Seorang Wanita Bernama Sabria
Pesan yang dikirim Laura ke Miko hanya bertanda centang satu. Artinya saat ini nomer Miko sedang tidak aktif. Aneh! Ini sangat aneh! Mengingat baru beberapa saat lalu Miko pergi dan tiba-tiba saja pesannya hanya centang satu.
Selalu begitu, setiap Miko berpamitan dinas ke Surabaya, Miko selalu sulit di hubungi. Karena masih juga tak percaya, Laura berusaha menelepon nomor suaminya itu. Benar saja nomor Miko rupanya sudah tidak aktif lagi. Bagaimana Laura tidak curiga dan merasa sangat janggal dengan sikap Miko? Karena kecurigaannya Laura langsung membatalkan pengiriman pesan ke nomor Miko tersebut dan mulai menghubungi salah satu temannya.
"Halo! Tom, lagi sibuk enggak?" tanya Laura to the point.
"Heiii, Lou! Tumben ibu pengacara pagi-pagi begini telepon gue. Ada apa?" sapa Thomas renyah.
"Tom, gue minta tolong bisa?" tanya Laura. "Itu juga kalau Elo enggak sibuk sih, Tom," lanjutnya berusaha tak terlalu mendesak.
"Kalem dong, Cantik. Elo kenapa sih? Kalau telepon gue enggak ada basa-basinya sama sekali!" keluh Thomas tidak penting.
"Thomas! Gue lagi serius nih!" seru Laura sedikit emosi.
"Ya ampun, Lou! Sabar Bu Pengacara, sabar! Elo dari dulu kalau sama gue suka buru-buru banget deh! Ada apa sih?" tanya Thomas yang jadi ikut kesal juga.
"Gue mau minta tolong, Elo bisa melacak nomor telepon ini. Gue udah kirim nomornya via aplikasi hijau. Kabarin secepatnya ya, Tom," pinta Laura sangat tergesa-gesa.
"Nomer siapa, Lou? Boleh gue tahu?" tanya Thomas masih saja berusaha sok dekat.
"Itu nomer su ...!" Laura terdiam beberapa saat ketika akan berkata jujur bahwa itu nomer suaminya. "Itu nomer su ... ami klien gue. Gue sedang menangani kasus complicated nih. Kasus pidana yang nyerempet perdata gitu," elak Laura yang akhirnya bisa ngeles cantik. Ia tak nyaman kalau harus berkata jujur pada Thomas.
"Ah ... begitu rupanya. Oke, Cantik, nanti gue kabarin ya. Gue masih sibuk ngurusin bini gue yang udah mau lahiran nih. Elo mau ga gue jadiin bini kedua? Buat jadi pengganti bini gue selama lahiran," tawar Thomas ngawur.
Pria yang berprofesi sebagai seorang penyidik di instansi pemerintahan itu memang berandalan. Tuntutan pekerjaannya mengharuskan dirinya keluar masuk tempat-tempat hiburan malam dan berhubungan dengan orang-orang yang mengerikan.
Gaya hidup Thomas juga penuh dengan dunia hedonisme yang membuat Laura dulu tak tahan menjadi kekasihnya. Sering Laura harus menjemputnya di salah satu tempat hiburan malam dalam keadaan mabuk berat dan harus merawat Thomas hingga sepenuhnya tersadar. Itulah mengapa Laura akhirnya selalu menjaga jarak dengan Thomas setelah mereka berstatus mantan.
"Oke, Tom. Gue tunggu kabarnya ya," ujar Laura sebelum mengakhiri panggilan.
Laura memang sengaja membatasi pembicaraan dengan Thomas. Meski sedang butuh bantuannya, Laura tidak ingin Thomas sampai tahu siapa yang ingin dimata-matainya. Tidak etis kan memata-matai suami dengan minta tolong mantan kekasih.
Thomas bukan lelaki yang baik menurut Laura. Pria itu agak berandalan. Jadi Laura tidak ingin Thomas mengetahui masalah yang sedang dialami dalam pernikahan indahnya yang baru seumur jagung.
Namun di tempat lain, Thomas nampak tertawa sinis sambil meletakkan telepon pintarnya di meja dengan tenang. Pria itu seperti sudah tahu siapa nomor pria yang harus di mata-matainya tersebut.
"Oh, Lou! Kau memang selalu menarik sekaligus menggemaskan," desis Thomas bersemangat. Jiwa lelaki Tomas memang selalu bergejolak jika menyangkut semua hal tentang Laura.
Laura itu wanita cerdas dan menarik. Ia adalah satu-satunya mantan Thomas yang mampu memberi kesan mendalam di hati pria itu. Meski akhirnya tak jadi istrinya, posisi Laura di hati Thomas tak pernah tergantikan.
"Ada apa, Bang?" tanya seorang wanita yang sedang duduk di seberang meja. Perutnya sudah membesar dan ia nampak kesusahan bergerak.
"Ah enggak, cuma seorang teman yang minta tolong," jawab Thomas sambil tersenyum penuh arti.
Wanita di hadapan Thomas hanya menghela napas maklum dengan kelakuan suaminya. Meski ia mendengar semuanya, wanita itu cukup tahu diri untuk tidak melanjutkan pertanyaannya. Mencari tahu urusan Thomas lebih dalam sama saja cari mati.
Thomas lalu masuk ke dalam ruang kerja yang pada pintunya dilengkapi kunci pengaman otomatis dengan menggunakan password. Thomas menekan beberapa kombinasi angka dan pintu ruangan itu terbuka. Ia lalu masuk dan mulai menyalakan laptop yang telah terinstal beberapa aplikasi canggih sebagai pendukung pekerjaannya tersebut.
Tidak sulit untuk Thomas melacak keberadaan seseorang. Hanya dalam satu jentikan jari saja, ia bisa menemukan di mana terakhir orang tersebut memakai teleponnya.
Thomas mengerutkan dahi saat mengetahui bahwa benda itu terakhir aktif di halaman rumah Laura.
"Ini sangat aneh," desis Thomas curiga.
Beberapa kali Thomas mencoba melacak menggunakan aplikasi lain dan hasilnya tetap sama.
"Pria yang menjadi suamimu ini, sepertinya memang cukup licik, Lou. Dia bahkan sangat rapi menyembunyikan dirinya," gumam Thomas sambil tersenyum.
Namun bukan Thomas kalau tidak bisa mencari solusi dari setiap masalah. Tugasnya sebagai penyidik sebuah instansi pemerintah memang bertujuan mencari celah sempit dari setiap keadaan untuk menelisik kebenaran. Pria itu memang terbiasa berhubungan dengan penjahat-penjahat licik namun cerdas berkelit dari kejaran hukum.
Thomas mulai memeriksa atas nama siapa nomor pria itu disimpan. Ia juga memeriksa dengan meretas database sebuah provider seluler untuk mencari tahu atas nama siapa nomor tersebut didaftarkan. Semua kemungkinan diperiksanya dengan teliti.
Jujur, sebenarnya di balik kebrutalan dan kekacauan hidup Thomas, pria itu masih menyimpan kekhawatiran yang sama pada hidup Laura. Mantan kekasih tersayang Thomas itu selalu membuat pria ini cemas jika memikirkannya.
Sepak terjang Laura sebagai pengacara yang cukup ternama meski belum memiliki biro hukum sendiri, membuat wanita cantik itu menjadi incaran beberapa orang yang berniat jahat. Beberapa kasus yang berhasil dimenangkan Laura dengan baik dalam menyuarakan kebenaran, membuat hidup Laura terkadang terancam.
Namun mantan kekasih Thomas itu selalu menganggap kekhawatiran Thomas berlebihan. Itulah yang membuat Laura tak pernah percaya setiap Thomas memintanya agar berhati-hati.
"Ini pekerjaanku dan ini adalah caraku menolong orang, Tom! Aku membela kilenku dan berusaha menyelamatkannya dari masalah. Pekerjaanku cukup mulia, bagaimana bisa hidupku terancam?"
Thomas mengingat penolakan Laura ketika ia memberi tahunya dulu. Mereka memang pernah berada di fase aku-kamu yang manis dan hangat. Sebelum berubah menjadi fase gue-elo yang sangat dingin. Sakit tapi tak berdarah.
***
Sudah dua hari ini Miko tak dapat dihubungi dan tidak juga menghubungi Laura. Bagaimanapun Laura berusaha, ia tak dapat mencari tahu kabar Miko. Pada siapa ia akan bertanya kabar, jika keluarga Miko saja tak ada yang dikenalnya. Apalagi saat ini posisinya telepon pintar Miko mati. Dari puluhan pesan yang dikirim Laura hanya sesekali Miko membalas pesan Laura.
[Maaf, Sayang. Aku sibuk sekali sampai enggak sempat menghubungi kamu]
Cuma itu pesan yang di kirim Miko pada Laura. Membuat Laura semakin naik darah. Suami macam apa yang bisa berbuat setega itu pada istri yang baru dinikahinya beberapa minggu?
Laura ingin sekali menghubungi Thomas untuk menanyakan bagaimana perkembangan penyelidikannya. Tetapi ia merasa tidak nyaman bila nantinya Thomas akan menjadi curiga, mengapa Laura begitu ingin tahu. Ia takut kebohongannya tentang Miko pada Thomas akan terbongkar.
Beberapa kali Laura terlihat mondar-mandir di dalam ruang kantornya sampai sebuah pesan masuk ke handphone Laura.
[Lou, apa klien Elo bernama Sabria?]
Pucuk dicinta ulampun tiba. Pesan dari Thomas masuk ke handphone Laura yang sedang galau hari itu. Namun, siapakah Sabria?
