Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Raisa menutup mulutnya, lalu berkata, "Jangan salah paham, aku hanya ingin menghilangkan kuman di tubuhmu."

Dia mengatakan hal ini, tetapi rasa jijik di matanya tidak tersamar.

Aku tahu bahwa dia membenci kenyataan bahwa aku pernah dipenjara.

Namun, dia sepertinya lupa bahwa alasanku berada di penjara adalah untuk menggantikannya dan Dikka.

Aku sudah berbaik hati membantu mereka, sekarang dia malah membenci dan mengucilkanku.

Aku tidak memedulikan Raisa. Aku baru keluar dari penjara dan tidak ingin membuat masalah. Aku menunjukkan raut bersahabat dan berusaha mempertahankannya.

Aku memaksakan diri untuk menahan ketidakbahagiaan di hatiku.

Aku tidak lagi memedulikan ketiganya.

Aku kembali ke kamarku.

Begitu membuka pintu, aku terkejut.

Kamarku dipenuhi dengan segala jenis barang.

Tempat tidurku juga penuh dengan berbagai macam sampah rumah tangga!

Terutama tumpukan buku-buku kedokteran di dalam lemariku!

Buku-buku favoritku dimakan tikus dan kecoak!

Lantai kamarku penuh dengan debu, sepertinya sudah lama tidak dibersihkan. Aku beralih membuka lemari pakaian.

Begitu lemari terbuka, aku mendapati bahwa semua pakaianku sudah tidak ada. Lemariku penuh dengan kantong sampah dan barang-barang lainnya!

Aku sangat kesal saat melihat situasi ini.

Aku berteriak kepada ibuku.

"Ibu, apa yang terjadi dengan kamarku?"

Ibu tersenyum canggung dan berkata dengan kaku, "Kamu sudah lama tidak pulang, sementara rumah ini kecil dan ada banyak barang, jadi kami menumpuknya di kamarmu."

"Lalu, di mana barang-barangku?" tanyaku lagi.

Ibuku menunduk dan menjawab dengan malu-malu, "Semua buku-buku kedokteranmu sudah dijual. Pakaianmu dibuang dan tidak menyisakan satu pun."

Hatiku bergetar karena marah dan aku berkata dengan kecewa, "Ibu, aku hanya dipenjara, bukan mati. Apa perlu kalian sampai mengosongkan semua barangku?"

Air mataku hampir keluar, tetapi aku berusaha menahannya. Situasi ini benar-benar membuatku sangat sedih.

Pada saat itu, ayah mematikan rokoknya dan menghampiriku.

Dia berkata dengan sangat jelas, "Nidia, Raisa sedang hamil dan kita perlu menyiapkan banyak hal. Rumah kita terlalu kecil, karena barang-barangmu sudah tidak dipakai lagi, jadi tidak masalah kalau membuangnya."

Ayahku mengatakan ini dengan entengnya, seperti dia tidak memiliki hubungan apa pun denganku. Aku bahkan sampai bergidik.

Dulu, ketika aku masih kecil, ayah selalu menyimpan barang-barang yang pernah aku gunakan sebagai barang berharga dan penuh kasih sayang, bahkan kalaupun barang itu rusak, dia akan membantuku memperbaikinya. Katanya, saat besar nanti aku akan mengingatnya, jadi ayah menjadikannya kenang-kenangan.

Namun, sekarang ketika semua barangku dibuang, dia begitu tidak peduli, bahkan tidak merasa sayang sedikit pun.

"Jadi, aku harus tinggal di mana?" tanyaku.

Ibu mendekat dan mengeluarkan uang seratus ribu dari sakunya, melemparkannya ke meja seperti memberikan uang itu kepada pengemis. "Ambil uang ini untuk sewa tempat penginapan."

"Uang seratus ribu, mana cukup untuk menyewa penginapan?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel