Red USB
Akhirnya file diunduh dan sebuah video muncul. Justin mengklik tombol play dan ketika dia melihat kontennya dia tetap diam. Taylor pun menghampiri mejanya dan ketika melihat video itu dia juga tetap diam. dia melirik sedikit pada Justin yang sudah memiliki aura pembunuh di sekelilingnya dan berpikir bahwa yang terbaik baginya saat ini adalah dia berjalan sedikit lebih jauh untuk memastikan keselamatan hidupnya.
"Taylor!" Kata Justin dengan nada sangat marah.
"ii... ya, iyaa ?!" jawab Taylor berjalan lebih jauh lagi.
"Kumpulkan pengacara kita yang jelek, tidak berguna dan menyebalkan itu. Jika mereka tidak ingin aku mengusir mereka dari perusahaan, lebih baik mereka segera membuat rencana kompensasi yang kejam untukku. Sudah waktunya mengambil tindakan." kata Justin dengan mata pembunuh. Taylor mengangguk setuju dan berlari cepat keluar dari kantor Justin.
“Untungnya aku lolos tepat waktu atau aku akan menjadi orang cacat oleh kemarahan si raja iblis berwajah malaikat itu.” Ucap Taylor sambil menghela nafas lega. Meski begitu menakutkan, temperament Justin kali ini benar-benar bisa dimengerti. Dia ditipu oleh wanita lain yang mencoba membantu bibinya dalam merusak perusahaan miliknya. Ini sudah ketiga kalinya, dia tidak peduli dengan wanita yang menyerahkannya tetapi dia hanya merasa seolah-olah tidak ada yang bisa dipercaya lagi .
Karakter Justin seperti seorang raja, dia terlahir dengan sendok emas di mulutnya dan dengan tingkat IQ yang tinggi. Alhasil dia menjadi pribadi yang mandiri di usia yang sangat muda, 18 tahun dan dia dianggap sebagai orang yang paling dicari. Dia tampan, dia memiliki kekuatan, dan dia sangat kaya. para wanita memohon dan bertekuk lutut di hadapannya dan berusaha mencari perhatian darinya tapi Justin menjaga sikap tenang dan dinginnya. Peristiwa itu terjadi empat tahun lalu yang membuatnya membangun tembok raksasa, tebal dan tidak terlihat untuk menahan benda-benda asing di bawah kendalinya. Bahkan fakta menjadi player hanyalah sebuah cover yang dibuatnya sendiri untuk menghindari kencan buta yang dikirim oleh bibinya.
Setelah mencetak kontrak dia harus mempersiapkan pertemuan nanti di Jerman, gambaran dalam video muncul di benaknya. Dia curiga bahwa Eliza mengkhianatinya dengan memberikan informasi kepada bibinya dan ketika keraguannya dikonfirmasi, dia memutuskan untuk memutus hubungan dengannya. Justin mengakhiri hubungannya dengan Eliza tetapi tetap membiarkannya bekerja di perusahaannya dengan tujuan menemukan cara untuk mengekspos niat jahat bibinya. Awalnya Justin merasa aneh mengapa Eliza menyulitkan Ariel ketika Ariel datang, ternyata semua itu karena dia takut ketahuan.
'Mungkinkah Eliza mengenal Ariel dari sebelumnya?' mulai berpikir Justin. Dia tetap tenggelam dalam file di depannya sampai Taylor mengetuk pintu.
"Ini kontrak kompensasi yang dibuat oleh mereka. Aku menghubungi pengadilan dan pihak lain juga. Mereka setuju untuk mengadakan pemanggilan pada pukul 15:30. Artinya kita punya waktu satu setengah jam sebelum kita pergi.”
“Apa kau sudah menangani Eliza?" Tanya Justin.
"Ya! Dia akan dihadirkan di pengadilan sebagai saksi dan jika dia menolak, kita tunjukkan padanya apa yang akan terjadi padanya."
"Kerja bagus, bro!"
Justin mengambil kontrak dan melihatnya. Wajahnya menjadi serius dan senyum jahat muncul.
"Semuanya sudah siap! Ayo mulai!"
kata Justin.
Taylor mulai merinding karena dia tahu senyuman seperti ini hanya berarti satu hal, badai akan segera tiba.
Sementara Justin sedang mempersiapkan proses persidangan, Ariel sedang berbaring di sofa sambil makan es krim dan menonton TV. Bel pintu berbunyi, itu Adam
“Kemana saja kau?” Ucap Ariel sambil makan es krim.
"Aku sedang menyelesaikan beberapa hal. Kakak, aku akan menyarankan agar kau tidak membuat dirimu dalam masalah lagi jika tidak akan ada saat dimana kau tidak akan bisa keluar dari masalah itu." Kata Adam memandangi saudara perempuannya dengan tampilan serius.
"Jangan khawatir! Setiap masalah ada solusinya, jadi meskipun aku mendapat masalah, aku yakin aku bisa menyelesaikannya."
"Tentu saja Kau akan selalu baik-baik saja karena aku pastikan diriku sendiri yang akan melindungimu. Tidak akan aku izinkan orang lain mengganggu kakakku.”
Ariel sangat menghargai kenyataan bahwa adiknya yang cerdas akan selalu mendukungnya. Di masa lalu segalanya sangat rumit tetapi sekarang dia sangat yakin tentang sekelilingnya entah itu baik atau buruk, dia bisa menanganinya dengan baik sendiri.
Dia menatap Adam dengan lembut.
“Waktu sungguh berlalu dengan cepat. Sejak kapan kau menjadi cukup dewasa untuk bisa melindungi kakakmu ?!” ucap Ariel sambil menepuk kepalanya yang sulit dijangkau karena Adam lebih tinggi darinya.
"Ayolah, jangan perlakukan aku seperti anak kecil!" kata Adam seolah-olah dia kesal tapi kenyataannya dia sangat menikmatinya. Empat tahun telah berlalu sejak terakhir kali dia menerima perlakuan semacam ini dari kakak perempuannya karena dia berada di luar negeri.
"Kau tidak akan pergi ke luar negeri lagi kan?" tanya Adam, berharap ariel menjawab 'tidak mungkin' tetapi ekspresi Ariel tidak memberinya banyak jaminan.
"aku tidak tahu tapi aku bisa berjanji bahwa aku akan menghabiskan enam bulan sisa tahun ini di sini." ucap Ariel.
Adam mulai tertawa kecil lalu Ariel pergi ke kamarnya.
"Aku mau tunjukkan beberapa foto yang aku ambil saat aku di Perancis.” ucap Ariel dengan gembira lalu pergi mengambil USB nya. Ketika Ariel sadar, dia tetap tidak bisa berkata-kata.
“Adam!!!” Ucap Ariel dengan khawatir.
“Ada apa? Apa yang salah? Kau kelihatan sedikit cemas.”
kata Adam tidak menyadari apa yang salah tetapi ketika dia melihat USB dia memahaminya.
"Ini USB kerjaanku dan yang satunya adalah USB pribadiku. Aku menyimpan semua foto waktu aku di Paris dan kenangan masa kecil kita."
“Bukankah USB pribadimu yang merah?! Yang kau pegang sekarang ?!"
"Tidak! Keduanya berwarna merah tetapi yang memiliki nama di atasnya adalah USB pribadiku. Ini tidak ada nama ku di atasnya.”
“Hanya kau satu-satunya orang yang akan menulis namamu sendiri di USB. Bodoh!"
"Adam! Tutup mulutmu!" ucap Ariel dan mulai mengganti pakaiannya untuk pergi ke MBC Company. Adam memberitahunya bahwa mereka menghubunginya, bahwa itu bukan USB yang sebenarnya dan kemudian dia pergi ke MBC Company.
Adam memberikan informasi yang benar, yang dia simpan di USB miliknya kepada presiden direktur sendiri. Setelah menyerahkannya, dia mendapatkan USB Ariel kembali.
"Sungguh! Untungnya kau mendapatkannya kembali. Sekarang berikan padaku."
“Yup, ada di sakuku.”
Ketika Adam mulai merogoh untuk memeriksa sakunya, dia menyadari bahwa sakunya kosong.
"Kau menghilangkannya !!!!" kata Ariel dengan marah. Adam merasa agak takut.
"Te...Tenang! Mungkin masih ada di kantor presiden direktur.”
Ariel berpakaian kurang dari lima menit dan siap untuk pergi. Dia berbalik ke arah Adam sebelum pergi.
“Kau lebih baik berharap USB ku masih utuh dan ada di kantor presiden direktur atau KAU akan sangat menyesalinya!!” kata Ariel dan menutup pintu di belakangnya dengan sangat kuat. Adam tetap di rumah sendirian dan setengah ketakutan.
"Astaga! Ariel benar-benar menakutkan ketika dia marah. Aku sangat berharap dia menemukannya atau aku harus mengucapkan selamat tinggal pada barang-barangku yang berharga. Tapi bukan salahnya mengirim USB yang salah sejak awal?! Bahkan aku tertipu dan mengira ada video didalamnya. Tapi tunggu sebentar ... jika itu USB yang salah lalu video mana yang sudah aku hapus? Oh tidak!!!"