Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Memberi Pelajaran

Sherly tergagap mendapati Senja yang sudah berada di depannya saat ini. Sesungguhnya dia terkejut, tapi dengan cepat dia berusaha menguasai rasa terkejutnya dan memasang wajah pura-pura berdosa.

Ketika Sherly melangkahkan kakinya untuk mendekati Senja, seketika Senja mengangkat tangannya.

"Stop, jangan mendekat! Aku tidak sudi disentuh wanita pelakor sepertimu, Sherly!" sentak Senja dengan suara tercekat. Hatinya masih berusaha kuat untuk melihat cobaan yang mungkin akan lebih dahsyat.

Tangan Riki terkepal kuat. Rahangnya mengeras mendapati kenyataan pahit tentang rumah tangga adiknya. Yang ia lakukan saat ini hanya menunggu kemunculan pria yang mengaku mencintai adiknya itu. Rasanya ia ingin melibas habis pria itu sampai babak belur. Bila perlu masuk ke alam baka dan hanya tinggal nama.

"Senja, i_ini," Bahkan Sherly pun tak bisa menyangkal apa yang dilakukannya sekarang. Sekuat tenaga dia mengeluarkan suara, yang ada suaranya seperti tercekat di tenggorokan.

Mereka hanya saling menatap, mematung di depan pintu dengan tatapan pilu. Senja mencoba kuat agar tidak semakin diinjak-injak oleh wanita murahan seperti Sherly.

Hingga terdengar suara yang memanggil Sherly dengan sebutan sayang. Dari suaranya Senja hafal jika itu adalah suara Han, suaminya. Karena Han juga selalu memanggilnya dengan sebutan sayang.

"Sayang, Kenapa lama seka-- Senja!!" Han melotot mendapati Senja berada di depannya saat ini.

Senja tersenyum getir mendapati Han yang hanya memakai handuk membelit pinggangnya.

"Ma--as!!" lirih Senja dengan tatapan tak percaya. Hatinya remuk hancur kala melihat jejak cinta mereka berdua di area leher Han.

Air matanya semakin deras mengalir dari pelupuk matanya. Ia tidak bisa menahan sakit hatinya yang luar biasa karena perbuatan kedua orang yang berarti dalam hidupnya.

Bagai dirajam pisau berkarat rasanya melihat suami yang selalu dia puja dan ia hormati dengan tega melakukan hal terhina dengan sahabatnya.

Tanpa ragu Senja segera masuk ke dalam kamar mereka. Merangsek masuk membelah barisan antara Sherly dan Han yang masih mematung di depan pintu.

Sherly mengejar Senja masuk ke dalam dan meraih tangan Senja.

Plaaakk..

Sebuah tangan lembut menyapa pipi Sherly dengan kerasnya, sehingga membuat Sherly tertoleh ke samping dan meringis kesakitan.

"Jangan sentuh Aku! Dasar kamu wanita menjijikkan!!" hardik Senja seraya menunjuk Sherly dengan hina. Ia sangat kecewa karena sahabat yang sangat dia percaya malah tega bermain hati dengan suaminya.

Sherly menoleh ke arah Senja dengan menyentuh pipinya, "Senja!!" lirih Sherly dengan mata berkaca-kaca.

"Apa? Pura-pura menangis untuk menarik simpati Han, begitu? Hah, dasar ratu drama," cibir Senja dengan menatap Sherly murka. Sekuat tenaga dia menekan gejolak di hatinya agar tidak mengundang keributan kembali.

Mungkin jika berdua dengan suaminya dia bisa menampar bahkan memukul suaminya tersebut hingga pingsan, bahkan mati sekalian. Agar rasa sakit di hatinya terbalaskan seketika.

"Senja, aku minta maaf," mohon Sherly dengan wajah memelas.

Senja mendorong Sherly hingga tersungkur karena muak jika harus melihat air mata buaya Sherly.

Han bereaksi, "Senja!! Apa yang kamu lakukan?" bentak Han membela Sherly.

"Apa? Kamu tidak terima jika aku menampar Sherly, Mas. Kenapa? Apakah kamu mencintainya, hah? Sehingga kamu dengan kesadaran penuh menduakan aku?"

Han terdiam. Dia merasa kalah telak dengan apa yang di ucapkan Senja. Memang dia mencintai Sherly hingga dengan teganya dia menduakan cinta Senja.

Plakk..

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Han. Han menerimanya karena dia merasa jika dia bersalah.

Tapi sayangnya Sherly tidak terima akan tamparan itu. Dia mendorong Senja hingga wanita itu tersungkur di lantai.

"Senja!" dengan cepat Riki membantu adiknya untuk bangkit. Senja menatap nyalang pada Sherly yang membuat semakin panas hatinya dengan mengusap lembut pipi Han bekas tamparan Senja.

"Aku sudah membalas Senja, Sayang. Agar dia juga merasakan apa yang kamu rasakan," ucap Sherly seraya melirik ke arah Senja yang berada didekapan Riki. Senyum smirk terbit di bibir tipis bergincu merah dari Sherly.

"Oh, ternyata kamu sejalang itu Sherly."

Sherly diam. ia malah mengecup pipi Han di bekas tamparan Senja.

Cup..

Membuat Senja semakin murka.

"Pasti orang tuanya tidak pernah mendidiknya hingga Senja berubah liar seperti itu," ucap Sherly penuh provokasi.

Senja terbakar. Ia melepaskan tangan Riki yang membelenggunya, menghampiri Sherly dan menarik rambutnya hingga wanita itu memekik kesakitan.

"Sakit, Nja!!! Tolong lepaskan!!" Senja semakin mengeratkan jambakan pada rambut coklat Sherly hingga wajahnya mendongak ke atas. Tangan Sherly juga berusaha melepaskan tangan Senja di rambutnya, tapi dia gagal.

"Kalau kamu mau merebut sampah itu, ambillah! Tapi jangan pernah menghina orang tuaku, Sherly. Karena aku tidak akan pernah menerimanya." Senja semakin gemas.

Han yang berusaha melerai segera didorong oleh Riki dan membawanya ke dinding. "Brengsek lo, Han. Terima pembalasan dari gue. Ini untuk air mata adek gue!!"

Bught!

Riki yang sedari tadi sudah menahan gejolak di hatinya segera melampiaskan dengan memberi pukulan bertubi-tubi pada Han hingga dia jatuh tersungkur dengan bibir pecah.

"Bangun lo pria kurang ajar. Beraninya lo membuat adikku menangis seperti ini," hardik Riki seraya menarik rambut Han untuk bangkit. Dia berniat kembali melayangkan pukulan kedua, tapi Senja sudah menahan tangannya seolah mengatakan sudah cukup.

Senja sudah puas karena telah membalaskan apa yang bercokol di hatinya tentang penghianatan suami dan sahabatnya. Sherly pun sudah tidak berdaya saat ini karena masih mengerang kesakitan karena jambakan maut dari tangan Senja. Walau dia tidak menampik jika kepalanya juga sedikit sakit bekas jambakan Sherly di rambutnya.

Han tak terima. Dia gegas bangkit untuk membalas pukulan Riki padanya. Senja berteriak ketika Han menendang Riki sampai terjerembab ke lantai.

Ketika Han akan membalasnya lagi, Senja maju memasang badan demi melindungi saudaranya itu.

"Stop!! Jika kamu mendekat, aku akan berteriak agar security datang kemari," ancam Senja sembari menunjuk wajah Han dengan telunjuknya.

"Sialan!!"

Kemudian Han menarik tubuh Sherly yang masih tersungkur di lantai itu dengan hati-hati. "Keterlaluan kamu, Senja!!" hardik Han yang tak terima jika Senja melukai Sherly.

Senja tersenyum miris mendapati suaminya yang lebih membela selingkuhannya ketimbang dirinya yang jelas-jelas istri sahnya. Jika tau begini, dia ingin sekali lagi mendorong Sherly dari balkon agar kisah mereka tamat saat ini juga.

"Kenapa? Apa kamu tidak terima jika aku menyakiti dia, Mas? Apa dia lebih berarti dibandingkan denganku?"

"Iya, aku tidak terima atas perlakuanmu pada Sherly. Seperti itu bukan kamu, Nja."

Senja tersenyum sinis. "Tapi kenapa kalian tega melakukan ini kepadaku, Mas? Apa salahku sama kalian berdua sehingga kalian tega berbuat seperti ini di belakangku, Hah?!" bentak Senja yang sudah tiada rasa hormat lagi pada suaminya.

Suami yang dulu dia banggakan seolah telah mati ditelan bumi, berganti dengan iblis yang menjelma menjadi suaminya.

"Jawab, Mas! Kenapa kamu diam, bangsat!!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel