Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

9. Memantau

Arga duduk di meja kerjanya. Saat ini ini pria itu tidak terfokus dengan pekerjaannya. Ia lebih terfokus dengan layar monitor yang menampilkan video gadis petugas kebersihan toilet. Arga memandang video yang dikirim Teddy kepadanya. Arga memperhatikan apa saja yang dilakukan oleh wanita yang saat ini ada di layar videonya. Tatapan matanya tidak berkedip sedikitpun saat memperhatikan setiap gerak-gerik yang dilakukan oleh wanita itu.

"Aku mengira dia tidak akan pernah lagi muncul di klub setelah apa yang aku lakukan kepadanya. Namun ternyata nyalinya sangat besar. Dia masih mampu datang ke klub untuk berpura-pura bekerja. Hebat juga dia, siapa sebenarnya yang telah memerintahkannya? Apa yang mereka perintahkan kepada wanita ini?" Arga begitu sangat kesal ketika mengingat gadis itu tidak mau membuka mulutnya. Bahkan wanita muda itu lebih memilih lecehkan dan diperkosa dari pada harus membuka mulutnya. Arga tersenyum tipis, ketika dirinya mengingat apa yang dilakukannya kemarin.

Arga melihat Nadira yang baru datang dengan wajah yang terekam jelas di video yang diberikan Teddy. Manager klub malamnya begitu sangat bisa diandalkan. Pria itu melakukan tugas yang di perintahkan bos nya dengan sangat baik. Sesuai perintah Arga, agar wajah gadis itu terekam jelas oleh kamera pengintai yang di letaknya di sekitar toilet. Video yang diterimanya di lengkapi dengan suara yang jernih.

Mata gadis Itu sembab seperti orang yang habis menangis, wajahnya juga penuh lembab bekas tamparan yang diberikan Edgar. "Apa kemarin aku menampar wajahnya dengan sangat keras, sehingga sampai saat ini wajahnya masih meninggalkan bekas memar?" Arga berucap ketika memandang wajah Nadira. gadis yang bertubuh kecil dan dan mungil itu memakai pakaian yang berukuran besar. Gadis itu memakai sepatu sport berwarna putih dengan les merah dan topi yang menyembunyikan rambut panjangnya. Arga mengerutkan keningnya ketika melihat penampilan Gadis yang diketahuinya bernama Nadhira Adelia. "Apa dia memang berpenampilan seperti ini?" ucap Arga ketika melihat Nadira yang duduk di meja kerjanya.

Arga ingin mengetahui apa saja yang dilakukan oleh Gadis itu. Ia memperhatikan Nadira yang memijat-mijat kakinya. Kemudian meminum air di dalam botol minuman yang di bawahnya sendiri. Gadis itu masuk ke dalam toilet dan membersihkan toilet.

Saat ini ia seperti orang yang sedang menonton film yang begitu sangat menarik. Arga memperhatikan wajah ketakutan gadis itu yang setiap detik menoleh ke kiri dan ke kanan untuk memantau kondisi. Arga tersenyum saat melihat gadis itu yang hanya menundukkan kepalanya tanpa mau mengangkat kepalanya sedikitpun ketika melihat pasangan mesum yang melakukan adegan panas tidak jauh dari meja kerja milik Nadira.

"Sebenarnya dia begitu sangat cantik namun," Arga menghentikan kalimat yang akan keluar di bibirnya. Arga mengusap wajahnya dengan sangat kasar. "Aku tidak boleh terbawa perasaan kepada Gadis itu. Aku harus terus mewaspadainya. Di tidak akan pernah bisa menebak aku dengan sikapnya yang berpura-pura menjadi gadis yang sangat lugu," ucap Arga.

Arga menutup video yang saat ini di tontonnya setengah pria itu melihat seluruh kegiatan Nadira. Arga mengambil ponselnya dan menghubungi kontak ponsel milik Teddy.

"Halo tuan," ucap Teddy dengan sangat cepat.

"Aku ingin kau pantau terus wanita itu," ucapnya memberi perintah.

"Baik Tuan," jawab Teddy dengan sangat cepat. Teddy sudah sangat lama bekerja dengan Arga sehingga pria itu sudah sangat paham apa yang saat ini diperintahkan oleh bos-nya. Teddy merupakan salah satu orang kepercayaan Arga

"Laporkan kepadaku segera, bila ada sikap wanita itu yang mencurigakan," ucap Arga penuh perintah.

"Baik Tuan," jawab Teddy.

Arga kembali menutup sambungan teleponnya dan duduk dengan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi

***

Pagi ini Nadira sudah berpakaian rapi. Gadis itu akan berangkat ke toko di mana Dirinya bekerja. "Semoga aja tidak ada yang memperhatikan," ucap Nadira memandang wajahnya dari pantulan cermin. Bekas lebam di wajahnya masih membekas. "Sepertinya rambut harus seperti ini," ucap Nadira yang menyisir rambutnya dan menutupi bagian pipinya.

Nadira keluar dari rumahnya dan berjalan kaki menuju ke halte bus. Nadira selalu memakai transportasi busway untuk pergi ke toko pakaian tempat dirinya bekerja, berhubung rumah yang ditempatinya cukup jauh dari toko. Nadira ingin sekali mencari rumah di kawasan yang dekat dengan tempat dia bekerja. Hanya saja di sana sangat sulit untuk mendapatkan rumah dengan kontrakan yang murah. Pada akhirnya Nadira memilih untuk tinggal di lokasi yang cukup jauh dari tempat dirinya bekerja, hanya satu kali naik busway saja dirinya sudah sampai di toko.

Lamunan Nadira buyar ketika busway yang ditunggunya sudah berhenti di depan halte. Dengan cepat Nadira beranjak dari tempat duduknya dan bergegas naik ke atas busway. Nadira berdiri dengan memegang besi yang ada di atas kepalanya. Setelah apa yang terjadi Nadira lebih sering melamun. "Mengapa cobaan ini terasa begitu sangat berat. Apakah aku sanggup menjalani ini semua. Aku harus sanggup aku harus kuat demi ayah, ibu dan adik kesayangan aku tentunya," ucap Nadira yang berusaha untuk mengembalikan semangat hidupnya kembali. "Aku tidak boleh larut dalam masalah ini. Aku harus kuat," ucap Nadira didalam hatinya. Ia tidak ada henti-hentinya memberikan semangat untuk dirinya sendiri.

Nadira turun dari busway ketika bus yang ditumpanginya berhenti di halte yang tidak jauh dari toko tempat dirinya bekerja.

Nadira turun dari halte dan berjalan menuju ke toko pakaian. Nadira begitu sangat terkejut Ketika seseorang membunyikan klakson di dekat nya

"Ya ampun, hampir aja aku jantungan." Nadira memegang dadanya. Melihat Lala yang tertawa ngakak di atas motor.

"Baru datang ya?" ucap Lala.

Nadira menganggukkan kepalanya.

"Sarapan yuk, Aku bayarin," ucap Lala yang tersenyum.

Nadira memandang jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Apa masih sempat?"

"Ya masihlah makan palingan cuman 20 menit, buka toko masih 45 menit lagi. Apa kamu mau duduk depan toko?" ucap Lala yang memandang Nadira.

"Iya juga sih, ya sudah ayo," ucap Nadira yang naik ke atas motor milik Lala.

Lala mencari tempat sarapan yang tidak jauh dari toko tempat mereka bekerja. Lala memarkirkan motornya di depan warung sarapan tersebut.

"Gimana pengalaman pertama kerja?" ucap Lala ketika mereka sudah duduk di salah satu meja yang kosong.

Nadira tersenyum mendengar pertanyaan dari Lala. Ia berusaha untuk melihatkan wajahnya yang baik-baik saja. "Pekerjaannya seperti apa , Kamu pasti tahu kan. Hanya saja yang buat aku semangat aku bisa kerja dengan gaji yang besar. Jamnya juga malam, sehingga aku bisa dapat 2 gaji untuk bulan ini. Bulan ini aku akan terima gaji 5 juta dan aku akan transfer langsung ke ibu di kampung empat juta." Nadira senang ketika membayangkan bulan depan dirinya sudah bisa mengirimkan uang untuk berobat ayamnya di kampung.

Lala menganggukkan kepalanya ketika mendengar apa yang disampaikan Nadira. Kenapa uangnya di kirimin semua?" Tanya Lala yang mendengar Nadira akan menyisakan sedikit untuknya.

"Ayah lagi sakit dan di sarankan untuk berobat di rumah sakit besar yang ada di kota. Uang itu akan dipergunakan untuk berobat ayah. Aku sangat berharap, ayah bisa sehat seperti dulu lagi," Nadira berucap dengan mengusap air matanya. Cerita seperti ini dimanfaatkan Nadira untuk melepaskan rasa sesak di dadanya, Nadira menangis di depan temannya.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel