Gelagat Mencurigakan Miko
Suara ketukan pintu mengagetkan Laura yang tengah berendam sambil kembali mengurai semua benang kusut yang ada di kepalanya. Ia bangkit dari bathtub dan memakai jubah mandinya.
"Kamu tidur di dalam, Sayang? Aku ketuk dari tadi kok engga direspon," ujar Miko sambil nyelong masuk dan membuka semua pakaian dengan seenaknya.
"Ihhh, kamu nih. Buka baju sembarangan," protes Laura yang menggosok gigi di wastafel. Ia memalingkan wajah karena jantungnya berdebar kencang.
"Loh, aku kan sudah sah jadi suami kamu. Masa menunjukkan aurat di depan istri enggak boleh," ujar Miko membalikkan badan dengan santai.
Terpampang nyatalah itu semua keindahan tubuh yang terpahat sempurna dihiasi otot-otot keperkasaan seorang pria dewasa. Dalam sepersekian Laura menelan ludah menahan gejolak magnet kewanitaannya yang meronta-ronta.
Laura menyudahi acara gosok giginya buru-buru dan gegas beranjak dari kamar mandi. Ia tak ingin hal-hal yang diinginkan terjadi. Entah mengapa Laura masih malu-malu melihat tingkah suaminya yang seperti itu.
"Hei, mau ke mana?" tanya Miko menahan tangan Laura.
"Keluar dan pakai baju dong. Kan aku udah selesai," jawab Laura sambil bergegas pergi. Wajahnya memerah melihat Miko yang berdiri di sana dengan segala pemandangan menggoda yang ditawarkannya.
"Siapa bilang kamu boleh keluar! Temenin aku mandi dong, Sayang. Kamu istriku dan kita sudah halal. Kenapa kamu masih suka malu-malu?" Miko menghadang Laura dan bergerak tangkas mengunci pintu kamar mandi.
"Miko, ini enggak lucu. Aku mau keluar kamar mandi, jangan dikunciin!" seru Laura panik.
"Please, udahan ya main malu-malu kucingnya. Aku ini suamimu, Lou. Aku butuh istriku di sini malam ini," bisik Miko di telinga Laura. Lelaki itu lalu menarik tali pengikat di jubah mandi Laura dan ....
"Ah iya, aku lupa. Aku harus menelepon klien untuk memastikan jadwal konsultasi besok," ujar Laura mengelak. Ia berusaha melepaskan diri dari Miko.
"Lou, ini sudah pukul 10 malam. Pengacara macam apa yang menghubungi kliennya selarut ini?" Miko kembali menangkap tubuh Laura dan memenjarakannya di antara kedua tangannya.
"Ah, tapi ...."
"Louuu! Please, udah ya. Udah main kucing-kucingannya. Malam ini aku ingin berkembang biak dan menghasilkan keturunan denganmu," ujar Miko dengan bahasa yang membuat Laura tergelak.
Jika ditelaah memang semua yang dikatakan Miko benar. Mereka sudah suami istri, sudah sama-sama dewasa dan paham apa kebutuhan hasrat masing-masing. Mengapa Laura harus malu-malu dan menahan diri?
Laura mungkin merasa grogi. Meski sudah menikah, tetapi Laura masih terbiasa dengan kehidupan lajangnya. Ia memang sudah hidup melajang selama tiga puluh lima tahun sebelum akhirnya menerima pinangan Miko.
Apakah Laura tidak pernah pacaran atau semacamnya? Tentu saja pernah. Namun entah mengapa dengan Miko, Laura merasa masih kikuk dan grogi.
Cup! Miko mencium Laura saat wanita itu sedang melamun. Lanjut menjelajahi seluruh bagian tubuh Laura yang perlu diteliti. Miko melakukannya perlahan namun pasti. Seperti sedang berada pada sesi pelajaran tentang anatomi.
"Ahhh, Miko! A-aku ...."
Laura berusaha mengendalikan diri di tengah gempuran hormon dalam tubuhnya yang terstimulasi sempurna hingga menimbulkan sebuah euforia yang memabukkan. Sebagai wanita normal Laura menginginkannya, tetapi entah mengapa jiwa dan pikirannya seperti menolak.
"Nikmati aja, Sayang," ujar Miko tersenyum nakal. Miko semakin intens menstimulasi istrinya agar merasakan kenyamanan sempurna dengan jemari tangannya.
"Aw, Miko! Geli!" pekik Laura.
Tanpa sengaja Laura mendorong Miko terlalu keras. Suami Laura itu terpeleset hingga jatuh terduduk. Bibir Miko berdarah karena ketika jatuh tanpa sengaja bibirnya tergigit.
"Ah, Sayang! Ya ampun, maafkan aku! Maafkan aku enggak sengaja," ujar Laura panik melihat suaminya itu berdarah.
Laura lalu bergegas mengambil kotak P3K, namun tangan Miko menahan laju gerak tubuhnya.
"Stop! Jangan panik, ini enggak sakit kok," ujar Miko menahan tangan Laura dan menarik mendekati tubuhnya.
Laura terjerambab hingga menindih tubuh Miko. Bukannya kesakitan, Miko malah menarik Laura lebih dekat lalu mengecup lembut istrinya itu dengan bibirnya yang terluka.
Rasa amis dan anyir darah menyeruak membuat Laura tak nyaman dengan perlakuan suaminya itu.
"Mi-miko, Sayang! Ja-jangan be-gi-ni," tersengal Laura menyelesaikan kalimatnya.
Laura benar-benar tak nyaman dengan perlakuan Miko. Tetapi Miko seperti menikmatinya dan malah semakin berhasrat.
"Mi-miko! Sa-sayang ... a-ku, ti-tidak bisa bernafas," ujar Laura masih berusaha menghindari suaminya.
Namun Miko tidak memberi kesempatan Laura sedikitpun untuk meloloskan diri. Meski Laura merasa tak nyaman dan sulit bernapas. Tapi Miko terus menerus menghujani Laura dengan sentuhan penuh cinta.
Laura tersengal dan terengah-engah. Namun panggilan tanggung jawab kewajiban sebagai seorang istri membuat Laura akhirnya hanya bisa pasrah membiarkan suaminya berbuat sesukanya.
***
"Sayang hari ini aku ada urusan bisnis ke Surabaya ya. Aku enggak pulang kayaknya sampai lusa atau minggu depan," pamit Miko pagi itu.
Laura masih bermalas-malasan dan terlihat kelelahan di atas ranjang. Ia bangun siang dan merasa sekujur tubuhnya kelelahan. Malas-malas Laura bangkit dari ranjang dan memeluk Miko.
Sementara Miko sudah mandi dan berdandan rapi di depan kaca. Menyisir rambutnya klimis dan mengancingkan lengan kemejanya. Miko sudah siap untu pergi.
"Mmm, kamu mau ke mana?" tanya Laura malas-malasan.
"Ke Surabaya, Sayang. Mau ikut?" tanya Miko menawari. Ia lalu membalas pelukan Laura dan mereka berjalan bersama ke pintu depan.
"Enggak, aku capek. Hari ini saja aku harus membatalkan janji dengan klien karena kecapean," tolak Laura sambil bergelayut manja di lengan kekar Miko.
"Maafkan aku, Sayang. Sepertinya aku terlalu bersemangat," ujar Miko sambil mengusap rambut berantakan Laura.
"Mmm, hati-hati di jalan ya," ujar Laura. Ia memeluk erat tubuh suaminya yang hangat.
"Aku pergi ya. Baik-baik di rumah," bisik Miko syahdu sambil mengecup pucuk kepala Laura.
Laura hanya memejamkan mata menikmati kehangatan kecupan suaminya dalam-dalam. Ia lalu membiarkan Miko pergi dengan mengantarnya hingga ke luar pintu rumah mereka.
[Hari ini dia akan ke Surabaya untuk urusan bisnis. Yakin, cuma urusan bisnis?]
Lagi-lagi sebuah pesan misterius masuk ke gawai Laura ketika dia baru akan masuk kembali ke dalam rumah. Membuat mata Laura membelalak sempurna membacanya.
"Bagaimana dia tahu Miko akan ke Surabaya? Apakah ... yang mengirimiku pesan adalah orang terdekat Miko? Tapi siapa?" tanya Laura dalam hati.
Ia kembali meneliti setiap pesan yang masuk dari nomor tak dikenal itu. Membaca semua pesannya pelan-pelan agar tak ada yang terlewat. Ia lalu mencoba membaca nomer tersebut di aplikasi pembaca nomor kontak.
Laura ingin tahu siapa yang mengiriminya pesan itu. Namun selain keterangan bahwa nomor tersebut adalah kode area Jakarta, Laura tak dapat mengakses informasi lain.
"Ah ... rupanya pengirimnya cukup berhati-hati dan tidak main-main. Hmmm, siapa ya?" ujar Laura terus berpikir.
Ia lalu mengirimkan screenshot kiriman-kiriman pesan itu kepada Miko. Laura ingin tahu bagaimana reaksi Miko saat membacanya. Namun inilah yang membuat Laura merasa Miko tengah menyembunyikam sesuatu. Apakah itu?
