Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

12. Gajian pertama

Sudah 1 bulan Nadira bertahan bekerja di klub malam. Disini ia bekerja tanpa ada hari libur, karena memang hanya dirinyalah yang menjadi petugas pembersih toilet. Nadira bekerja sesuai dengan kontrak kerja yang ditandatanganinya. Rasa lelah, rasa jenuh tidak pernah dihiraukannya. Nadira selalu bekerja dengan penuh semangat dan mengharapkan ayahnya akan segera bisa berobat dengan uang gaji yang akan diperolehnya nanti.

Nadira duduk di depan di meja kerjanya. Nadira sudah tidak sabar untuk mendapatkan gaji nya. Satu bulan ini Nadira bekerja tanpa ada libur sehari pun. Nadira sudah bisa membayangkan bagaimana kebahagiaan ibunya nanti bila mendapatkan kiriman uang gajinya. Lamunan Nadira buyar ketika mendengar suara kaki yang mendekat ke arahnya. Nadira memandang pengunjung yang berjalan menuju ke kamar mandi. Nadira akan selalu waspada setiap kali melihat ada yang datang. Ia menundukkan kepalanya dengan ekor mata yang memandang ke arah pengunjung tersebut. Pengalaman pertama saat bekerja di klub malam begitu sangat buruk untuknya. Peristiwa itu membuat Nadira menjadi semakin ketakutan dan begitu sangat waspada.

Nadira akan membersihkan toilet bila pengunjung itu sudah keluar. Seperti inilah rutinitas yang di lewatinya selama 1 bulan ini.

"Ayolah mata, jangan tidur," bujuk Nadira yang bersusah payah menahan matanya yang sudah sangat mengantuk. Berulang kali Nadira menguap airmatanya yang menetes. Nadira memandang jam yang

melingkar di pergelangan tangannya. "Ya masih jam 2, dua jam lagi," batinnya.

**

"Saya sangat suka dengan hasil kerja kamu. Awalnya saya merasa ragu ketika melihat kamu memilih pekerjaan ini, namun setelah saya pantau hasil kerja kamu, Saya sangat puas. Kerja kamu sangat bersih dan kamu tidak pernah melakukan kesalahan saat bekerja, "puji Teddy saat memberikan amplop yang berisi uang gaji Nadira.

Nadira sangat senang saat menerima uang gajinya. Ingin rasanya ia mencium amplop berisi uang itu di depan Teddy. Namun Nadira mengurungkan niatnya. Nadira begitu sangat malu bila melakukan itu. "Saya sangat senang bisa bekerja di sini pak," ucap Nadira yang memandang pria yang berusia 33 tahun tersebut.

"Di sini, semua orang memanggil saya Abang Teddy," Teddy menjelaskan.

"Iya bang," jawab Nadira.

Teddy diam memperhatikan gadis yang duduk di depannya. Gadis itu terlihat sangat polos dan jujur. Selama satu bulan gadis itu bekerja, belum pernah sekalipun gadis itu meninggal meja kerjanya. Gadis itu akan duduk di kursi kerjanya dari awal datang hingga Pulang. Teddy seakan tidak mengerti, mengapa Arga menaruh curiga kepada gadis tersebut. Teddy memandang Nadira yang begitu sangat senang menerima gaji pertamanya.

"Wajah Kamu sangat cantik, tapi mengapa memilih untuk jadi pembersih toilet?" Tanya Teddy yang begitu sangat penasaran dengan alasan Nadira.

"Iya bang, saya hanya lulusan SMA. Jadi hanya kerjaan ini yang bisa saya lakukan. Di sini walaupun kerjaan saya menjadi pembersih toilet tapi gajinya sangat besar," jawab Nadira yang merasa sangat bersyukur bisa bekerja di sini

Teddy menganggukkan kepalanya ketika mendengar jawaban dari Nadira.

"Mengapa kamu berpenampilan seperti ini?" Teddy yang memperhatikan penampilan Nadira dari atas hingga ke bawah.

"Disini Saya bekerja menjadi petugas pembersih toilet dan hampir rata-rata pengunjung yang bolak-balik ke toilet itu orang mabuk. Jadi biar mereka tidak tertarik dan tidak memperhatikan saya Bang," jawab Nadira yang sedikit tersenyum. Nadira merasa begitu ngeri saat bercerita tentang ini.

Teddy menganggukkan kepalanya saat ia sudah mulai memahami alasan Nadira. "Apa karena alasan itu, dia tidak pernah mau memejamkan matanya untuk tidur sejenak?" Teddy berucap di dalam hatinya.

"Bang bila sudah tidak ada yang lain lagi, apa saya boleh permisi untuk keluar?" Nadira bertanya sambil tersenyum.

"Iya boleh," jawab Teddy yang memandang Nadira. Teddy tidak ada henti-hentinya memandang Nadira yang berjalan menuju pintu. Teddy begitu sangat fokus mengamati gadis itu hingga menghilang dari pandangannya saat pintu di tertutup.

Nadira berjalan menuju toilet dan masuk ke dalam toilet. Ia menghitung jumlah uang di dalam amplop. Saat tadi di depan Teddy, Nadira begitu sangat tidak enak hati untuk menghitung jumlah gajinya. Wajahnya tersenyum dan mencium uang yang di tangannya. Air matanya menetes ketika memegang uang yang jumlahnya begitu sangat besar baginya. "Ayah Dira udah punya uang untuk berobat ayah. Ayah cepat sembuh ya, ayah juga wajib sehat seperti dulu," Nadira berkata dengan tersenyum di bibirnya. Keinginannya begitu sangat besar agar ayahnya bisa kembali sehat seperti dulu. Nadira mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu untuk membayar uang ojek onlinenya. "Bila di simpan di dalam tas, takut ada yang niat jahat terus di rebut tas aku. Masukkan di sini sajalah," pikir Nadira yang menyisipkan amplop itu ke dalam celana jeans yang dipakainya.

Setelah yakin uang yang dimilikinya tersimpan dengan baik. Nadira keluar dari dalam kamar mandi dan berjalan menuju ke pinggir jalan. Saat ini ojek onlinenya sudah menunggu.

"Maaf ya bang, baru keluar. Apa Abang sudah lama nungguin?" Tanya Dira yang memakai helm yang di berikan pria tersebut.

"Iya gak apa, kebetulan Abang baru datang," lontar pria itu. Pria yang berprofesi sebagai driver ojek online itu menjalankan motornya.

"Apa kerjanya memang setiap malam seperti ini?" tanya pria yang menjadi langganan ojek online.

"Iya Bang," saut Nadira yang dari belakang.

Pria itu menganggukkan kepalanya.

"Apa nggak capek kerja mulai dari jam malam sampai jam 4 pagi seperti ini?" tanya pria itu yang bernama Hendra.

"Capek Bang, mana kerjanya nggak ada pakai hari libur lagi. Tapi mau gimana lagi cari kerjaan itu susah," Nadira berucap penuh syukur karena dirinya bisa bekerja di tempat tersebut.

"Iya memang," jawab pria tersebut.

"Terima kasih ya bang udah mau jadi ojek langganan," kecap Nadira.

"Abang yang mestinya Terima kasih karena dari Adik bisa dapat penghasilan tetap," ucap pria tersebut.

"Apa Abang kerjaannya memangnya jadi tukang ojek dari pagi sampai pagi?" tanya Nadira.

Pria itu tersenyum ketika mendengar pertanyaan Nadira. "Abang jadi tukang ojek ini untuk cari tambahan uang," ucapnya.

"Abang kerja apa kalau siang?" tanya Nadira.

"Abang enggak kerja, Abang kuliah dari bea siswa. Jadi ojol seperti ini membantu nambah uang makan Abang. Soalnya uang dari bea siswa pas-pasan. Bila banyak tugas bisa makan Indomie satu Minggu. Makanya Abang cari sampingan seperti ini ," Hendra menjelaskan.

Nadira begitu sangat senang ketika mendengar informasi yang didapatnya tentang pria tersebut. "Ternyata Abang hebat ya." Nadira Memandang kagum pria tersebut.

Hendra tersenyum saat mendengar pujian Nadira. "Hebat apanya?"

"Bisa kuliah sambil cari uang. Abang kuliah bagian apa?" tanya Nadira.

Pria itu tersenyum dan seakan malu untuk mengucapkan fakultasnya.

Sebenarnya kalau abang kasih tahu saya juga nggak tahu nggak ngerti bang masalah jurusan-jurusan itu ucap Nadira.

Hendra tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Hendra memberhentikan motornya di depan rumah kontrakan milik Nadira. "Ini hari terakhir Abang jadi driver ojol dek. Abang mau berhenti narik

Kenapa?" Wajah Nadira tampak sangat kecewa.

"Abang mau berangkat kkn ke daerah. Jadi Abang KKN selama 2 bulan," kata Hendra menjelaskan.

"Gitu ya bang. Dira wajib cari ojol lain lagi." Nadira berucap sedih

"Iya dek, gak apa ya. Ojol banyak, Adek gak susah kok dapatnya," ucap Hendra.

"Iya bang, Bang ini uang ongkos transportasi selama 1 bulan ini," ucap Nadira yang membayar uang transportasi gojeknya.

Hendra tersenyum menerima uang dari Nadira. "Uangnya abang diskon aja," ucap Hendra yang memberikan 1 lembar uang Rp100.000.

Nadira tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Tidak usah bang, untuk Abang aja," ucap Nadira yang mengembalikan uang tersebut dan kemudian pergi meninggalkan pria itu.

Nadira masuk ke dalam rumahnya. Nadira mengeluarkan uang yang tadi di simpannya di dalam celana jeansnya. "Gak sabar nungguin pagi biar bisa langsung kirim uang ke ibu,"Ucap Nadira yang menyimpan uangnya di bawah bantal.

Nadira tidak sabar untuk berbaring di atas kasurnya. Tubuhnya terasa amat lelah dan mengantuk. Ia membersihkan tubuhnya terlebih dahulu di kamar mandi dan mengganti pakaiannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel