanya Ola saat tidak melihat keberadaan Ica sedari tadi. Hari rabu ini memang sedang libur karena tanggal merah. Jadi, mereka semua sedang berkumpul di rumah karena ini merupakan family time walau kedua orang tua mereka akan pulang dua hari lagi, setidaknya mereka masih bisa kumpul bersama.

Baru saja Oca memikirkan Ica dan Kak Ola sudah bertanya. Seolah mendapatkan ide, Oca mencoba untuk memperhatikan dengan detail wajah Kak Ilo jika mengatakan Ica sedang pergi berkencan.

"Pergi sama Kak Sena. Mereka katanya mau KENCAN!" Oca sengaja menekankan kata kencan dihadapan Ilo membuat Ilo menaikkan sebelah alisnya menatap Oca bingung.

Oca berpikir, mungkin Kak Ilo cemburu dan perasaan Ica terbalaskan. Oca merasa senang dan dia bisa memberitahukan berita bahagia ini kepada Ica.

"Kamu ngomong kencan kenapa mukanya kaya nenek lampir gitu? Iri sama Ica yang punya cowok sedangkan kamu nggak?"

Kak Ilooo asseeemmah! Maki Oca dalam hati. Ternyata prediksi Oca terlampau jauh.

Oca menghela nafas kecewa. "Au ah. Bodo!" Oca segera beranjak ke dapur dan mengambil bolu kukus yang dibuat oleh Bi Suri sebelumnya dan balik ke ruang tamu dimana kedua kakaknya berada.

"Minumnya mana?" tanya Kak Ola sambil mengerling jahil.

Oca berdecak. "Emang aku babu?"

"Kan kamu calon babu," balas Ola iseng ingin mengerjai Oca.

"Ada gitu babu secantik aku?" Oca tidak mau kalah.

Ilo tersedak dengan bolu kukus yang ada di tenggorokannya mendengar ucapan Oca.

Uhukk uhukk.

"Yeyy. Nggak lebay gitu juga dong, Kak. Pake acara batuk segala."

"Ambilin minum cepet!" Ola menatap Oca melotot sambil mengelus punggung Ilo yang kini terbatuk-batuk.

Dengan langkah seribu, Oca mau tidak mau mengambil air putih untuk Kak Ilo dan memberikannya. Setelah, tenggorokannya lega, Ilo menatap Oca dan tersenyum jahil.

"Maaf, Kakak nggak sengaja batuk tadi."

Oca hanya mendengus dan melahap bolu kukus tersebut dengan mata memandang ke arah tv. "Iya, tau kok kalau aku jelek. Aku kan emang jelek, nggak secantik Ica atau Kak Ola."

Ola dan Ilo terdiam kaku. Mereka tidak pernah melihat Oca sesensi ini.

"Aku ke kamar dulu." Oca beranjak menuju kamar meninggalkan Kak Ilo dan Kak Ola yang tertegun.

"Oca kenapa Kak?" tanya Ola cemas.

Ilo menghela nafasnya. "Kamu disini aja. Biar Kakak ngomong sama Oca."

Ola mengangguk. "Hmm. Semoga dia gak tersinggung ya."

"Dia nggak akan tersinggung," balas Ilo seadanya dan segera menyusul Oca ke kamar adiknya.

"Kamu marah?" Ilo bertanya kepada Oca yang kini berdiri di balkon kamarnya sambil menatap kolam renang dibawah.

Oca menggeleng. "Untuk apa aku marah dengan kenyataan yang ada?" balasnya tanpa menoleh menatap Ilo yang kini menatapnya dengan tatapan yang tak terbaca.

"Kamu cantik kok."

Oca tersenyum sinis dan itu tak luput dari perhatian Ilo. "Udah deh, Kak. Gak usah ngerayu aku. Lagipula, itu memang kenyataan. Temen-temen aku juga bilang aku nggak secantik Ica dan terlalu bertingkah seperti preman pasaran." Ilo merasa marah karena Oca terlalu merendahkan dirinya seperti itu. Ilo memegang kedua bahu Oca untuk menghadapnya agar Oca mau menatapnya.

"Bagi Kakak, kamu yang paling cantik. Kamu adalah princess kakak. Jadi, jangan pernah mikirin apa kata temen kamu, karena mereka terlalu buta untuk melihat kecantikan kamu."

Oca terbelalak menatap Kak Ilo yang kini menatapnya serius tanpa bercanda seperti biasa.

"Terserah kamu mau percaya apa gak! Tapi, yang pasti bagi Kakak, kamu yang tercantik. Untuk apa memikirkan perkataan orang jika ada Kakak yang selalu memperhatikanmu dan~ mencintaimu?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel