Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 My Bodyguard

Bab 5 My Bodyguard

“Miss yakin menerima Hero untuk jadi bodyguard?” tanya Yuyut ketika sedang menyisir rambut Raya.

“Kenapa tidak? Dia sudah menyelamatkan aku, Yut. Pasti dirinya sedang butuh pekerjaan. Seharusnya aku yang memberinya uang secara cuma-cuma,” jawab Raya dengan santai.

“Bukan begitu Miss, kita tidak tahu siapa Hero itu, latar belakangnya dan dari mana asal usulnya. Apa Miss tidak takut jika suatu saat dia ternyata seorang penipu?” Yuyut memperingati Raya agar berhati-hati.

“Aku rasa dia tidak seperti itu, kamu lihat kan tubuhnya sangat gagah. Sepertinya Hero lebih macho dari Jaka.” Raya memberikan pendapatnya tentang Hero dengan terkagum.

“Ya, jelas gantengan Bang Jaka, Miss,” bela Yuyut sambil senyum-senyum.

Raya tampak membayangkan sesuatu dan berkata, “Iya sih, tetapi sepertinya Hero lebih besar daripada Jaka.”

Sambil memperhatikan expresi Raya, Yuyut pun bertanya, “Apanya yang lebih besar Miss?”

Wajah Raya tampak malu dan menjawab, “Ya, badannya Yut.” Wanita itu tersenyum tidak jelas.

Yuyut tampak menggeleng ia sudah bisa menebak apa yang Raya sedang khayalkan.

“Besok begitu Hero datang kamu layani dengan baik ya!” pesan Raya mengganti topik pembicaraan, “Kamu boleh pergi Yut! Aku sudah mengantuk.” serunya kemudian.

“Oke Miss, selamat mimpi indah dan besar ya,” sahut Yuyut sambil keluar dari kamar Raya.

Raya hanya tertawa kecil mendengar canda dari asisten pribadinya itu. Ia kemudian berjalan menuju ke tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di kasur yang super empuk. Matanya mulai menerawang ke langit-langit kamar, sambil tersenyum dan menggigit bibirnya membayangkan sesuatu dan entah apa itu.

***

Mentari mulai bangun dari tidur panjang, sinarnya tampak menyeruak ke seluruh alam. Semua makhluk hidup mulai mencari rezeki di bawah langit biru yang cerah. Yuyut tampak terkejut ketika melihat Hero sudah datang sambil membawa sebuah tas ransel berukuran besar.

Yuyut yang sudah diberi amanat untuk melayani Hero dengan baik segera bertanya, “Bang Hero, mau minum apa?”

“Kopi boleh,” jawab Hero sambil menatap Yuyut dengan tajam.

“Mau pulang kampung ya Bang?” tanya Yuyut ingin tahu ketika melihat ransel besar di pundak lelaki itu.

“Miss Raya mana?” Hero balik bertanya.

“Belum bangun,” jawab Yuyut kemudian ia menghubungi asisten yang berada di bagian dapur, “Kopi hitam satu dan jangan lupa kuenya! Bawa ke ruang tamu sekarang!” seru Yuyut lalu kembali menoleh ke arah Hero untuk mempersilahkannya masuk, tetapi lelaki itu sudah tidak berada di tempat hanya tasnya saja yang tergeletak di lantai.

Yuyut segera mencari Hero ke sekitar rumah karena dirinya yakin lelaki itu belum masuk. Ia tampak celingukan sambil melihat di mana Hero berada. Ketika ia sampai di sebuah belokan, tiba-tiba tubuhnya bertabrakan dengan seseorang.

“Eh … ayam, ayam,” ucap Yuyut dengan terkejut, “Bang Hero bikin kaget Eike saja,” ujar Yuyut sambil menepuk dada Hero yang berotot.

“Kenapa cari saya?” tanya Hero dengan sorot matanya yang tajam.

“Abang sendiri kenapa berada di sini?” Yuyut balik bertanya.

Hero kembali menelisik ke sekeliling rumah dan menjawab, “Kerja.” Ia kemudian kembali berjalan melihat-lihat keadaan di luar rumah itu.

Yuyut tampak mengekor di belakang lelaki itu dan berkata, “Abang itu bodyguard bukan security jadi buat apa lihat-lihat?”

Hero segera menghentikan langkahnya dan berbalik lalu menatap Yuyut dengan tajam seraya berseru. “Kamu diam saja!”

“Iya Bang,” sahut Yuyut yang ketakutan melihat tampang Hero. Tiba-tiba ponselnya berdering dengan segera ia mengangkatnya, “Hallo, Iya Miss oke. Bang Hero sudah ditunggu oleh Miss Raya untuk sarapan bersama,” ujarnya memberitahu sambil menjauhkan telepon selulernya.

“Baik,” jawab Hero sambil berjalan mendahului sehingga Yuyut pun tersenggol dan hampir jatuh terjatuh untung ia segera berpegangan pada sebuah tiang.

“Aow, Abang Hero,” pekik Yuyut dengan kesal.

Yuyut segera mengantar Hero ke ruang makan, di mana Raya sudah menunggu kedatangan mereka. Wanita itu terlihat sangat segar bagaikan sekuntum mawar yang habis diguyur air hujan. Tercium wangi parfum yang begitu menyengat membaut Hero tampak terpesona dengan kecantikan Raya.

“Selamat pagi, Miss Raya," ucap Hero sambil tersenyum. Kemudian ia menarik sebuah bangku dan duduk di hadapan Raya.

“Pagi Hero,” balas Raya dengan membalas senyum lelaki itu.

Sementara itu Yuyut duduk di sisi sebelahnya dan mereka pun mulai sarapan bersama.

“Apakah kamu sudah siap untuk mulai bekerja?” tanya Raya sambil menyudahi sarapannya.

“Saya siap mengawal ke mana pun Miss pergi,” jawab Hero sambil menyeruput kopi hitamnya.

Raya tampak tersenyum mendengar kesigapan Hero lalu ia pun bertanya, “Oh ya kamu tinggal di mana?”

“Kalau boleh, saya minta untuk tinggal di rumah ini karena kostsan saya lumayan jauh dari sini,” pinta Hero dengan penuh harap.

“Oke, itu lebih baik. Jadi saya lebih merasa aman berada di dalam maupun di luar rumah,” jawab Raya tanpa berpikir panjang lagi.

Sementara itu Yuyut tampak tercengang mendengar keputusan Raya. Ia tidak mengerti kenapa majikannya itu mengizinkan lelaki yang baru dikenal untuk tinggal di rumah ini tanpa minta pendapatnya terlebih dahulu. Namun, Yuyut tidak bisa berkata apa-apa karena ia sadar hanya lah seorang asisten pribadi.

“Oh ya Yut, apakah aku ada jadwal ketemu dengan seseorang hari ini?” tanya Raya sambil menoleh ke arah asistennya itu.

“Ada Miss, nanti jam 10.00 WIB Bang Jaka mau datang,” jawab Yuyut memberitahu.

“Oh iya, saya sudah punya janji dengannya hari ini,” sahut Raya setelah mengingat, “Kalau begitu kita perginya nanti setelah makan siang saja. Sekarang saya akan tunjukan kamar buat kamu, Ayo ikut!” ajak Raya sambil beranjak meninggalkan meja makan.

Kemudian Hero segera mengikuti Raya dengan seulas senyum yang mengembang.

Sementara itu Yuyut hanya bisa memandangi Raya dengan heran. Menurutnya sikap Raya jadi aneh semenjak Hero datang. Biasanya ia yang selalu disuruh-suruh apa pun oleh Raya. Dirinya jadi tidak mengerti apa yang membuat Raya sangat memperlakukan Hero dengan istimewa.

Tepat pukul 10.00 WIB sebuah xenia berwarana hitam datang ke rumah Raya. Security yang sudah mengenal ornag yang berada di dalam mobil itu segera membukakan pintu gerbang.

Setelah memarkirkan kendaraan di tempat yang tersedia, seorang lelaki tampan dengan memakai setelan jas rapi turun dan berjalan menuju pintu rumah Raya.

Dengan santai Jaka memencet bel untuk memberitahu kedatangannya. Tidak lama kemudian pintu itu terbuka dan Yuyut tampak tersenyum menyambutnya.

“Hai Bang Jaka, apa kabar?” sapa Yuyut dengan genitnya.

“Baik Yut, Miss Raya ada?” jawab Jaka sambil balik bertanya.

“Ada, ayo silakan masuk Bang!” ajak Yuyut yang dijawab anggukkan oleh Jaka, “Tunggu ya, saya beritahu Miss Raya dulu,” seru Yuyut sambil melangkah masuk.

Yuyut mencari Raya ke kamar tamu, ia mendengar Miss Raya sedang berbincang dengan Hero di sana.

“Permisi maaf gangu, Miss Bang Jaka sudah datang,” ucap Yuyut dan memberitahu.

“Aku akan segera menemuinya,” sahut Raya, “Ayo ikut! Aku akan kenalkan kamu dengan seseorang,” ajaknya kepada Hero. Lelaki itu mengangguk dan mengikuti Raya keluar dari kamar itu.

“Selamat siang Jaka,” ucap Raya begitu sampai di ruang tamu.

“Selamat siang Miss,” balas Jaka sambil bediri dengan seulas senyum yang mengembang di bibirnya.

“Oh ya, Jaka kenalkan My bodyguard dan Hero, ini adalah Jaka lawyer yang menangani kasus penembakan terhadapku,” ujar Raya memperkenalkan keduanya yang tampak saling mengangguk.

Raya segera duduk di hadapan Jaka, sedangkan Hero terlihat berdiri tegak di belakang wanita itu. Sementara itu Jaka menatap Hero dengan tajam. Entah mengapa ia tidak suka dengan lelaki yang kini telah menjadi bodyguard Raya.

“Miss, bisa kita bicara berdua,” pinta Jaka yang merasa tidak nyaman dengan kehadiran Hero di tengah mereka.

Sambil mengangguk Raya kemudian berseru, “Hero, tolong tinggalkan kami.”

“Baik,” jawab Hero sambil menatap tajam ke arah Jaka.

Setelah Hero pergi Jaka kemudian bertanya kepada Raya, “Kenapa kamu tidak bilang kepada saya untuk minta dicarikan bodyguard?”

“Saya tidak mau merepotkan anda Jaka, lagi pula saya ingin kamu fokus menangani kasus itu.”

“Saya sanksi jika dia bisa melindungi kamu,” ujar Jaka yang tiba-tiab merasa cemburu.

“Kamu jangan meremehkannya Jaka! Hero lah yang telah menyelamatkanku malam itu,” bela Raya yang tidak suka Hero dipandang sebelah mata.

Jaka tampak terkejut mendengarnya, tetapi ia tidak percaya begitu saja jika Hero adalah orang baik. Lalu Jaka pun berpendapat, “Kamu harus hati-hati Miss, bisa saja dia adalah komplotan dari pelaku penembakan itu. Ingat sampai sekarang polisi belum bisa membekuk pelakunya!"

“Cukup Jaka! Kamu ke sini bukan untuk membahas soal Hero,” sergah Raya kembali.

“Maaf,” ucap Jaka ketika melihat expresi Raya yang terlihat tidak suka dengan pernyataannya.

BERSAMBUNG

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel