Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Threesome

Aku pun menangkap arah tatapan suster itu yang fokus ke arah pahaku. Namun, sebelum dia hendak memegang rudalku, aku cepat-cepat meraih pergelangan tangannya. Lantas, kuambil inisiatif untuk mengecup tangan suster itu sebagai tanda selamat bergabung. 

Tiba-tiba, wajah sang suster yang tadinya geram berubah menjadi imut, seperti salah tingkah akibat kecupanku. Aku pun melepaskan kecupanku dan mengarahkan tangannya ke dadaku yang bidang. 

"Maaf, Sus, jika saya lancang. Tapi jika suster butuh sesuatu, saya akan melakukannya," ucapku dengan tulus, berharap bisa mengubah hatinya yang tadi sangat marah.

Suster itu kembali terdiam, seakan tersulut oleh sebuah kecanggungan yang membara. Namun, tangannya perlahan mulai meraba tubuhku, membuatku gelisah. Dalam sekejap, aku menatap ke arah kak Anti, seolah memberikan isyarat yang hanya bisa kita mengerti. 

Kode yang mengisyaratkan bahwa kita akan aman dalam pertarungan hasrat terlarang ini. Tanpa ragu, aku menarik lengan suster itu, mendekatkannya ke pelukanku. Tanganku segera menggapai wajahnya yang cantik, menatap matanya yang menggelora. Jarak antara kami terasa semakin menyempit, seolah nyawa dan takdir saling terhubung. Kini, jarak wajah kami hanya sekitar 2 sentimeter dan diangkat menjadi sumber keingintahuan yang belum sempat terjawab. 

Napas suster itu tersendat, menandakan rasa ragu dan gundah yang menghampiri. Tak ayal lagi, kecupan pun akhirnya mematahkan jarak yang memisahkan kami. Bibir kami saling bertemu, penuh hasrat. Nafsu yang tertahan selama ini tiba-tiba menjadi jeda kencang di antara kami. 

Lidahku perlahan mengelus bibir suster itu, yang perlahan terbuka, seperti bunga yang akhirnya mekar di musim semi. Kami pun larut dalam balutan ciuman mesra, terbawa arus kenikmatan yang tak bisa dihindari.

"Mhhh...mmmnn," suster itu mendesah, tangannya mencari posisi yang lebih nyaman agar bisa semakin menikmati indahnya ciuman ini. Di saat yang bersamaan, kak Anti beralih posisi ke belakang suster. Tanpa sadar, tangan kak Anti menyusup dan mulai menyingkap rok suster itu, membangkitkan ledakan gairah yang tak mampu ditahan lagi.

Ciumannya terhenti sejenak, seolah ingin melepaskan diri. Namun, aku tidak membiarkannya, menekan tengkuk lehernya agar ciuman kami tetap terjalin dan permainan Anti berlanjut pada tubuh suster itu. Terlihat jelas bahwa Anti tidak ingin membuang-buang waktu, dia segera mengeksplorasi bagian bawah suster dengan penuh nafsu. 

"Hmmm..." gumam suster itu ketika Anti semakin terampil menggali kedalamannya. Sejenak aku melepas dekapan kami, dan segera memperkenalkan diri. 

"Gue Alex," kataku sambil mengarahkan tangannya ke bagian bawahku. Suster itu tersipu malu ketika tangannya menggenggam kejutan milikku. 

"Aku... aku Wulan, Mas," jawabnya gugup.

Anti dengan semangat mencoba menggoda kami berdua, "Udah siap nih, gimana?" tanyanya dengan penuh antusiasme. 

"Jangan dulu, Kak," sahutku, "Aku masih belum terlalu tegang." 

Wulan tampak penasaran, dan entah dari mana dia mendapat keberanian, dia menanyakan hal yang paling tidak terduga.

"Mas... aku boleh nyoba yang itu?" tanyanya dengan mata bersinar. Aku hanya tersenyum dan menjawab dengan lembut, "Jika kamu berkenan, Silakan."

Perlahan Wulan mulai merapatkan bibirnya di ujung kepala rudalku yang sepertinya mustahil masuk di mulutnya,  namun ternyata dia mampu, bahkan semakin lama rudalku berhasil di kulumnya sampai seperdua.

Tapi tetap saja Wulan terlihat beberapa kali mual, aku yakin dia sedikit memaksa dirinya, namun hal itu malah membuatku begitu menikmatinya. 

"Uhhhhhh, yahhhhh " desahku.

Lama kelamaan rudalku mulai membengkak dan memenuhi mulutnya, dan dia seperti tidak sanggup langsung mengeluarkannya.

" Hueeekkkk" 

"Lan, kamu sangat cantik, Sumpah ini kali pertama Melihat wanita secantik dirimu " ungkapku.

"Gombal" ucapnya Sembari melempar senyum ke arahku dan sangat jelas pipinya semakin mengembang.

Detik selanjutnya, ia terus menatapku, entah kenapa aku memutuskan untuk ikut menatapnya cukup lekat. Sejenak aku merasa mendapatkan sesuatu, yang cukup membuat pandanganku kepada Wulan berubah. Setelah beberapa saat berlalu, ketika dia memalingkan wajahnya, aku merasa pikiranku kosong, dan aku segera menggelengkan kepalaku demi bisa kembali konsentrasi.

"Wulan, Bolehkah aku memintamu untuk segera menaiki tubuhku?" pintaku, entah kenapa aku seperti begitu menginginkan dirinya, bahkan aku seperti ingin memiliki Wulan seuntuhnya.

"Dengan senang hati, " jawab Wulan.

Wulan mengambil posisi jongkok di atasku dan rudalku langsung di tempelkan. Kini rudalku siap menerobos liang kenikmatannya, namun  dia sejenak memilih melakukan gesekan.

Di lain sisi kak Anti mengambil alih ciuman denganku. Berbarengan Wulan dengan perlahan menurunkan pinggulnya, dan perlahan rudalku masuk, dan rasanya begitu ngilu karena terasa begitu sempit.

Bahkan aku memilih mengakhiri ciumanku dengan kak Anti, kemudian tanganku melepas kancing baju Wulan dan setelahnya Wulan membantu untuk melepas kaitan branya.

Setelah dadanya terekspos, tanganku langsung menangkap dadanya, aku mulai melakukan remasan dan pilinan di dada dan tiba tiba saja Wulan menghentakkan pinggulnya hingga membuat rudalku mentok dan akhirnya masuk dengan sempurna.

"Akkkkhhhhgggg sakitttt" pekiknya tertahan.

" Ahhhhhhhh" desahku.

"Ahhhh Wulannn Enakkk bangettt punyamu, Tititku seperti di perah, dan di plintirin, " ceracauku. 

Namun setelah itu, sepertinya kak Anti tidak tahan di anggurin, dia kemudian naik di atas ranjang, lalu mulai menduduki wajahku. Kini posisinya berhadapan dengan Wulan. Kedua wanita di atas tubuhku membuatku kenikmatan, namun di selanya membuatku sedikit tersiksa.

Tapi hal ini tidak membuat nafsuku surut, hal seperti ini sudah tergolong biasa dan sudah menjadi motto dalam hidupku, kepuasan pelanggan adalah nomor satu, meskipun pada kenyataannya mereka berdua bukanlah pelangganku.

"Hmmmm....mhhhhhh" gumam mereka, dan kini aku yakin, mereka berdua tengah melakukan pangutan begitu liar di atas tubuhku.

Saking nikmatnya bercinta dengan dua wanita cantik sekaligus, membuatku tak bisa menahan puncak kenikmatanku, dan akhirnya aku menumpahkan cairanku di dalam tubuh Wulan.

Meskipun begitu, aku tak menghentikan permainan, melainkan inilah awal permainan akan segera di mulai. Setelah mencapai puncak kenikmatanku, aku merasa rudalku semakin mengeras, bahkan semakin kokoh di dalam liang Wulan.

Gerakan Wulan semakin cepat dan liar,

"Mbaaa kita keluar samaaan " ucap Wulan, sepertinya dia ingin mencapai orgasmenya bersamaan dengan Kak Anti.

Benar saja, kak Anti ikut bergerak maju mundur, dia seolah tidak peduli dengan wajahku yang kini di jadikan bahan kenikmatannya, akupun demikian, aku tak peduli lagi, setidaknya aku kenikmatan, meskipun tersiksa karena kurangnya oksigen segar yang bisa kuhirup.

5 menit berlalu,  tubuh Wulan menegang, cairan hangat mengalir keluar, sedangkan aku kembali menyemburkan cairanku  di dalam tubuh Wulan, di ikuti oleh kak Anti, semburan hebat mengenai wajahku.

Pengalaman tak terlupakan yang baru saja kujalani bersama-sama, merupakan kenikmatan yang tak bisa kupaparkan. Apalagi melihat wajah imut Wulandari yang membuatku semakin betah berada di rumah sakit ini. 

"Mbak, sebaiknya mandi dulu ya, biar aku yang mengelap tubuh adikmu dulu," ucap Suster Wulan sambil mengenakan pakaiannya.

Namun, kak Anti malah mencerca, "Kau semakin berani saja. Maaf, aku masih bisa melakukannya sendiri." 

Kak Anti masih belum puas, "Jangan kira hanya karena kau terlibat tadi, aku akan takut pada ancamanmu sebelumnya. Kau juga tahu kita melakukan hal yang tak pantas di sini, jadi mulai saat ini kita anggap saja sudah impas." 

Sejenak, Wulan hanya tersenyum getir kepada kakakku. Setelah mengenakan pakaian, ia mendekat ke arahku. Saling menatap, mata kami kembali bertemu, dan dia melemparkan senyum manisnya yang tak kuhadapkan dulu

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel