Bab 3
Bab 3
Senin pagi di sebuah perusahaan penyedia pelakon di dunia hiburan sedang menggeliat seperti biasanya. Perusahaan yang bernama Big Star tersebut merupakan perusahaan yang menaungi banyak Idol, aktor ataupun aktris. Sebagai tempat menampung sumber daya yang mumpuni, Big Star dituntut untuk profesional dalam pekerjaannya.
Seperti pada hari ini, pemimpin mereka mengumpulkan jajaran produser serta manager senior untuk membahas mengenai penandatangan kontrak penyanyi pria yang bernama Shen Jun atau yang akrab dipanggil China Sweet Heart. Selain wajah tampannya, Jun juga memiliki suara khas yang setiap kali bernyanyi orang yang menutup mata saja mampu mengenalnya.
Beberapa hari ini, rumor mengatakan jika Shen Jun akan berlabuh ke Big Star. Kini, pemimpi Big Star mengkonfigurasi rumor tersebut. Pria tua berkepala botak itu cukup bangga dengan hasil kerjanya perusahaannya. Karena bisa membawa Shen Jun yang menjadi idola paling digemari saat ini.
"Hari ini, aku hanya ingin membahas masalah Shen Jun saja. Kalian semua tahu bukan jika Jun baru saja menandatangani kontrak dengan pihak kita? Jadi ... aku berharap kalian bisa melambungkan namanya setinggi mungkin." Pidato singkat dari ketua Huang pemilik rumah para artis Big Star.
Para jajaran karyawan saling bertepuk tangan menyambut kabar baik ini. Hanya satu orang saja yang tampak murung mendengar kabar baik ini. Dialah Zi Wei. Salah satu manager senior yang baru saja dipromotori menjadi salah satu produser di Big Star Entertainment. Zi Wei adalah wanita pekerja keras yang berjuang dari bawah. Karena kerja keras serta keuletannya, Zi Wei mampu bertahan hingga naik ke posisi ini.
Tetapi? Kenapa Zi Wei begitu ragu dengan kabar baik ini? Adakah yang salah dengan bergabungnya Shen Jun ke Big Star Entertainment?
"Dia? Kenapa langit selalu mempermudah aku dengannya?"
"Nona Wei? Apa ada masalah?" tegur ketua Huang pada Zi Wei yang tampak memendam sesuatu pada rapat pagi ini.
"Ti-tidak, Pak!" sahut Zi Wei dengan terbata.
"Apa kau sakit, Zi Wei?" tanya salah satu anggota rapat adanya.
"Saya hanya sedikit kurang tidur, promosi Chen Mo membuat tim kami lembur." jelas Zi Wei berdalih dengan membela dirinya.
"Aku tahu kau sangat berdedikasi pada perusahaan, Nona Wei. Tapi, mohon jangan tugaskan timmu terlalu berlebihan." Ketua Huang yang biasanya sangat mengagungkan materi, tiba-tiba hari ini begitu berbelas kasih. Kenapa?
Apakah karena demam Shen Jun?
"Baik, Pak--"
"Untuk tugas selanjutnya, aku akan menjadikanmu Shen Jun di bawah arahanmu, silakan kau atur semua pekerjaan Shen Jun." imbuh ketua Huang pada Zi Wei.
Atas tugas baru ini, dada Zi Wei terasa sesak. Jangankan bekerjasama dengan Jun, melihat foto atau gambar produk yang diiklankan oleh Jun saja bisa membuat gula darah Zi Wei naik.
Zi Wei meremas dokumen di depannya dengan pelan, ingin rasanya ia berteriak dan menolak tugas baru ini. Tetapi, jika Zi Wei tidak mencobanya, ia tidak akan tahu selanjutnya. "Tapi, Pak .. saya masih harus melanjutkan promo album Chen Mo?"
Tentu saja Ketua Huang tidak milih Zi Wei secara sembarangan, dia sangat tahu seperti apa cara kerja Zi Wei. Salah satu pegawainya itu dinilai sangat kompeten mengurus artis-artis Big Star.
"Banyak manager yang bisa membantu Chen Mo, kau fokus saja pada Shen Jun. Ingatlah Nona Wei, Jun adalah bintang besar kita!"
Rapat ditutup, Zi Wei menerima banyak ucapan selamat dari rekan sekantornya karena akan mengurus Shen Jun.
"Tenang Zi Wei, dia hanya manusia biasa. lagipula dia tidak ada hubungannya dengan kehidupan terdahulumu."
Sekitar pukul 11 malam, Zi Wei keluar dari kantor dan segera memacu kendaraannya ke rumah yang selama ini ia sewa. Selama ini, Zi Wei menjalani hidupnya dengan baik. Tanpa ragu melakukan apapun. Wanita karir itu telah banyak melalui ujian pada kehidupan sebenarnya.
Sebelum pulang, Zi Wei mampir membeli beberapa kaleng bir dan buah segar. Selian itu, Zi Wei juga membeli ayam goreng pedas sebagai teman minimnya.
Zi Wei sering minum di rumah karena tak memiliki waktu luang untuk hangout bersama teman sebayanya. Sibuk bekerja untuk melupakan luka hati membuatnya jarang berkumpul bersama teman.
Wanita itu membuka satu persatu bir kaleng yang ia beli, Zi Wei juga memakan anggur hijau untuk menyegarkan mulutnya. Ia banyak minum sebelum akhirnya tertidur.
**
"Tidak! kenapa kau lakukan ini padaku?" Seorang wanita dengan pakaian kerajaan menitihkan air matanya. Tepat di atas kepalanya, Wanita itu melihat orang yang ia cintai menghunuskan sebilah pisau untuknya.
"Kau ingin tahu? Inilah jawabannya!" Pria itu menusuk tepat di jantung wanita cantik itu hingga tewas.
Zi Wei terbangun dari tidurnya, air matanya kembali mengalir mengingat mimpi buruk itu. Mimpi yang selama ini tak pernah ia bayangkan. Mimpi yang akan selalu ia ingat seumur hidupnya.
"Kau tega melakukan ini padaku, jangankan bekerjasama denganku, melihatmu saja aku keberatan."
Meski di luar tampak tegar. Namun, kenyataannya Zi Wei tetaplah seorang wanita lemah yang tidak bisa berbuat apa-apa. Penolakannya pada tugas yang diberikan oleh pemimpin perusahaan, tak digubris sama sekali. Bahkan semakin menjadi, Zi Wei ditunjuk sebagai ketua tim untuk menangani Shen Jun. Dengan kata lain, Zi Wei harus bersua dengan orang yang pernah membunuhnya di kehidupan sebenarnya.
Zi Wei terlahir kembali dalam alam manusia dengan membawa sebagian ingatan dari kehidupan sebenarnya. Selain masih membawa ingatan, Zi Wei juga masih membawa luka dan juga dendamnya pada pangeran Shen, putra mahkota sekaligus suaminya.
Keputusan Ayah Zi Wei menikahkan gadis itu untuk perdamaian antara Utara dan Selatan nyatanya berakibat ketidaksetiaan. Putra Mahkota Selatan telah membodohi Zi Wei hingga tega membunuh dirinya. Meski berstatus sebagai putri mahkota, Zi Wei tak lantas memiliki hidup tenang layaknya seorang Putri Raja. Hidupnya di Istana Selatan, tidak semulus yang dibayangkan oleh Ayahnya. Dianggap pemberontakan dan pengkhianat, membuat Pangeran Shen gelap mata hingga tega membunuh Zi Wei sendiri, parahnya pembunuh itu dengan tangan Pangeran Shen sendiri.
Bagaimana tidak hancur hati Zi Wei, pria yang ia cintai dan ia anggap sebagai pelindungnya, ternyata tega mengkhianati dirinya.
Zi Wei tidak bisa menerima semua itu, bahkan dalam kehidupan ini, jika ia melihat wajah Shen Jun luka itu kembali menganga parahnya, membuat Zi Wei trauma.
Wanita itu berjalan ke arah dapur dan mengambil sebotol air dari lemari pendingin. Napasnya kini telah teratur meski dadanya masih sesak jika memimpikan kejadian mengerikan itu.
"Aku tidak bisa melakukan ini, kurasa aku harus berhenti dari pekerjaanku saja. Baru membayangkan wajahnya saja hatiku terasa sakit, apalagi bertemu dengannya?"