Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 I Need It

Bab 3 I Need It

Setelah mendapat perawatan dan merasa lebih baik, Raya diperbolehkan pulang oleh Dokter. Tentu dengan dijemput oleh beberapa security untuk melindungi dirinya. Selain itu Raya mempercayakan semuanya kepada Jaka. Pengacara muda dan handal yang kemarin menangani kasus suaminya. Raya berencana untuk melaporkan percobaan pembunuhan yang baru saja ia alami kepada polisi.

Jaka segera datang ke rumah Raya untuk meminta keterangan lebih lanjut, guna mengungkap kasus yang sedang dialami oleh wanita cantik itu. Lelaki tampan dengan berperawakan tinggi itu datang untuk membahas langkah apa yang akan mereka tempuh selanjutnya.

“Selamat sore, bisa saya bertemu dengan Miss Raya,” ucap Jaka ketika dibukakan pintu oleh Yuyut.

“Sore, Bang Jaka?” sahut Yuyut sambil memperhatikan Jaka dengan seksama dengan genitnya, "silah kan masuk Bang! Tunggu sebentar saya akan panggilkan Miss Raya dulu,” seru Yuyut dan berlalu meninggalkan Jaka yang menunggu di ruang tamu.

Tidak lama kemudian Yuyut sudah kembali lagi menemui Jaka dan mengajak lelaki itu, “Bang, silah kan ikut saya! Miss Raya sudah menunggu.”

Sambil mengangguk Jaka kemudian mengikuti Yuyut untuk menemui Raya.

Yuyut segera mengantar Jaka ke salah satu ruangan. Di mana Raya sudah menunggu kedatangan tamunya. Jaka tampak tertegun melihat wanita itu yang terlihat sangat cantik dengan mengenakan dress sepaha. Sehingga membentuk siluet tubuhnya yang seksi.

“Tolong tinggalkan kami, Yut!” seru Raya yang dijawab anggukan oleh asistennya itu. Kemudian Yuyut segera meninggalkan tempat itu tanpa lupa menutup pintu.

“Silahkan duduk, Jak …! “ Raya mempersilahkan sambil menatap Jaka dengan senyum yang manis.

"Bagaimana keadaan Miss?" tanya Jaka dengan penuh perhatian.

"Tidak begitu baik, setelah kejadian itu saya jadi tidak berani untuk ke luar rumah," jawab Raya dengan ketakutan yang mulai terpancar.

“Miss tenang saja! Saya akan mencari bodyguard untuk mendampingi jika kamu mau pergi," seru Jaka sambil tersenyum. Sehingga membuat lelaki itu terlihat sangat tampan.

"Baiklah, semua saya percayakan kepada anda. Oh ya, bagaimana dengan laporan kita atas percobaan pembunuhan terhadap diri saya?"

"Saya sudah laporkan kasus penembakan itu. Sampai saat ini polisi masih menunggu keterangan dari saksi untuk menindak lanjutinya. Jadi belum ada hasil yang dapat disampaikan. Kita berdoa saja agar kasus ini bisa secepatnya terungkap," jawab Jaka sambil terus menatap Raya.

"Jujur jika pelakunya belum tertangkap saya tidak akan bisa tenang," ungkap Raya sambil menghempaskan tubuhnya di sandaran sofa.

"Saya selalu siap untuk membantu Miss kapan pun dibutuhkan." Jaka menawarkan dirinya untuk menolong Raya.

Mendengar itu Raya kemudian menggigit bibirnya dan bertanya, "Benarkah?"

Jaka tampak mengangguk dan ia jadi salah tingkah ketika tatapan mereka bertemu. Wanita itu kemudian mengalihkan perhatian dengan menyuruh tamunya untuk minum.

"Silakan diminum Jak, anggap saja rumah sendiri!"

Jaka kemudian mengambil minuman di hadapannya. Sebenarnya ia tidak haus, tetapi untuk menenangkan jantungnya yang kian berdebar hebat ketika berada di depan Raya.

“Silahkan Miss ceritakan secara rinci, peristiwa malam itu yang hampir merenggut nyawa anda!”

“Jadi pada malam itu ….” Raya mulai menceritakan awal dari peristiwa percobaan pembunuhan terhadap dirinya secara jelas.

Sementara itu Jaka tampak mendengarkan dengan seksama, sambil mencatat poin penting di ponselnya. Entah mengapa lelaki itu merasa simpati dengan wanita yang diam-diam sudah ia sukai sejak lama.

Setelah Raya mengakhiri ceritanya Jaka pun segera bertanya, "Jadi Miss tidak ingat apa pun?"

"Iya karena malam itu saya sedang mabuk berat. Info itu pun dari asisten pribadi saya, tetapi ia juga tidak bisa memberikan keterangan lebih dari itu , dirinya pingsan karena tertembak."

Jaka tampak mengangguk lalu memberikan pendapatnya, “Baiklah, saya akan pelajari kasus dulu kasus ini. Baru kita akan tentukan langkah apa yang harus kita tempuh selanjutnya.”

“Menurut anda, apakah semua ini ada kaitannya dengan kematian suami saya?” tanya Raya yang terlihat ketakutan.

“Menurut saya, pelaku pembunuhan Tuan Ado, mungkin sama dengan orang yang melakukan penembakan kepada anda,” jawab Jaka kemudian, “Untuk sementara waktu saya minta Miss jangan keluar dulu, tanpa pengawalan yang ketat! Saya yakin pelaku itu akan kembali lagi disaat kita lengah, jadi lebih baik anda tetap berada di rumah untuk keselamatan diri!” sambungnya sambil memberikan pendapat.

“Sampai kapan saya harus mengurung diri Jaka?” tanya Raya membayangkan hari-harinya pasti akan terasa jenuh.

“Sampai pelaku itu tertangkap,” jawab Jaka dengan serius.

“Kalau tidak terungkap juga? Seperti kasus pembunuhan Tuan Ado, bagaimana?” Raya bertanya kembali.

“Nanti kita pikirkan langkah selanjutnya,” saran Jaka kembali.

Raya terlihat gusar dan berkata kembali, “Saya merasa seperti burung dalam sangkar.”

“Akan tetapi itu lebih baik karena kalau berada diluar banyak pemburu yang mengincarnya,” ujar Jaka menimpali.

Sambil mengangguk Raya pun menyahut, “Iya anda benar.” Mata wanita itu kemudian terlihat berkca-kaca lalu ia menunduk, menutupi kesedihannya.

Jaka segera menghampiri Raya dan duduk di sebelahnya, ia tampak mengelus bahu wanita itu untuk menenangkan. Tanpa sungkan Raya merebahkan kepalanya di bahu Jaka dan ia mulai terisak pilu.

“Jangan takut aku akan menjagamu!” Entah mengapa kata-kata itu keluar dari mulut Jaka.

“Terima kasih Jaka, saya serahkan semuanya kepada kamu,” ucap Raya sambil mengangkat kepalanya dan menatap lelaki itu.

Jaka segera menghapus sisa-sisa air mata Raya. Wanita itu tidak mengelak dan membiarkan tangan Jaka mengelus pipinya. Mereka saling menatap sambil merasakan debaran yang semakin kuat. Jaka memberanikan diri dengan memajukan kepalanya ke wajah Raya dan memberikan sebuah kecupan di bibir ranum itu. Entah mengapa Raya segera membalasnya dengan cepat.

Seperti musafir yang kehausan Raya dan Jaka saling berpagut cukup lama. Bahkan wanita itu membiarkan Jaka menyelusuri lehernya yang jenjang. Semakin ke bawah dan terus turun.

Tangan Jaka mulai meremas yang ia gapai di dada Raya. Wanita itu pun tidak bisa menolak setiap sentuhan yang Jaka berikan. Ada sebuah keinginan yang sudah lama ia tahan dan kini menuntut untuk dipenuhi.

Raya kemudian tidak tinggal diam, ia mulai mengimbangi setiap aksi yang Jaka lakukan. Bahkan jemarinya yang lentik tampak lincah membuka setiap kancing kemeja yang Jaka kenakan dan mulai bermain di dada bidang itu.

Seperti mendapat lampu hijau, Jaka segera menyingkap dress yang dikenakan Raya. Hingga akhirnya satu persatu pakaian yang mereka kenakan mulai luruh di lantai. Jaka yang sudah lama menyukai Raya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Begitu pun dengan Raya yang sangat membutuhkan pelampiasan kebutuhan biologisnya.

Mereka terus berpacu dengan waktu agar cepat sampai di atas puncak. Namun, Jaka sepertinya tidak mau buru-buru, ia terlihat mengulur-ulur waktu dengan menikmati setiap aksinya. Hal itu justru membuat Raya terlihat tidak sabar dan gemas dengan Jaka.

“Cukup Jaka, cepat lakukan!” seru Raya sambil memejamkan matanya.

“ Iya sebentar,” jawab Jaka yang masih menjelajah di lereng gunung kembar.

Raya yang sudah tidak sabar segera membalik posisi, kini dirinya yang berada di atas tubuh Jaka. Lelaki itu tidak menyangka jika Raya sangat lincah dan sedikit liar. Sehingga membuatnya merasa tertantang untuk menaklukkan wanita itu.

Raya sudah tidak dapat membendung gairahnya lagi. Ia terlihat seperti joki yang mahir menunggangi kuda. Setiap gerakannya, membuat suara-suara mereka terdengar menggema di ruangan itu. Seolah berpacu dengan setiap detik jam yang berdetak. Hingga akhirnya Raya terlebih dahulu sampai di garis finis.

Kemudian Jaka segera mengambil alih kendali dan mulai mengejar Raya yang sudah terlihat lelah. Tidak lama kemudian lelaki itu juga mencapai titik tertingginya. Bersamaan dengan pencapaian kedua Raya. Terlihat peluh mulai bercucuran dari kedua insan yang sedang menikmati kepuasan hasrat yang telah terpenuhi.

Jaka kemudian merebahkan tubuhnya di samping Raya dan mereka saling tersenyum puas.

"Terima kasih," ucap Raya dengan wajah yang merona.

Sambil tersenyum Jaka pun membalas,

"Sama-sama."

BERSAMBUNG

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel