Stay away from her!!
"Ah… aku mengerti. Menilai dari ekspresi wajahmu, kau tampaknya telah menyadari mengapa kau tidak bisa mendapatkan info lebih lanjut tentang kami. aku menyegel dan memblokirnya sesaat aku melihat orang asing masuk ke situs pencarian nama kami. aku memblokir informasinya karena itu seharusnya sudah cukup dan aku yakin orangmu seharusnya bertanya kepada orang-orang tentang kami tetapi dengan hasil yang tidak memuaskan untukmu, apa aku benar? "
Wajah Justin menunjukkan senyuman ringan pada Adam, dia mengakui bahwa dia telah mencoba mengumpulkan informasi tentang mereka tetapi hanya untuk mengklarifikasi jika itu tidak bermaksud jahat sama sekali. dia memberitahu Adam tentang awal pertemuannya dengan kakak perempuannya di bandara dan kemudian menjelaskan kepada Adam alasan mengapa dia melakukan itu. Adam setuju bahwa masuk akal untuk berpikir begitu setelah mendengar penjelasannya.
"Aku setuju bahwa masuk akal bagimu untuk berjaga-jaga setelah apa yang telah kau lalui, tetapi aku tetap akan memberitahumu sebelumnya bahwa kakak perempuanku itu bukanlah tipe gadis seperti itu. Dia terlalu sombong dan harga dirinya terlalu tinggi untuk melakukan hal kotor seperti yang kau pikirkan."
"Yeah! Aku mulai menyadarinya setelah itu."
mereka berdua tertawa kecil lalu kembali ke topik utama.
"Kau mampu menghentikan penyelidikan Sam. Kau pantas disebut jenius."
"Thanks!" Kata Adam dengan cara yang keren. Justin mengamati Adam dengan sangat hati-hati, sulit dipercaya bahwa dia baru akan berusia dua puluh tahun ini dan sudah tahu banyak tentang sistem.
"Pernahkah kau berpikir untuk menjadi manajer ahli departemen teknologi?" Kata Justin sambil melihat Adam.
"Tidak juga! Aku masih muda dan tidak terburu-buru untuk mencari pekerjaan."
Wajah Adam menjadi sedikit sedih saat mengatakan ini dan Justin langsung menyadarinya.
Kenapa dia lebih suka hidup dalam keadaan sulit padahal dia punya kemampuan untuk hidup mewah, dia dan kakaknya sama-sama orang yang sangat cerdas tapi kenapa mereka tidak berusaha menunjukkan kemampuannya ?! pertanyaan ini membuat Justin bertanya-tanya tentang rahasia kedua bersaudara ini. Adam siap untuk pergi tetapi berbalik dan berbicara dengan Justin lagi.
"Hei... sebelum aku pergi aku ingin mengingatkanmu untuk yang terakhir kalinya, jangan ganggu kakakku! Menjauhlah dari kakakku! Sekarang kau sudah mendapatkan bantuannya dan dia sudah menyelesaikan masalahmu, jangan berani-berani datang lagi kepadanya atau aku tidak akan sopan lagi! " kata Adam dengan wajah yang menakutkan.
Justin mengerti betul bahwa dia bukan orang yang mudah untuk dihadapi dan ia tetap sedikit terkejut. tidak ada yang berani menatapnya seperti itu untuk waktu yang lama dan ini sangat mengejutkan Justin. kemudian dia berpikir bahwa tidak akan buruk jika Adam bisa menjadi bagian dari gengnya.
Justin kembali ke kursinya dan melihat benda merah di sofa tempat Adam duduk tadi. dia mengambilnya dan menyadari bahwa itu adalah USB yang salah yang dia terima dari Ariel. dia mengambilnya dan kemudian melihatnya. di bagian belakang USB tertulis nama Ariel.
"Rupanya ini adalah USB Ariel, tertulis namanya di luar... ‘Ariel’ Aku ingin tahu informasi apa yang ada di dalamnya?"
Sambil melihat USB merah di tangannya, pandangannya tertuju pada USB lainnya yang berwarna biru lalu memutuskan untuk melihat USB berwarna merah terlebih dahulu. dia memasangnya di komputer dan membukanya. USB itu berisi project, note dan foto Ariel bersama keluarga, teman-temannya, di salah satu foto ariel sedang main adu bantal dengan kedua adiknya. di yang lain adalah wajah Ariel yang dilapisi tepung, senyumnya dan kesenangan itu membuatnya tampak seperti keluarga yang bahagia, seolah-olah tidak ada masalah. sulit dipercaya bahwa dia benar-benar menjalani kehidupan yang keras.
Justin tertegun memandang foto-foto lucu Ariel dan keluarganya. konsentrasinya terpecah hanya ketika Taylor datang.
"Kenapa kau begitu berkonsentrasi pada komputer? Ada sesuatu yang menarik terjadi karena kau bahkan tidak menyadarinya ketika aku tiba." Tanya Taylor memandang Justin dengan curiga.
"tidak banyak, hanya statistik." Justin berbohong dan menutup komputer. Taylor duduk di kursi di depan Justin dan menyerahkan beberapa dokumen padanya.
"Apa ini?" Tanya Justin.
Taylor tersenyum sebelum menjawabnya.
"Ini adalah dokumen-dokumen yang diserahkan Ariel kepadaku kemarin. Pengacara kita sangat terkesan dengan betapa detailnya dokumen itu. Sejujurnya, aku juga masih tetap terkesan."
Justin mengambil dokumen-dokumen itu dan menyadari bahwa mereka menyertakan setiap detail kecil di dalamnya. di beberapa baris di dalam dokumen itu dia memperhatikan bahwa USB juga disebutkan dan kemudian melihat USB biru di atas meja.
Dia meletakan kertas-kertas itu, mengambil USB di tangannya dan kemudian memutuskan untuk memasangnya di komputer untuk mempelajari mengapa mereka bilang itu begitu penting. Taylor langsung menyadarinya ketika mendekati Justin.
"Tidak mungkin kau menggunakan USB semurah itu! Siapa pemilik USBi ini?"
"Setelah aku meninggalkan hotel, aku tidak sengaja bertemu dengan Ariel yang memberi ku USB merah ini dan memberitahuku bahwa info di dalamnya akan menyelesaikan semua masalah. Kemudian ketika aku tiba di kantor, Adam datang."
"Adik laki-laki Ariel datang ke sini?!!"
"Hmm! Dia datang dan memberiku USB biru itu. Dia sengaja menukar USB Ariel karena dia ingin bertemu dan berbicara denganku." kata Justin dan mulai mengklik file di komputer menunggu untuk diunduh.
"Untuk apa dia ingin bertemu dan berbicara denganmu?" Tanya Taylor heran.
"Dia memperingatkanku untuk menjauh dari kakak perempuannya."
"Apa? Dia benar-benar memperingatkanmu? !!! kau ?!" Kata Taylor dengan tidak percaya. sungguh mengejutkan bahwa seseorang benar-benar berani melawannya tanpa ngompol di celana, apalagi memperingatkannya. Taylor memandang ekspresi wajah Justin, dia tidak tampak marah, sebaliknya dia malah menunjukkan senyum ringan.
"Karena dia sudah sangat membantuku, aku memutuskan untuk melepaskannya. Lagipula dia datang ke sini hanya untuk melindungi kakak perempuannya. Dia tidak ada hubungannya denganku."
Akhirnya file diunduh dan sebuah video muncul. Justin mengklik tombol play dan ketika dia melihat kontennya dia tetap diam. Taylor pun menghampiri mejanya dan ketika melihat video itu dia juga tetap diam. dia melirik sedikit pada Justin yang sudah memiliki aura pembunuh di sekelilingnya dan berpikir bahwa yang terbaik baginya saat ini adalah dia berjalan sedikit lebih jauh untuk memastikan keselamatan hidupnya.
"Taylor!" Kata Justin dengan nada sangat marah.
"ii... ya, iyaa ?!" jawab Taylor mencoba berjalan lebih jauh lagi.
"Kumpulkan pengacara kita yang jelek, tidak berguna dan menyebalkan itu. Jika mereka tidak ingin aku mengusir mereka dari perusahaan, lebih baik mereka segera membuat rencana kompensasi yang kejam untukku. Sudah waktunya mengambil tindakan." kata Justin dengan mata pembunuh. Taylor mengangguk setuju dan berlari cepat keluar dari kantor Justin.