Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Ada apa Satria?

Bab 4 Ada apa Satria?

Dalam hati Nara bingung. Kata satpam tadi kalau atasannya namanya Satria yang menjadi manager di perusahaan produksi yogurt itu. Tapi…

Nara melongo. Entah kenap baru kali ini, masa manager yang menyapa dan mengulurkan tangan duluan? What?

"Maaf, Halooo?!" Satria bicara agak bernada tinggi. Kata ini ke lima kalinya ia memanggil Nara yang bengong.

"Uhmm... maaf, Pak." Nara tersentak. Bisa-bisanya saat kesempatan terbuka lebar, Nara malah bengong.

Satria tersenyum. "Apa tujuan kamu ke sini?" Tanyanya dengan sabar akibat Nara masih saja mematung, entah kenapa dirinya sangat terpukau dengan mata yang ada di depannya.

'Andai dia suamiku.' Nara melamun membayangkan Satria.

"Halo?"

Sabar sekali pria ini. Sekali lagi Satria memanggil Nara. Kepalanya yang tidak gatal terpaksa harus digaruk. Salah tingkah sebab Nara sepertinya memelototinya.

"Ya ampun." Nara menepuk jidatnya. "Maaf, Pak. Saya sampai lupa, jadi saya ke sini ingin melamar pekerjaan Pak. Sesuai dengan berita yang saya temui di lama fb," sahut Nara . Kini Nara mencoba konsentrasi. Ia sadar seharusnya alur melamar pekerjaan bukan seperti ini.

"Silakan."

Nara menyerahkan berkas-berkas lamaran pekerjaannya seperti CV, surat lamaran pekerjaan beserta dokumen yang mendukung.

"Nama kamu siapa?"

"Nara."

***

Di jalanan yang mulai sepi pejalan kaki, Nara berjalan sendirian. Dia tak habis pikir kalau hari ini akan seindah surga. Melamar pekerjaan malah ketemu langsung dengan manager. Beruntung juga. Bila yang lainnya hanya sampai pada satpam dan tak akan sampai ke tangan perusahaan. Habis itu malah managernya baik. Langsung diterima kerja pula. Nara kegirangan hingga tak sadar sudah sampai di kosnya.

Mulai hari Senin Nara bekerja sebagai supervisor. Hatinya senang sekali. Dan hari ini adalah hari Jumat. Jadi, Nara bisa menyiapkan diri sebaik mungkin sebelum hari senin bekerja.

***

"Seorang supervisor di perusahaan yogurt ini akan diberi tanggung jawab untuk mengawasi, serta mengelola sebuah produksi dan pelayanan kepada konsumen, juga membimbing dan mengatur rekan kerja bawahannya guna mencapai tujuan perusahaan kita."

Sekiranya tiga puluh menit lebih, Satria memberikan arahan sebelum Nara mulai bekerja. Sebagai SPV baru di perusahaan mereka, Satria berusaha memberikan penjelasan yang padat dan jelas agar Nara mudah bekerja dengan cepat dan bisa mengerti.

Nara mengangguk pelan. Satria pun menunjukkan ruang kerja Nara juga memperkenalkan rekan-rekan kerja Nara, memperkenalkan semua fasilitas kantor. Tak lupa Nara juga sempat diajak ke tempat produksi Yogurt. Keduanya sering bersama.

Nara sadar Satria orang yang baik. Ia menyesal pernah berpikir kalau Satria adalah suaminya. Mana pantas seorang seperti Satria jadi miliknya. Mungkin wanita Satria jauh lebih baik darinya. Sudahlah. Nara memang bodoh, bahkan sampai sekarang wanita berzodiak gemini itu masih saja mudah percaya dan jatuh cinta pada lelaki.

Tak seharusnya Nara kurang ajar dalam hatinya menggoda Satria. Kecuali, satu pria. Nara suatu saat pasti akan membalas dendam pada Aruna, wanita tak tahu diri tu harus mengenal siapa dirinya yang sebenarnya.

"Terima kasih, Pak Satria untuk hari ini. Penjelasan bapak sudah cukup membuat saya tahu apa yang harus saya lakukan."

Tegang sekaligus senang saat Nara diperhatikan oleh atasannya sendiri. Tapi, kesempatan ini juga menjadi tantangan untuknya kalau kinerjanya harus maksimal.

"Ah, Nara jangan panggil saya Pak. Panggil saja Satria."

"Oh, iya. Terimakasih Satria."

Sebagai supervisor, Nara sering berhubungan dengan Satria. Hingga mereka dibilang cukup akrab lebih dari seorang partner kerja.

Saat baru masuk kantor. Nara semangat sekali karena Satria selalu menyambutnya dengan senang hati. Mungkin karena kinerjanya yang mulai terlihat bagus, Satria jadi suka dengan Nara. Nara pun begitu, manajernya naik hati dan tidak sombong. Mereka semakin dekat. Menjadi partner kerja yang baru kenal satu sama lain tapi sudah sangat akrab.

Terkadang setelah pekerjaan selesai. Mereka menyempatkan waktu mengobrol meskipun tak sampai pada perihal pribadi masing-masing.

Keduanya membahas tentang liburan, kehidupan dan berita hangat mengenai bisnis. Rekan-rekan kerjanya pun makin iri dengan Nara. Ia yang merupakan anak baru sangat beruntung bisa berinteraksi dengan Satria.

Perlahan, luka Nara tentang Damian kian tertutupi. Meski bukan berarti sembuh, setidaknya Nara menemukan tempat untuk menyandarkan dan mengalihkan bahunya dari beban berat yang kini harus ia pikul sendirian.

"Wah, Satria repot banget deh. Makasih ya udah anterin Nara." Nara mengucapkan terima kasih pada Satria yang rela mengantarnya pulang. Ets. Nara tak baper dengan cepat. Karena cuaca memang tidak mendukung. Hari ini hujan turun dengan lebat, petir seakan kelaparan bersinar dan menyambar disertai gemuruh. Maka dari itu, Satria sebagai partner kerja yang merasa bertanggung jawab harus mengantarkan Nara pulang.

Sebulan bekerja di sana, Nara selalu berjalan kaki. Selain alasan sehat, Nara harus hemat. Sebab ia harus membeli satu persatu fasilitas hidup. Akhir-akhir ini Nara tinggal dengan barang seadanya. Air minum terpaksa ia beli, juga hanya kompor sebagai alat membuat makanan sehari-hari.

"Selamat Pag—”

Nara menghentikan ucapannya yang bernada gembira sebab wajah Satria baru kali ini terlihat murung. Padahal kemarin mereka tertawa bahagia, kemarin satu bulan tepat Nara gajian, mereka merayakan gajian pertama Nara. Bukannya Nara yang mentraktir Satria tetapi sebaliknya.

Takut membuat atasannya tersinggung, walaupun mereka sudah akrab--Nara harus menghargai Satria sebagai manajer di sebuah perusahaan Yogurt tersebut.

Nara memberanikan diri menyapa Satria, ia berkata "Ada apa Satria?" Bertanya to the point. Satria memang dari awal bilang pada Nara, setiap ada masalah kantor agar Nara mengutarakan dengan to the point. So, Nara memutuskan untuk menanyakan kejanggalan hatinya pada Satria.

"Eh, Nara, pagi." Ukiran tipis dengan mata sipit itu jelas terlihat memaksakan senyum pada Nara yang tengah berdiri di depan meja Satria.

"Pagi, Sat. Hmm…"

"Kenapa Nara? Apa ada masalah?" tanya Satria pada Nara dengan dahi mengernyit heran.

"Seharusnya aku yang bertanya begitu. Tumben kamu terlihat tak bersemangat hari ini, Sat. Ada apa?" jawab serta tanya balik Nara.

"Bagaimana kalau nanti siang aku cerita? Nanti makan siang bareng, yuk! Tapi, kalau kamu mau juga dengerin aki cerita."

"Boleh banget dong! Berarti kamu menganggap aku teman, Sat. Aku akan senang sekali bisa mendengarkan ceritamu, siapa tahu aku bisa bantu." Nara memandang lekat wajah muram dengan mata yang kian sayu itu. Meski senyumnya terpaksa tersirat kaku.

"Terima kasih, Nara." Mata Satria pun memerhatikan lawan bicaranya begitu berharap masalahnya bisa cepat diceritakan pada Nara. Entah. Dari awal Satria mempercayai Nara sebagai teman kerja yang baik. Di luar maupun di dalam kantor. Jam kerja mereka pun profesional.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel