Bab.4. Sentuhan yang Memercikkan Gairah
Bella Yuen cukup syok mendengar permintaan kakak Rheina Ma itu. Bella bertanya-tanya dalam hatinya mengapa pria itu ingin ia sendiri yang mengukur tubuhnya? Pekerjaan itu biasanya dilakukan oleh Myra. Tapi, dia pun bisa melakukan pengukuran tubuh untuk desain baju.
"Ohh tentu saja, Tuan Charlie Ma. Saya akan membantu Anda mengukur desain pakaian Anda. Mari ikuti saya!" Bella Yuen pun berdiri lalu berjalan ke ruang kerja desainer diikuti oleh Charlie Ma.
Sementara di belakang Bella Yuen, mata Charlie Ma memandangi goyangan pinggul wanita itu dengan penuh minat. 'Wow ... tubuhnya indah sekali!' batinnya dengan mendamba.
Bella Yuen meminta Charlie Ma berdiri tegap di hadapannya lalu mengukur tubuh pria itu dengan tali meteran penjahit sementara Myra Yu mencatat ukuran tubuh yang dia sebutkan.
Pria itu begitu menikmati sentuhan-sentuhan kecil tangan Bella di tubuhnya. Aroma tubuh Bella seperti bunga-bunga musim semi yang lembut dan segar. Rasanya dia ingin merengkuh wanita itu menempel ke bagian tubuhnya yang mengeras di balik celananya.
"Sudah selesai, Tuan Ma. Warna apa yang Anda inginkan untuk setelan jas kantor?" tanya Bella Yuen.
Charlie Ma pun berkata, "Aku lebih suka warna gelap seperti hitam, biru tua, hijau tua, kelabu tua. Mungkin kau bisa membuat 4 setelan jas kantor dan 2 tuxedo."
Bella Yuen mengingatnya dalam memori otaknya. Dia pun bertanya lagi, "Untuk bahannya, apakah wool sutera sesuai dengan selera Anda, Tuan Ma?"
"Boleh. Ehm, Nona Bella Yuen, panggil saja aku Charlie, jangan sungkan," balas Charlie Ma seraya menatap wajah Bella Yuen yang merona.
'Sungguh menggemaskan,' batin Charlie Ma ketika melihat wajah Bella Yuen merona menatapnya. Dia ingin wanita itu untuk jadi kekasihnya. Wanita mana pun selalu takluk di bawah pesonanya. Tidak terkecuali untuk wanita ini!
Wanita itu menghela napas perlahan. "Baik, Charlie. Mungkin pengerjaan pesanan Anda akan memakan waktu sekitar 10 hari, apa tidak masalah?" ujar Bella Yuen dengan profesional.
Dia pun berdiri di hadapan Bella Yuen. "Oke. Baiklah. Hubungi aku bila pesananku selesai, Nona Bella Yuen," jawab Charlie Ma seraya mengambilkan kartu namanya dari dalam dompetnya lalu mengulurkannya kepada Bella Yuen.
Sembari mengulas senyum tipis di wajahnya Bella Yuen menerima kartu nama Charlie Ma lalu menyimpannya di dalam saku blazernya.
"Apa ada yang lain, Charlie?" tanya Bella Yuen mengusir pria itu dengan halus.
Sejenak Charlie Ma menatap Bella Yuen dengan intens lalu dia tersenyum menggoda dan menjawab, "Tidak. Aku pamit dulu, Nona Bella."
"Baik. Sampai jumpa, Charlie. Terima kasih," ucap Bella Yuen seraya menjabat tangan pria itu dengan formal.
Namun, Charlie Ma menggenggam tangannya seolah enggan melepaskan tangannya hingga Bella Yuen berdehem.
Pria itu pun berjalan keluar dari ruang kerja desainer, tapi Bella Yuen tidak mengantarnya keluar. Dia merasa tidak nyaman berada di dekat Charlie Ma, aura pria itu begitu mendominasi dan menggoda.
"Myra, apa kau bisa mengurus pesanan Tuan Charlie Ma? Katakan pada Luohe, dia punya 10 hari untuk mengerjakan pesanan jas dan tuxedo ini. Bahan wool sutera warna gelap, hitam, biru, hijau dan kelabu. Mungkin untuk tuxedo, lebih aman memilih warna hitam dan kelabu tua," celoteh Bella Yuen menginstruksikan pesanan Charlie Ma pada asistennya, Myra Yu.
"Siap, Nyonya Bella. Aku akan segera membuat pesanan Tuan Charlie Ma ke Luohe. Pria itu sangat tampan, bukan?" jawab Myra sambil mengomentari penampilan Charlie Ma.
Bella Yuen pun tertawa seraya berkata, "Kau benar, Myra Sayang. Tapi pria seperti itu ahli membuat wanita patah hati."
Myra Yu pun tertawa berderai menanggapi komentar Bella Yuen yang sangat tepat sasaran.
Sementara di dalam mobil Lamborghini merahnya, Charlie Ma masih terbayang-bayang wajah Bella Yuen. Dia selalu mendapat perhatian dari kaum Hawa tanpa harus memintanya. Namun, wanita itu, sahabat adiknya, mengacuhkannya. Dia bahkan harus meminta Bella Yuen mengukur tubuhnya tadi.
Biasanya para wanita berlomba-lomba melemparkan diri mereka sendiri kepadanya tanpa harus diminta. Dia memang seorang playboy, tapi Tuhan mengaruniakan penampilan fisik yang sangat sempurna padanya dengan harta kekayaan yang melimpah-limpah. Hal itulah yang membuat para wanita terus-menerus berlomba-lomba mencari perhatiannya dan menempel padanya.
Bahkan, saat ini dia memiliki beberapa hubungan tanpa status yang melibatkan urusan ranjang bersama beberapa wanita kalangan atas. Semuanya siap untuk menikah dengannya, tapi dia yang masih belum siap untuk berumah tangga dan memiliki komitmen pada satu wanita.
"Lukas, sebelum kembali ke kantor, aku ingin mampir ke butik Rheina. Kita searah dengan tempat itu," ucap Charlie Ma pada sopirnya yang sedang bergelut dengan lalu lintas kota Yang Dong yang padat siang itu.
"Baik, Tuan Ma," sahut Lukas Wang patuh.
Charlie Ma ingin menginterogasi adik perempuannya tentang sahabatnya itu. Lagipula salah siapa yang menolak pesanan pakaiannya. Rheina harus bertanggungjawab padanya. Saat ini kakaknya menjadi penasaran pada Bella Yuen.
Sentuhan ragu-ragu jemari Bella Yuen di tubuhnya seperti api yang menyalakan gairahnya. Wajah cantik wanita itu begitu istimewa, lekuk tubuhnya membangkitkan gairah Charlie Ma yang tidak biasa muncul ketika melihat wanita dengan penampilan tertutup.
Wanita-wanita yang mengelilinginya biasanya memakai baju kurang bahan yang menonjolkan bagian dada dan paha mulus mereka. Namun, Bella Yuen memiliki aura dewi yang seolah tak tersentuh oleh manusia hina semacam dirinya.
Charlie Ma bertekad untuk membuat wanita itu takluk oleh pesonanya. Belum ada satu wanita pun yang menolak ketika dia menginginkannya.