Mengejar Miko Ke Surabaya
"Kita mau makan di mana? Aku turuti semua keinginanmu, Lou," ujar Miko yang telah berubah 180° dari moodnya ketika membahas pesan-pesan misterius itu.
Miko yang sekarang menjadi sangat manis dan berusaha sungguh-sungguh mengambil hati Laura. Miko seperti ingin menutupi kesalahannya dengan membuat Laura nyaman.
Laura sudah jengah dengan sikap Miko yang seperti ini. Ia jadi semakin mencurigai suaminya tersebut. Pesan-pesan misterius itu beberapa hari ini memang tidak lagi menggangunya. Tapi sikap Miko yang misterius itu justru membuat Laura jadi curiga.
"Lou, please! Aku mohon jangan marah lagi padaku. Kamu mau apa? Aku turuti tapi jangan lagi marah padaku," mohon Miko sedikit berlebihan. Ia lalu membelokkan mobilnya ke Plasa terbesar dan termegah di Indonesia dan mengajak Laura berbelanja.
Miko mengapit lengan Laura untuk tetap berjalan di sampingnya. Bertindak seolah ia tidak ingin kehilangan Laura. Membuat Laura benar-benar tidak bisa berkutik karenanya. Miko membawa Laura ke sebuah butik merk terkenal. Menawarkan Laura barang-barang mewah dengan harga tujuh hingga sembilan digit itu.
Jika dulu Laura akan sangat antusias dengan keromantisan dan keroyalan Miko terhadapnya, tidak untuk hari ini. Ada sesuatu dalam diri Laura yang belum terpuasakan dengan jawaban Miko beberapa saat lalu. Rasa penasaran yang membuat Laura berpikir, haruskan ia benar-benar pergi ke Surabaya seperti saran Thomas padanya?
"Lou, bagaimana? Ada yang kamu suka?" tanya Miko penuh cinta. Ia memeluk pinggang Laura dan mengajak wanitanya itu berkeliling.
Laura melirik Miko meski sebetulnya dia sangat malas berbelanja dalam kondisi tak mengenakkan seperti ini. Namun akhirnya dengan acak ia mengambil beberapa barang agar Miko puas. Berdasarkan pengamatan Laura, Miko cenderung suka memaksakan orang lain untuk menuruti kehendaknya. Ia tidak akan berhenti sebelum orang itu melakukan seperti apa yang menjadi keinginannya.
Laura yang cukup paham tabiat Miko, ingin acara belanja ini segera berakhir. Ia ingin pulang dan berendam dalam bathtube di rumahnya. Melepaskan penat dan beban pikiran yang menyiksa. Laura butuh ruang untuk menenangkan diri dan mengambil keputusan yang tepat.
***
Beberapa hari penuh cinta itu hadir kembali. Miko benar-benar memperlakukan Laura dengan sangat spesial bagai ratu. Miko mengantar-jemputnya ke kantor, mengajaknya dinner mewah, bahkan kerap kali mengirimkan hadiah-hadiah kejutan yang manis.
Namun setelah fase itu, semua mimpi buruk kembali berulang. Miko kembali meninggalkannya ke Surabaya dengan kondisi telepon pintarnya mati total dan tidak bisa terlacak.
"Jangan menghubungiku ketika aku yang di Surabaya, Sayang. Biar Aku saja yang menghubungimu," ujar Miko sebelum pergi.
Laura sungguh merasa sangat aneh dengan tingkah Miko yanh satu ini. Mengapa harus seperti itu? Mengapa pula harus sampai tidak boleh Laura menghubunginya? Jika memang benar Laura istrinya, mengapa rumah tangga mereka harus penuh rahasia seperti itu?
Berkali-kali Laura berusaha meneleponnya dan nomor Miko jarang sekali aktif. Tapi setiap kali Miko menghubunginya, ia menuntut Laura selalu ada. Jika Laura tidak mengangkat telepon atau membalas pesannya, Miko akan terus menghubunginya hingga Laura menjawabnya.
"Aku harus pergi ke Surabaya! Aku harus mencari tahu ada apa di kota itu!" tekad Laura sudah bulat. Ia tak ingin terus-terusan dilanda kebingungan dan kekhawatiran macam ini.
Namun ada satu lagi kendalanya. Bagaimana dia bisa tahu di mana lokasi suaminya ketika di Surabaya. Haruskah Laura menghubungi Thomas dan meminta pria itu pergi bersamanya?
Laura menghembuskan napas dengan berat dan membanting pantatnya ke kursi empuk di dalam ruangan kantornya. Ia menjadi bingung tentang apa yang sebaiknya ia lakukan.
"Lou, lagi sibuk?" tanya Greya mengetuk pintunya.
Laura memberikan kode agar asisten pribadinya itu masuk dan duduk di bangku seberang meja Laura.
"Ada apa?" tanya Laura.
"Makasihhh! Tasnya, gue sukaaaa! Tapi kan kasusnya belum kelar, Lou. Kok gue udah dikasih tas?" ujar Greya dengan mata berbinar.
"Enggak apa-apa. Pas kemarin Miko lagi baik aja, jadi dia niat beliin beberapa barang dan gue inget tas idaman Elo," jelas Laura sambil tersenyum sedikit dipaksakan.
"Aduhhh, so sweet banget sih lakik Elo! Mau dong bungkus yang begitu satu," ujar Greya sambil bercanda.
"Oh ia, kasus PT. HGD udah keluar belum jadwal sidangnya? Kalau gue ngajuin cuti dua hari bisa enggak ya, Grey?" tanya Laura sambil berpikir.
"Wait, gue check dulu ya, Lou. Nanti gue kabarin. Oh iya, ini ada yoghurt buat Elo. Sory nih tas mahalnya cuma diganti yoghurt," ujar Greya perhatian. Ia meletakkan dua botol yoghurt rasa blueberry di meja Laura. Setelah meletakkan pemberiannya untuk Laura, Greya beranjak meninggalkan ruangan Laura.
Laura tersenyum menyambut kebaikan Greya dan langsung meminum sebotol yoghurt hingga tandas. Setidaknya asam segar yoghurt bisa membuat pikirannya fresh lagi.
Laura kemudian menghubungi Thomas untuk meminta alamat Miko. Ia terpaksa memberanikan diri melakukan hal itu agar penasarannya tidak semakin membuatnya hilang fokus dan konsentrasi.
"Halo, Tom. Gue ...."
"Lou! Kebetulan Elo telepon gue. Gue ada kasus yang harus ditangani di Surabaya. Elo mau ikut?" tanya Thomas langsung memotong pembicaraan Laura.
"Ah ... be-berapa hari Elo di Surabaya?" tanya Laura.
"Enggak lama, cuma tiga hari aja. Elo mau ikut enggak?" tanya Thomas langsung blak-blakan.
Laura menahan diri untuk tidak langsung menjawab iya. "Sebentar gue check jadwal dulu ya, Tom. Nanti gue kabarin secepatnya," jawab Laura.
"Gue enggak bisa nunggu, Lou! Siang ini gue berangkat. Kalau Elo mau nyusul kabarin ya. Gue share lokasi gue di Surabaya," ujar Thomas.
"Oke, ma kasih ya. Elo baik banget nawarin gue ke Surabaya," ujar Laura berusaha bersikap respek.
"Bukan gitu, Lou. Gue curiga sama suami Elo. Sepertinya nama Miko itu ada dalam daftar penyidikan gue di Surabaya," jelas Thomas membuat Laura terkejut.
"Su-suami gue ada dalam daftar penyidikan Lo? Kasus apa?" tanya Laura berdebar. Ia tak habis pikir Thomas ternyata mengajaknya bukan karena lelaki itu sedang cari perhatian. Tetapi memang ada yang aneh dengan suaminya.
"Lou, gue enggak bisa jelasin di telepon. Gue berangkat siang ini. Nanti gue kabarin gue nginep di mana. Kapan aja Elo mau nyusul, kabarin gue ya," pungkas Thomas sebelum mengakhiri panggilan.
Laura terduduk lesu di kursinya. Otaknya berpikir keras dengan segala kepanikan dan spekulasi yang mungkin terjadi. Jika Miko masuk dalam daftar penyidikan Thomas, tandanya ada yang tidak beres dengan suaminya itu. Apa yang sesungguhnya Miko lakukan?
Laura lalu menyadari bahwa perkenalan mereka yang singkat dan sikap Miko yang luar biasa manis membuat Laura lupa. Ia bahkan tak mengenal satupun keluarga Miko, tak tahu latar belakang Miko dan apa pekerjaan Miko yang sebenarnya.
Ketika akad nikah dan resepsi pernikahan mereka, hanya Miko yang hadir bersama salah satu sepupunya bernama Adam, sementara keluarga besar pria itu tidak bisa hadir karena berada di luar kota. Benarkah keluarga besar Miko memang tidak bisa hadir? Mengapa demikian?
Benarkan Miko adalah seorang anak broken home yang hidup terpisah dan sudah hilang komunikasi dengan keluarganya? Apakah benar pekerjaan Miko hanya seorang pemilik perusahaan kontraktor yang menangani pembangunan rumah-rumah mewah seperti ceritanya? Bebagai tanya menyeruak membuat hati Laura bergejolak.
