Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Apakah Miko Mendua

"Apakah namanya Sabria? Wanita itu siapa? Apakah Miko berselingkuhan di belakangku? Tetapi bahkan pernikahan kami baru beberapa minggu saja!" gumam Laura curiga. Pikirannya dipenuhi banyak pertanyaan yang bergelayut memusingkan.

Tapi tunggu sebentar! Bagaimana bisa, ia begitu saja percaya dengan Thomas?

"Ingat Laura, Thomas itu pandai memainkan tipu muslihat," desis Laura berpikir sekali lagi pada dirinya sendiri.

[Apa yang Elo dapetin, Tom?]

Laura mengirim pesan pada Thomas.

[Banyak, kita ketemuan ya!]

Thomas membalas dan Laura langsung tahu semua itu hanya modusnya.

Laura jadi tak sabar dan segera menghubungi Thomas lewat sebuah panggilan ke telepon pintar Thomas.

"Halo, Laura Sayang. Sebegitu rindunyakah sampai enggak sabar menghubungi gue," ujar Thomas menyebalkan di ujung sana.

Laura seketika ingin muntah rasanya. Norak sekali pria satu itu mencari perhatian Laura. Membuat Laura jadi semakin malas.

"Tom, gue enggak sedang bercanda! Sampaikan apa saja yang harus gue ketahui," ujar Laura tegas dan dingin.

"Oke, Lou. Pertama pria itu sedang berada di Surabaya. Ia menginap di hotel JWM dan beberapa kali menunjukkan tanda mengunjungi perumahan mewah di salah satu kawasan elit Surabaya," jelas Thomas.

"Lalu siapa Sabria?" tanya Laura keceplosan.

Thomas hanya terkekeh mendengar Laura tampak tak sabar. "Kenapa, Lou? Takut suami baru Elo ternyata punya wanita lain?" canda Thomas menohok Laura tepat di hatinya.

"Tom, gue bilang kan ini suami klien gue," elak Laura berusaha kembali tenang.

"Lou! Gue bukan anak SD yang Elo bilang begitu langsung percaya. Ini nomer Miko, suami Elo kan? Kalian baru menikah tiga minggu yang lalu!" tegas Thomas langsung membuat Laura tidak berkutik.

"Oke, gue ngaku. Iya, dia suami gue," jawab Laura pasrah saja. Ia tahu tak akan pernah bisa berbohong lebih lama lagi pada Thomas. Pria itu adalah seorang penyidik dengan karir cemerlang, meskipun hidupnya berantakan. Thomas cerdas dan terlalu jeli untuk dibodohi.

"Kita ke Surabaya sekarang mau? Gue bisa lacak di mana suami tercinta Elo itu berada," ajak Thomas yang langsung membuat Laura menahan napas.

Apa? Ke Surabaya bersama Thomas? Sekarang? Halooo! Tunggu-tunggu, ini bukan sebuah hal yang bisa diputuskan begitu saja Laura. Sebentar! Tenangkan diri dulu sebentar Laura!

Dan Laura dengan tenang kemudian berkata, "Enggak deh, Tom. Gue enggak bisa. Ada kasus yang harus sidang minggu ini. Makasih ya bantuan Elo. Kapan-kapan gue traktir makan," tolak Laura elegan.

"Ahhh gitu ya. Ya udah deh kalau gitu, terserah Elo aja," ujar Thomas terdengar agak kecewa.

Laura sedikit merasa lega mendengar Thomas kecewa. Setidaknya pria itu tak akan cukup nekat untuk mengajak Laura ke Surabaya atau tawaran menjebak semacamnya. Laura cukup sadar bahwa Thomas dan dirinya kini sudah punya pasangan masing-masing. Ia harus menjaga perasaan istri Thomas.

Laura mengakhiri pembicaraan setelah berbasa-basi sedikit dengan Thomas mengenai kasus lain yang sedang ramai menjadi perbincangan. Thomas meminta pendapat Laura sebagai seorang pengacara karena Thomas sendiri agak pelik menangani kasus tersebut. Penyelidikannya mengalami jalan buntu.

Terlepas dari masalah pribadi yang pernah terjadi di antara keduanya. Laura dan Thomas adalah pasangan rekan kerja yang kerap berdiskusi bersama menangani peliknya kasus-kasus hukum di negeri ini. Thomas dan Laura sering bertukar pikiran sebagai dua orang yang kadang harus berdiri berseberangan.

***

Laura baru saja keluar dari sebuah sidang yang alot, ketika ia melihat seseorang telah berdiri di depan mobil Laura sambil membawa buket coklat kesukaan Laura. Pria tampan itu tersenyum mempesona, membuat semua penat dan lelah Laura menguap entah kemana.

"Hai, capek ya. Aku supirin kamu hari ini ya, Sayang." Pria itu memberikan buket di tangannya dan memeluk Laura erat. "I miss you so much, my dear Laura!" bisiknya tepat di kepala Laura sambil menghadiahkan kecupan sayang.

Diperlakukan begitu Laura tentu saja meleleh. Ia lalu menurut saja saat pria tampan itu menuntunnya ke mobil dan meminta kunci mobil dari dirinya.

"Silahkan masuk, Nyonya Miko. Hari ini saya sopir anda dan siap mengantar Nyonya kemana saja," ujar Miko membukakan pintu di sisi penumpang depan. Ia sendiri lalu masuk di sebelah kursi kemudi dan siap menyetir.

Pria yang bersikap sangat manis itu adalah Miko. Pria yang beberapa hari lalu membuat Laura panik dan curiga luar biasa. Kini suaminya itu telah berdiri di hadapan Laura sambil membawakan buket coklat untuknya. Memperlakukannya dengan sangat manis lagi romantis.

Laura sempat bingung, tetapi ia lebih memilih membiarkan saja Miko melakukan semua hal romantis itu padanya. Bagaimanapun ia perempuan, diperlakukan seperti itu oleh suaminya sendiri, mana mungkin Laura menolak.

"Kamu ...!"

"Maafkan aku, Sayangku. Aku benar-benar sangat amat sibuk sekali di Surabaya. Aku harus mematikan gawaiku sepanjang hari agar bisa fokus menyelesaikan pekerjaanku di sana. Aku mau cepet pulang dan ketemu kamu lagi," potong Miko sambil bermanja pada Laura.

"Tapi kan enggak harus ...!"

"Iya, aku salah banget. Aku bukan suami yang baik, Lou. Maafkan aku, hukum aku sesukamu. Tapi percayalah aku sayang banget sama kamu." Miko kembali memotong kalimat Laura dan terlihat sangat menyesal dengan tindakannya. Tindakan yang meninggalkan istrinya tanpa kabar berita selama beberapa hari.

"Kamu enggak selingkuh kan?" tanya Laura dingin.

Wajah Miko langsung berubah menegang. Ia yang semula hendak menyalakan mobil dan menuruti permintaan Laura kemanapun ia pergi jadi terdiam. Miko menghela napas dan berusaha menenangkan diri.

"Apa maksudmu, Sayang? Mengapa kamu berpikir begitu?" tanya Miko dengan nada suara agak tinggi. Ia seperti berusaha mengendalikan emosinya dan menenangkan diri di hadapan Laura.

"Aku hanya bertanya, salahkah?" Laura balik bertanya ketika melihat Miko menengang. Sebagai seorang pengacara, Laura cukup lihai memainkan emosi seseorang sehingga orang itu terjebak dalam pertanyaannya.

Miko sekali lagi menghela napas dan menenangkan diri. "Tidak, kamu benar sayang. Kamu melakukan hal yang wajar sebagai seorang istri," jawab Miko mengalah.

Laura menatap Miko dalam diam selama beberapa saat. Lalu ia dengan tenang membuka gawainya dan menunjukkan pesan-pesan misterius dari nomor yang tak dikenal itu.

"Salah aku curiga sama kamu kalau ada yang mengirimiku pesan demikian?" tanya Laura tajam. Percis seperti seorang pengacara yang sedang membuat musuh kilennya mati kutu.

"Pe-pesan apa ini? Dari siapa ini, Sayang?" tanya Miko makin terkejut. Ia terlihat sangat marah dalam sepersekian detik, lalu kembali berusaha menenangkan diri.

"Kalau aku tahu siapa yang mengirim, aku tidak akan bertanya, Miko!" tandas Laura.

Miko menghela napas beberapa kali, lalu mulai melajukan mobil Laura dalam diam.

Laura meski masih tegang menunggu jawaban Miko, memilih mengikuti permainan pria itu. Ia membetulkan duduknya dengan tenang dan melipat tangannya di dada, pertanda Laura sedang tidak ingin membuka diri dan menanti Miko memberi penjelasan.

"Sayang, aku mohon jangan mencurigaiku seperti ini. Aku sungguh mencintaimu dan selalu ingin membahagiakan kamu, Lou. Kulakukan apapun untuk membahagiakanmu. Hanya ketika aku bekerja, aku enggak bisa diganggu begitu saja," ujar Miko di tengah laju kendaraan mereka.

"Ahhhh, sebuah permohonan lagi. Miko tidak pernah memberi penjelasan, ia hanya selalu beralasan dan menghindar. Jadi haruskah aku percaya padanya atau mulai menyelidiki siapa pengirim pesan-pesan misterius ini?" batin Laura dalam hati. Ia hanya memandang pias ada Miko yang terus saja menyetir dengan kondisi yang tidak nyaman.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel