Bab 2. Gadis cupu
Beberapa bulan yang lalu...
Liang Mei seorang gadis yang terlahir dari keluarga sederhana keturunan china-indonesia, yang menjunjung tinggi nilai pendidikan.
Liang Mei atau kerap disapa mei oleh orang-orang terdekatnya merupakan anak yang memiliki paras menawan. Wajahnya cantik, hidung yang tidak terlalu mancung tapi juga tidak pesek dengan kulit eksotis khas wanita dari asia tenggara yang banyak menjadi incaran para pria luar negeri. Mei memliki kulit seperti ibunya yang sedikit kecoklatan.
Meski memiliki wajah yang rupawan mei dianggap sebagai gadis cupu oleh teman-temannya karena mei lebih suka menyendiri dengan buku-buku bacaannya.
Mei hidup bersama ayah, ibu dan juga adik laki-lakinya. Ayahnya bernama Liang Zen xi adalah seorang karyawan biasa yang hidup sederhana namun tidak pernah kekurangan. Ibunya bernama Liang Mira seorang gadis pribumi indonesia adalah seorang ibu rumah tangga biasa yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk keluarganya.
Sedangkan adiknya bernama Liang Mark satu-satunya adik laki-laki mei yang memiliki selisih umur 4 tahun dari mei.
Pagi ini adalah hari yang akan menentukan masa depan mei untuk kedepannya. Tepat pada hari ini adalah hari dilaksanakannya ujian nasional untuk anak tingkat Sekolah Menengah Atas sederajat.
Seminggu sebelum ujian nasional mei belajar sangat giat agar apa yang selama ini ia cita-citakan bisa terwujud.
“Mei…. taruh dulu bukunya kalau mau makan.. nanti bukunya kotor lo.” Tegur Mira yang sedari tadi melihat putrinya sarapan sambil sibuk membaca buku.
“Nanggung bu… ini tinggal dikit lagi”mira hanya bisa menggelang melihat tingkah anak sulungnya yang gila belajar. Ia tau anak sulungnya itu memiliki cita-cita yang tinggi dan semangat belajarnya juga tinggi.
“Mark…. Kamu juga mau kayak kakakmu yang gila belajar?” Tanya mira yang melihat putranya melakukan hal yang sama seperti putrinya, membaca buku sambil makan. Namun orang yang ditegur malah yengir doang.
“Sudahlah bu.. biarkan saja mereka seperti itu… toh itu jugakan kemauan mereka bukan karena kita paksa.” Komentar zen yang baru datang keruang makan.
“Tapi zen, coba mereka itu tau waktu dan tempat. Masa waktunya makan sambil baca buku. Memang bukunya bisa bikin mereka kenyang?!” Kesal nya karena kedua anaknya yang terlalu gila belajar dan suaminya yang selalu membela kedua anaknya ketika ia tegur.
Bukannya tidak bahagia melihat anaknya gila belajar, mira sangat bahagia hanya saja terkadang ia merasa kasihan kepada keduanya karena kadang mereka terlalu cuek dengan lingkungan sekitar dan jarang pergi bermain bersama teman sebayanya.
Memang benar, baik mei maupun mark memang jarang bergaul dengan teman-teman jika tidak berada disekolah. Karena bagi mereka bermain selain disekolah adalah hal yang tidak bermanfaat.
“Ayah, ibu mei berangkat dulu ya doakan mei supaya mendapat nilai yang bagus biar mei bisa kuliah di china negeri tirai bambu impian mei itu, hehe....” Ucapnya sambil nyengir setelah mengucapkan kata china, sambil mencium pipi kedua orangtuanya bergantian.
“Mei pergi dulu....” sambungnya sebelum pergi.
“Iya sayang.” ucap zen dan mirabersamaan.
“hati-hati dijalan sayang” zen mewanti-wanti putrinya.
“Memang dasar anakmu itu, yang ada dipikirannya cuma china, china, china terus gak ada yang lain apa?” keluhnya pada sang suami yang hanya di tanggapi dengan senyuman.
“Ayah, ibu… mark juga mau berangkat,” pamit mark kepada kedua orang tuanya.
“Tumben kamu berangkat pagi.. apa kamu juga ada ujian seperti kakakmu itu?” Tanya mira kepada putranya sebab biasanya mark akan berangkat sedikit siang karena letak SMP yang yang dekat dengan rumahnya hanya butuh waktu 5 menit untuk sampai kesekolahnya dengan menggunakan sepeda.
“Tidak bu..mark ujianya masih sebulan lagi’
“Terus kenapa berangkat pagi biasanya kamu selalu berangkat 10 menit sebelum bel sekolahmu bunyi.” Komentar mira pada putranya.
“Mark ada piket kelas bu, jadi harus berangkat pagi.” Jelasnya kepada sang ibu.
“Ya udah sih biarin mark berangkat jangan ditanyai terus kayak tersangka aja.” Upap zen menengahi.
“Mark pamit, Mark berangkat dulu.” salamnya.
“Kamu ini selalu saja cerewet..” komentar zen yang melihat istrinya cemberut karena masih belum puas menanyai putranya.
“Kan emang perempuan itu udah jadi kodratnya kalau cerewet pak.” Sahut mira percaya diri.
Bukan karena posesif atau bagaimana tapi mira itu terlalu menyayangi putra-putrinya sehingga jika salah satu anaknya bertingkah sedikit berbeda saja mira pasti tau dan akan bertanya panjang lebar agar tidak ada rahasia antara mereka.
Mira hanya ingin keluarganya hidup jujur dan harmonis. Makanya sejak kecil mira selalu menanamkan nilai kejujuran dan keterbukaan antara ia dan suaminya kepada kedua anaknya.
Disekolah mei yang sedang serius membaca buku bahasa Indonesia dikagetkan dengan kedatangan kedua sahabatnya.
“Dorrrrrrr….” Teriak yuri sambil menepuk pundak jenna. Sedangkan orang dikageti cuma memutar bola matanya malas karena sudah dapat ia pastikan bahwa orang mengkagetinya adalah yuri dan dani kedua sahabatnya yang memiliki sifat bobrok kelewat akut.
“Kok kamu gak kaget sih..” ucap yuri kesal karena mei tidak menanggapinya.
“Gimana mau kaget orang tiap hari kamu selalu kayak gitu ya pasti mei udah hapal kali siapa orangnya.” Komentar dani yang jengah dengan perilaku yuri.
“Kalian ini sama-sama gak asik terlalu serius belajarnya” yuri mendengus kesal. Pasalnya diantara mereka bertiga hanya yuri yang tidak terlalu suka belajar sedangkan dani dia sama seperti mei sama-sama gila belajar.
Bahkan dikelas mei selalu menjadi peringkat pertama dan dani selalu menjadi yang kedua. Sedangkan yuri dia jangan ditanya, dia selalu dapat peringkat paling banyak diantara mereka, paling sedikit sih peringkat 30 kalau paling banyak palingan peringkat 50 atau 70 dari 200 siswa yang terbagi menjadi empat kelas.
“Belajar itu penting biar kita gak miskin ilmu yuri” ucap mei.
“Iya-iya ibu guru belajar itu penting tapi menjadi gadis yang gila belajar itu mengerikan.” Kelakarnya membuat mei dan dani tertawa melihat tingkah konyol yuri yang memanggil mei dengan sebutan ibu guru sambil memasang wajah seperti anak kecil yang dibuat sok imut.
Sedangkan dibelahan bumi lain ada seorang pria sedang sibuk dengan beberapa temannya bersiap-siap untuk liburan.
“Apa semua udah pada siap?” tanyanya kepada semua teman-temanya.
“Beres semua sudah siap tinggal berangkat aja” sahut salah satu temannya yang baru selesai menutup kopernya.
“Tapi beneran amankan, beneran gak bakal ada media yang tau kalau kita bakal liburan” Tanya salah seorang temanya dengan tatapan yang serius.
“Aku yakin seratus persen aman, gak akan ada media yang tau kita pergi liburan ke Indonesia.” Jawab pria dengan wajah seriusnya.
Lu Fengying seorang CEO yang merangkap menjadi seorang idol dari sebuah perusahaan yang bergerak dibidang furniture. Hidup dibawah bayang-bayang sang ayah dan kakek serta harus menyamar setiap kali ingin pergi karena banyaknya wartawan yang mengintai dirinya.
Fengying memiliki wajah tampan dengan garis wajah tampa nan rupawan bak pangeran dari negeri dongeng, bahu lebar, tinggi 180 cm dan sedikit plaboy, CEO dan Idol yang penuh skandal karena banyaknya para selebriti papan atas yang mengejarnya, tapi hebatnya Fengying selalu berhasil menghindar.
Fengying yang hidup mewah dan juga sukses di usia yang masih tergolong muda membuatnya memiliki banyak musuh karena iri dengan kesuksesannya. Bukan hanya cerdas Fengying juga seorang yang sangat ahli dalam strategi bisnis.
Tapi bukan Fengying namanya kalau dia tidak cerdik. Karena terlahir dikeluarga kaya membuatnya menjadi anak yang cerdik demi untuk menghindari musuh bisnis ayahnya yang siap membuatnya menjadi senjata untuk mengancam ayah dan juga kakeknya.
.
.
(...)