Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

07. Rahasia Besar

Perkataan naga ungu bagaikan sambaran petir yang mengenai pendengaran dan perasaan Jatayu. "Aku tidak mengerti dan tidak akan pernah mau tahu apa maksud dari ucapanmu itu, Naga Ungu! Jangan sembarangan Anda mengarang cerita yang tidak jelas kebenarannya."

"Jatayu, aku adalah naga yang berasal dari klan naga khusus peramal. Selain itu, klan kami ahli dalam meneropong masa depan namun klan kami juga bisa mengetahui masa lalu. Itu adalah kelebihan kami Klan Naga Ungu dari Alam Langit Tinggi." Naga ungu berseru di antara gemuruh suara ledakan-ledakan yang ditimbulkan oleh pertarungan mereka.

"Siapakah Anda ini sebenarnya?" Naga hitam Jatayu bertanya. "Dan apa kaitannya dengan anak itu?"

Naga ungu menghentikan penyerangan, lalu terbang berbalik arah dan menghadap kembali di depan Jatayu sang naga hitam. Mereka sama-sama mengepakan sepasang sayapnya secara perlahan agar bisa mengambangkan diri di antara celah-celah awan tanpa saling menyerang.

"Aku adalah Zi Wu, salah satu ras naga ungu yang berhasil selamat dari kejadian itu." Naga ungu yang mengaku bernama Zi Wu sepertinya ingin mengatakan hal yang sebenarnya tentang masa lalu Klan Naga Ungu yang sudah dimusnahkan. "Dan tentang anak itu, sebenarnya kau juga sudah mengetahuinya, bukan?"

"Zi Wu?" Jatayu bergumam dalam hati seraya mengingat-ingat akan nama tersebut. "Sepertinya, ayah tidak pernah mengatakan apa pun tentang orang ini. Apakah ayah dan ibu mengenalnya?"

"Mengapa harus kupikirkan? Yang terpenting sekarang adalah mengalahkannya dan segera kembali." Jatayu tidak ingin membuang waktu sia-sia.

"Oh, jadi Anda adalah Paman Zi Wu dan maksud Paman sekarang adalah ingin mengenang kembali masa lalu klan kalian itu?" Jatayu merasa tidak memerlukan sebuah cerita dari sang musuh. "Maaf, Paman Zi Wu! Ini bukanlah waktu yang tepat!"

"Andai saja kita bertemu bukan dalam suasana seperti ini. Mungkin secawan teh akan saya persembahkan untuk Paman." Jatayu masih menggunakan adat kesopanan hanya untuk sekadar berbasa-basi.

"Terima kasih atas perhatianmu tentang secawan teh. Meskipun ini memang bukan saat yang tepat, karena kita sedang berhadapan sebagai lawan. Namun, aku sengaja memberitahukan padamu tentang diriku dan sedikit apa yang terjadi di masa lalu klan naga." Zi Wu berusaha berkata dengan nada tenang. "Itu pun kalau kamu mau percaya dan aku juga tidak akan memaksa."

"Baiklah! Terima kasih atas pemberitahuannya padaku, tetapi sayangnya aku tidak tertarik sama sekali untuk mendengarkan dongeng dari Paman!" Jatayu berseru sambil masih berliukkan di angkasa. "Aku hanya mengetahui saat aku baru saja lahir ke dunia. Aku sudah berada di klanku yang sekarang. Jadi tidak ada alasan bagiku untuk mengakui klan lain sebagai klan asalku!"

"Sepertinya dia memang tidak mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya." Naga ungu yang ternyata bernama Zi Wu bergumam setelah berhasil menjauhi naga hitam yang sekarang meliuk dengan kecepatan tinggi untuk mengejarnya. "Dia tidak tahu, tetapi aku mengetahui siapa anak ini dan darah dari mana yang mengalir di tubuhnya."

"Sayang sekali, saat ini dia dalam keadaan terpengaruh suatu tekanan ilmu kegelapan dari klan naga yang membesarkannya." Zi Wu hanya bisa merasakan keprihatinan dalam hati atas yang telah menimpa naga muda di hadapannya.

"Tetapi untuk memberitahukan padanya rahasia besar tentangnya, ini juga bukanlah saat yang tepat. Karena sudah pasti dia tidak akan pernah mempercayai ceritaku," pikir Naga ungu yang terbang sambil menghindari setiap semburan asap hitam beracun dari Jatayu dalam bentuk naganya. "Baiklah, untuk sementara ini, sebaiknya aku harus bisa mengambil alih anak di bawah sana dan mengembalikan kepada keluarganya di Lembah Pakisan."

"Menyelamatkan Langit adalah suatu hal yang harus kuutamakan demi sesuatu yang berharga di dalam tubuhnya itu." Naga ungu bertekad untuk bertarung hingga bisa mengalahkan naga hitam tanpa melukai barang segores saja. "Aku harus memulangkan anak ini kepada Tuan Muda An Se."

"Kalau itu maumu, Jatayu! Maka, kita hanya bisa bertarung hingga salah satu di antara kita tidak berdayaaa!" Zi Wu berseru sambil bersiap mengambil ancang-ancang untuk menyerang Jatayu kembali.

Jatayu menyahut, "Baiklah, Pamaaan! Mohon berilah bimbingan pada anak muda iniiii!"

Kedua naga masih terus bertarung di angkasa dan berusaha untuk saling menjatuhkan satu sama lain. Jika naga hitam sudah dikuasai oleh niat membunuh yang teramat pekat, maka naga ungu hanya berniat untuk melumpuhkan naga hitam muda saja. Pertarungan itu sesungguhnya bukanlah pertempuran yang seimbang. Bagaimanapun juga ilmu dan kekuatan Zi Wu lebih unggul jika dibandingkan dengan lawannya.

Sementara itu, di bawah naungan langit tanpa batas yang kekosongan ruangnya sedang dijadikan arena bertempur. Langit kecil masih diselimuti oleh ketakutan, ketegangan dan rasa ingin pulang kembali ke rumah secepatnya. Bocah lelaki itu hanya bisa menitikkan air mata saat teringat akan kenyamanan serta perlindungan yang diberikan sang paman kepadanya.

Sebagai seorang anak yang tidak lepas dari rasa penasaran akan dunia luar, dia pun nekat menerobos pelindung kaca pagar gaib milik sang paman. Keingintahuannya benar-benar telah membuatnya memberanikan diri keluar dari pembatas tersebut. Pada saat seperti inilah, kehadiran sang paman dan orang-orang lembah menjadi sangat ia rindukan.

Ketakutan dan kelelahan lalu ditambah dengan perutnya yang sudah teramat lapar hingga kerap sakit, telah membuat anak lelaki itu kembali menangis. Baru kali ini ia merasa menyesali perbuatan nakalnya yang mengabaikan perintah sang paman. Langit hanya bisa berharap pagi segera menjelang dan menemukan jalan pulang.

"Pamaaaan! Maafkan An Zi, Pamaaan!" Langit sungguh ingin bertemu sang paman. "An Zi ingin pulang ke lembaaah!"

Secara tanpa sadar, Langit menengadahkan wajahnya dan menemukan kilatan-kilatan cahaya indah yang bisa ia lihat dari celah-celah dedaunan pohon-pohon hutan nan menjulang tinggi. "Apa itu?"

"Benar-benar malam yang menakutkan sekali, tapi yang di sana itu juga sangat indah," pikir Langit sambil menatap kelebatan-kelebatan cahaya ungu terang di langit.

Cukup lama anak itu mengawasi pergerakan yang sangat memukau di atas Hutan Sawo Alas, hingga akhirnya terjadilah sesuatu. Segumpalan besar pijaran cahaya ungu disertai kepulan asap hitam meluncur turun dari langit, menukik tajam dan jatuh dengan dibarengi oleh suara dentuman dahsyat benda keras menimpa bumi.

Tak ayal lagi, bumi pada sekitar hutan terasa pun bergetar dengan hebat. Langit sediri merasakan tubuhnya bagaikan dihempas oleh gelombang angin berkekuatan tinggi hingga tersuruk mundur dari tempatnya, tetapi masih dalam lingkup array pelindung.

"Aaaaaaaaaa!" Langit merasa ngeri hingga tanpa sadar berteriak keras sambil menutup matanya.

Suara benda jatuh tersebut bagaikan hendak meruntuhkan langit dan menggoncang bumi hingga membuat Langit seketika menutup wajah dengan menggunakan kedua telapak tangan. Tubuhnya gemetaran dengan wajah pucat pasi dan detak jantung sangat tidak beraturan. Untung saja kesadaran anak tersebut masih utuh.

"Ada benda dari langit jatuh!" Langit berseru secara tanpa sadar. "A--apakah i--tu?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel