Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2: "Rahasia yang Terpendam"

Dalam sepi malam yang hanya ditemani oleh desiran angin dan gemericik dedaunan, Tian berdiri di tepi jurang, di ambang kehampaan. Langit malam begitu kelam, tanpa bintang, seakan mencerminkan kekosongan yang merasuki hatinya. Bayangan dirinya terpantul samar di atas air yang berkilauan di bawah sana, seperti sosok asing yang tengah menatap kembali. Dia mengepalkan tangannya, merasakan dinginnya embun yang mulai turun. "Aku harus kuat," bisiknya, suara yang hampir hilang ditelan angin malam. "Aku harus menjadi lebih kuat."

Keputusannya sudah bulat. Diam-diam, Tian telah memilih jalan yang berat, jalan yang akan menuntunnya menuju kekuatan yang belum sepenuhnya ia pahami. Tapi, setiap langkah yang ia ambil menuju kekuatan itu terasa seperti berjalan di atas pisau, setiap tapak membawa luka yang tak terlihat, tapi terasa begitu nyata. Luka-luka itu tidak hanya di kulit, tetapi juga di hatinya yang mulai dirongrong oleh rasa takut dan keraguan.

Malam yang sunyi ini seharusnya menjadi malam di mana Tian bisa merasakan ketenangan, namun pikirannya terus bergulat. Setiap bayangan yang bergerak di sekitar hutan seolah mengejeknya, mengingatkannya akan keputusan-keputusan yang telah diambil. "Tian, kau tidak bisa terus bersembunyi," suara itu datang tiba-tiba, dingin dan menusuk seperti es. Zhao Ming melangkah dari bayang-bayang, tatapannya tajam, penuh dengan ketidakpercayaan yang tersembunyi di balik mata yang gelap itu. "Apa yang kau lakukan di sini, sendirian?"

Tian terkejut oleh kemunculan Zhao Ming, tetapi ia berusaha untuk tetap tenang. "Apa pedulimu, Zhao Ming?" Tian menatap balik, matanya berkilat dalam kegelapan malam, mencoba menutupi kegelisahannya dengan amarah. Tapi di balik tatapan tajam itu, hatinya berdebar kencang, berusaha mencari jawaban yang bisa menenangkannya.

Zhao Ming mendekat, langkahnya tenang namun mengancam, seperti predator yang mengintai mangsa. Setiap gerakannya terasa begitu terukur, seolah-olah dia sedang menilai Tian, menimbang-nimbang rahasia yang mungkin sedang disembunyikannya. "Peduliku adalah karena kau berbeda, Tian. Kau berubah. Dan perubahan itu, menurutku, tidak akan membawa hal baik."

Tian menelan ludah, rasa takut merayap naik di tenggorokannya. Ia tahu, rahasia ini harus tetap tersembunyi, kekuatan ini harus menjadi miliknya sendiri, atau segalanya akan berantakan. Namun, kata-kata Zhao Ming menghantamnya seperti badai, mengguncang kepercayaannya yang rapuh. Apakah dia benar-benar bisa mengendalikan kekuatan ini? Ataukah kekuatan ini akan menghancurkannya sebelum dia sempat menggunakannya untuk hal yang lebih besar?

"Kau tidak tahu apa-apa tentangku, Zhao Ming," Tian berusaha mengendalikan suaranya, namun ada getaran kecil yang tidak bisa disembunyikan. Getaran itu adalah cerminan dari kegelisahan yang mulai mencengkeram jiwanya. "Apa yang aku lakukan, bukan urusanmu."

Zhao Ming tersenyum miring, senyuman yang penuh dengan sinisme, seakan-akan dia tahu lebih banyak daripada yang diakuinya. "Kita lihat saja, Tian. Kita lihat seberapa lama kau bisa bertahan dengan rahasia ini."

Saat Zhao Ming berbalik dan meninggalkannya, Tian merasakan beban yang semakin berat di pundaknya. Dia tahu, waktu untuk merahasiakan kekuatannya tidak akan lama lagi. Dan ketika waktunya tiba, dia harus membuat pilihan yang akan menentukan segalanya. Apakah dia akan menggunakan kekuatan itu untuk melindungi atau untuk menghancurkan?

Dalam kesunyian malam yang semakin mencekam, Tian melangkah menuju tempat latihan rahasianya, sebuah gua tersembunyi di tepi hutan. Di sanalah, dia menemukan kekuatannya, sebuah kekuatan yang bisa menghancurkan atau menyelamatkan, tergantung pada bagaimana dia menggunakannya. Setiap malam, dia berlatih tanpa henti, mendorong batas kemampuannya hingga ke tepi kehancuran. Namun, meski tubuhnya terasa hancur, rasa takut dan cemas tetap menghantui pikirannya, seperti bayangan gelap yang tidak pernah meninggalkannya.

"Aku harus lebih kuat," ulangnya pada dirinya sendiri, seakan kata-kata itu bisa menjadi mantra yang akan menuntunnya keluar dari kegelapan. "Aku harus lebih kuat." Dia terus mengucapkan kata-kata itu, seakan berusaha meyakinkan dirinya bahwa kekuatan ini adalah jalannya, bahwa kekuatan ini akan membawanya pada takdir yang lebih besar.

Namun, di lubuk hatinya, Tian tahu bahwa kekuatan ini adalah pedang bermata dua. Kekuatan ini bisa menjadi penyelamat atau penghancur, tergantung pada pilihan yang dia buat. Dan di balik kekuatan itu, ada rasa takut yang tak pernah hilang, rasa takut bahwa suatu hari nanti, dia akan kehilangan kendali dan kekuatan itu akan menghancurkannya. Dia ingat bagaimana dulu ia hanyalah seorang pemuda biasa, tanpa beban besar di pundaknya. Sekarang, setiap langkah yang ia ambil terasa seperti beban yang semakin menekan, semakin menenggelamkannya dalam lautan ketidakpastian.

Saat malam semakin larut, Tian berdiri di tengah gua, napasnya terengah-engah. Cahaya bulan yang masuk melalui celah-celah gua menerangi wajahnya yang basah oleh keringat. Dia menatap tangannya sendiri, tangan yang kini bisa menghancurkan atau menyelamatkan, dan merasa ketakutan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya. Kekuatan ini seharusnya membuatnya merasa lebih kuat, namun yang ia rasakan hanyalah kehampaan yang semakin besar.

"Apakah ini benar-benar jalanku?" gumamnya, suara yang hampir tenggelam dalam kegelapan. "Apakah kekuatan ini adalah berkah atau kutukan?" Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar dalam pikirannya, menggerogoti kepercayaannya pada takdir yang telah ia pilih.

Namun, sebelum dia bisa menemukan jawabannya, suara langkah kaki mendekat, membuatnya tersentak. Tian berbalik, matanya menatap ke arah pintu masuk gua, dan menemukan Zhao Ming berdiri di sana, dengan tatapan penuh curiga dan sedikit kemarahan.

"Jadi, ini rahasia yang kau sembunyikan, Tian," suara Zhao Ming bergetar dengan ketidakpercayaan. "Kekuatan ini... bagaimana kau bisa mendapatkannya?"

Tian terdiam, mencari kata-kata yang bisa menyelamatkannya dari situasi ini. Namun, di dalam hatinya, dia tahu bahwa ini adalah akhirnya. Rahasianya telah terungkap, dan kini dia harus membuat pilihan. Menggunakan kekuatan itu, atau membiarkannya menghancurkan segala yang telah dia perjuangkan. Waktu seolah berhenti, dan Tian merasakan jantungnya berdetak begitu kencang, seakan akan meledak kapan saja.

"Aku tidak ingin ini terjadi, Zhao Ming," akhirnya Tian berkata, suaranya serak dan penuh dengan penyesalan. "Tapi sekarang, tidak ada jalan kembali."

Zhao Ming maju satu langkah, tatapannya semakin tajam. "Kau tidak akan bisa melarikan diri dari konsekuensi, Tian. Kekuatan ini akan membawa kehancuran, bukan hanya untukmu, tapi untuk semua orang di sekitar kita."

Tian menunduk, merasakan beban kata-kata Zhao Ming menghancurkan sisa-sisa kepercayaannya pada dirinya sendiri. Dia tahu bahwa kekuatan ini bukan hanya miliknya, tapi juga tanggung jawab yang harus dia pikul. Dan sekarang, dia berada di persimpangan jalan, di mana pilihan yang dia buat akan menentukan nasibnya.

Dengan napas yang semakin berat, Tian mengangkat kepalanya, menatap langsung ke mata Zhao Ming. "Aku akan mengendalikan kekuatan ini, Zhao Ming. Aku tidak akan membiarkannya menghancurkan kita."

Zhao Ming tersenyum sinis, senyuman yang penuh dengan keraguan. "Kita lihat saja, Tian. Kita lihat seberapa kuat tekadmu."

Dan dengan kata-kata itu, Zhao Ming berbalik, meninggalkan Tian sendirian di gua yang semakin gelap. Di tengah keheningan yang menghantui, Tian merasakan beban di pundaknya semakin berat, seakan seluruh dunia bergantung pada keputusan yang akan dia buat. "Apakah aku bisa mengendalikan kekuatan ini?" tanyanya pada dirinya sendiri, suara yang tenggelam dalam kegelapan. "Atau apakah kekuatan ini akan mengendalikan aku?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel