Bab 2 Sang Penyelamat
Bab 2 Sang Penyelamat
Para pria yang mencoba membunuh Raya terus melakukan pengejaran. Sehingga membuat orang yang telah menyelamatkan Raya, mencari cara agar mereka bisa terbebas dari kejaran para pria bersenjata itu.
Setelah berpikir sejenak, akhirnya ia melihat toilet umum yang tampak sepi dan gelap. Tanpa membuang waktu lagi, lelaki itu kemudian membawa Raya bersembunyi di sana karena jika mereka tetap terus berlari pasti akan dapat tersusul dengan mudah.
Toilet itu terlihat sempit dan hanya bisa memuat satu orang, tetapi demi menjaga Raya yang sedang mabuk. Lelaki itu kemudian ikut masuk ke dalam sehingga tubuh mereka saling berimpit. Tanpa disengaja wajah mereka menempel dengan bibir yang menyatu.
Dengan refleks Raya segera membuka mulutnya dan gairah lelaki itu pun tiba-tiba bergejolak merasakan kecupan Raya yang hangat. Seketika mereka pun saling berpagut satu sama lain.
Setelah sejam kemudian, lelaki itu kemudian membawa Raya keluar dari toilet dengan menggendongnya karena wanita itu tidak sadarkan diri.
Malam terus merambat jauh, dua orang lelaki terlihat kebingungan mencari seseorang yang sedang diincarnya.
“Ke mana lagi tuh cewek perginya? Perasaan tadi dia lagi mabuk kan?” tanya seorang lelaki kepada rekannya.
“Iya aneh banget, sembunyi di mana dia? Atau jangan-jangan ada yang menyelamatkannya tadi,” sahut pria yang mengendarai motor.
Tiba-tiba terdengar suara ponsel berdering dari saku celana salah satu di antara mereka.
“Selamat malam Bos, wanita itu berhasil kabur. Sepertinya ia ditolong seseorang,” lapor pria bersenjata setelah tidak berhasil membunuh targetnya.
“Bodoh kalian! Menghabisi satu orang wanita saja tidak becus!” maki seseorang dari seberang sana, “Cepat cari terus! Pasti wanita itu masih ada sekitar situ,” serunya kemudian.
“Siap Bos, tenang saja kami pasti menemukannya karena wanita itu sepertinya sedang mabuk,” sahut pria itu kembali.
“Bagus, ingat wanita itu harus cepat dibereskan atau ia akan merepotkan kita nanti dan habisi juga orang yang telah berani ikut campur dalam urusan kita!” seru seseorang dengan suara yang serius sambil memberikan perintah.
“Oke Bos,” sahut lelaki itu dan mengakhiri panggilannya, kemudian ia segera naik ke atas motor dan melaju pergi untuk melakukan pencarian kembali.
Tanpa mereka sadari sepasang mata mengamati dari tempat yang gelap. Setelah merasa aman, akhirnya pria itu memutuskan untuk membawa Raya ke rumah sakit. Setidaknya wanita itu untuk sementara waktu akan terlindungi di sana.
Raya segera ditangani oleh petugas medis dan dibawa ke UGD. Setelah membayar administrasi, lelaki itu kemudian pergi meninggalkan Raya. Selang beberapa waktu kemudian, Rumah Sakit itu juga menerima seorang korban penembakkan.
Petugas medis segera bertindak cepat dengan membawanya ke ruang UGD untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut. Tidak lama kemudian seorang dokter datang dan memberinya pertolongan dengan mengeluarkan sebutir peluru yang telah bersarang di lengan korban.
***
Keesokan harinya Raya terlihat sudah sadar. Ia tampak membuka matanya dengan perlahan. Wanita itu sangat terkejut ketika menyadari berada di ruang UGD ketika menoleh ke sisi kirinya, ia melihat Yuyut terbaring dengan lengan yang diperban dan wajah yang pucat.
Sungguh Raya tidak bisa mengingat apa pun yang telah terjadi karena ia sedang mabuk berat semalam. Namun, Raya yakin jika seseorang telah menolong dan membawanya ke Rumah Sakit dan entah siapa itu.
“Sus, semalam siapakah yang telah membawa saya ke sini?” tanya Raya kepada seorang suster sambil terbaring lemah. Mungkin saja ia bisa mendapatkan informasi siapa gerangan yang telah menyelamatkannya.
Setelah berpikir sejenak suster itu pun menjawab, “Kalau tidak salah seorang laki-laki Mbak, tetapi saya tidak tahu siapa namanya,” jelasnya kemudian.
“Bisa sebutkan ciri-cirinya Sus!” pinta Raya kemudian.
“Orangnya tinggi Mbak, tetapi dia memakai masker jadi saya tidak tahu wajahnya seperti apa,” jawab suster itu kembali.
Raya tampak mengangguk dan bertanya kembali, “Kalau Mbak ini siapa yang bawa ke sini, Sus?” tanya Raya sambil menunjuk ke arah Yuyut.
Sambil melihat Yuyut suster itu pun menjawab, “Kalau tidak salah warga di sekitar tempat kejadian, Mbak.”
“Ya sudah, terima kasih Sus,” ucap Raya yang masih penasaran.
Tidak lama kemudian akhirnya Yuyut pun sadar, ia terlihat bingung berada di tempat itu.
“Di mana ini?” tanya Yuyut dengan suara khasnya.
“Yut, kamu sudah sadar?” tanya Raya dengan senang.
“Miss sendiri bagaimana?” Yuyut balik bertanya, ia senang melihat keadaan Raya yang selamat dari percobaan pembunuhan semalam.
“Aku baik-baik saja Yut,” jawab Raya sambil merasakan kepalanya yang masih pusing, "Oh ya apa yang telah terjadi dengan kita semalam Yut?" tanya Raya ingin tahu.
“Ada yang ingin mencoba membunuh Miss semalam. Untung tembakannya kena tiang, kalau tidak saya yakin Miss tidak akan selamat sekarang,” ujar Yuyut dengan memegang lengannya yang terasa nyeri.
Raya tampak tercengang mendengarnya. Ia tidak menyangka jika ada yang berniat menghabisi nyawanya.
Wanita itu yakin sekali jika semua ini ada kaitannya dengan kasus pembunuhan suaminya.
"Benarkah seperti itu, Yut?" tanya Raya yang masih tidak percaya.
Sambil mengangguk Yuyut pun menjawab, "Iya, posisi Miss sekarang sudah tidak aman."
“Pasti orang itu sudah mengintai kita,” sambung Raya yang dijawab anggukkan kembali oleh Yuyut.
“Kita harus lapor polisi Miss, ini sudah termasuk tindakan kriminal!” saran Yuyut yang membuat Raya berfikir.
“Kamu benar, pelaku itu harus tertangkap karena aku tidak bisa hidup dalam ketakutan terus.” Raya menyetujui saran dari asisten pribadinya itu. "Jika kamu sudah merasa lebih baik, cepat hubungi Bang Jaka! Suruh ia membawa pengawal untuk menjemput kita ke sini!" Raya berseru dengan serius.
"Siap Miss," sahut Yuyut yang masih terbaring.
Beberapa saat kemudian, Yuyut merasa sudah lebih baik dan ia segera melaksanakan perintah Raya. Setelah itu dirinya kemudian memindahkan Raya ke kamar inap untuk memulihkan kondisi wanita itu sambil menunggu jemputan datang.
Sungguh Raya tidak menyangka jika sekarang dirinya sedang diincar oleh seseorang. Ia pun tidak mengerti apa yang diharapkan oleh pelaku itu. Jika soal warisan yang jatuh ke tangannya, kenapa tidak minta langsung kepadanya saja. Pasti Raya akan memberikan, asalkan ia menerima haknya sebagai istri Tuan Ado dengan adil.
Rupanya menjadi janda seorang jutawan seperti Tuan Ado tidak menjamin hidupnya bisa tenang. Ada pihak – pihak tertentu yang ingin melenyapkan nyawanya juga. Namun, Raya tidak mau mati dengan konyol. Dengan harta yang dimilikinya, ia akan melindungi diri dari ancaman mana pun juga.
“Sepertinya mulai sekarang aku harus memperketat pengawalan dan kita tidak bisa pergi ke tempat-tempat umum lagi,” lirih Raya yang mulai merasa takut.
"Betul Miss, situasi sedang tidak aman sekarang," sahut Yuyut menimpali.
"Kamu sudah menghubungi Bang Jaka?" tanya Raya kemudian yang dijawab anggukkan oleh Yuyut.
“Oh ya, siapa yang telah menolong Miss?” tanya Yuyut kemudian karena sangat mustahil menurutnya Raya yang sedang mabuk berat bisa selamat dari kejaran para pria bersenjata itu.
Raya mencoba mengingat kembali, tetapi tetap saja nihil. Entah mengapa justru bayang-bayang pembunuh suaminya yang kembali terlintas. Kemudian ia pun menjawab, “Tidak tahu Yut, Aku tidak bisa mengingat apa pun."
"Hem ... Kenapa orang itu tidak minta imbalan ya karena sudah menolong, Miss?" tanya Yuyut dengan heran.
"Entahlah, orang itu sangat misterius sekali," sahut Raya yang juga tidak mengerti.
Entah siapa orang yang telah menyelamatkan Raya, wanita itu pun sangat bersyukur masih ada orang baik yang mau menolongnya semalam. Andai ia bisa bertemu dengan Sang penyelamatnya lagi untuk memberinya hadiah atau sekedar ucapan terima kasih karena Raya merasa telah berhutang nyawa dengan orang itu.
BERSAMBUNG