Bab 3. Pria egois
Ujian nasional sudah berlalu. Mei hanya tinggal menunggu nilai hasil ujiannya keluar. Hari ini adalah hari minggu. Mei mendapat tugas dari sang ibu untuk membeli ikan segar ke pasar. Dengan menaiki angkutan koat Mei pergi ke pasar sendirian. Sudah jadi rutinitasnya untuk pergi belanja ketika ia libur sekolah.
Tapi ternyata ada hal lain yang dilakukan oleh mei diam-diam tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Setelah selesai belanja mei tidak langsung pulang. Ia pergi ke sebuah warnet yang berada tidak jauh dari pasar. Ternyata setelah belanja mei akan pergi ke warnet untuk bekerja sebagai penjaga warnet.
Upah yang diterimanya memang tidak banyak tapi ia sangat senang saat menerima upah nya selama bekerja. Apalagi itu adalah hasil jerih payahnya sendiri. Karena mei adalah anak yang rajin dan juga jujur pemilik warnet itu memberinya bonus.
“Ini bayaran mu bulan ini” pemilik warnet itu memberikan sebuah amplop kepada mei.
“terimakasih tuan… tapi tuan apa ini tidak salah kenapa uang lebih banyak dari yang kemaren?” mei sedikit terkejut saat melihat isi amplop itu karena jumlah uangnya lebih banyak dari biasanya.
“anggap saja itu bonus dari saya karena kamu rajin dan jujur… dan anggap saja itu hadiah perpisahan dari saya buat kamu” hari ini adalah hari terakhir mei bekerja sebagai penjaga warnet di tempat itu karena jenna ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi setelah lulus sekolah menengah atas.
“wahh… terimakasih banyak tuan, kalau begitu saya pamit pulang dulu tuan. permisi…”
“Iya mei hati-hati di jalannya ya......”
Mei pulang dengan membawa ikan segar lebih tepatnya ikan yang masih hidup dalam sebuah kantong plastic pesanan sang ibu. Di dalam angkot mei menyimpan uang gajinya ke dalam amplop. Diam-diam mei tengah mengumpulkan uang untuk masuk universitas.
Meski keluarga masih tergolong mampu untuk membiayai kuliahnya tapi ia tidak ingin terlalu memberatkan semua uang kuliahnya kepada kedua orang tuanya. Mei yang gila belajar memang tidak ingin hanya menjadi lulusan sekolah menengah atas saja. Menurutnya jika ia kuliah ia bisa mendapat pekerjaan yang lebih bagus dan bisa membantu meringankan beban ekonomi keluarganya.
Ketika sedang asik membaca buku, sebuah mobil berwarna merah mengklakson dengan kencang. Angkutan kota yang ia tumpangi tiba-tiba berhenti mendadak karena mobil itu yang tiba-tiba berhenti mendadak didepan angkutan kota.
“Awwww….” Pekik semua penumpang di dalam angkot. Karena angkot yang tiba-tiba berhenti membuat ikan yang dibawa mei menggelinding dan bocor karena terkena barang belanjaan dari penumpang lain. Sepasang kekasih sedang bertengkar didalam mobil itu.
Dengan angkuhnya pria yang berada di dalam mobil itu mengusir pacarnya keluar dari mobilnya. Sopir angkutan kota akhirnya kesal dan turun mengancam akan memanggil polisi karena mereka telah mengganggu ketertiban umum.
Tapi pria itu menjawab dengan cueknya “lebih baik jika aku di panggilkan polisi daripada harus diikuti terus oleh wanita ini.”
Mei yang melihat perdebatan di antara sopir angkot dan pria itu memutuskan untuk turun.
“maaf aku memutuskan pembicaraan kalian. Tapi tolong parkirkan mobilmu kesamping dulu biar angkot ini bisa jalan. Setelah itu maka kalian bisa teruskan pembicaraan kalian lagi.” Jelas mei kepada pria itu.
“dia yang ingin bicara. Aku sama sekali tidak ingin bicara. Aku sudah tidak mau mobil ini lagi. Kau…” tunjuk pria itu kepada pacarnya “ambil saja, anggap saja sebagai hadiah perpisahan. Mobil ini sudah menjadi miliknya jadi bicara saja padanya.” Pria itu menjawab asal tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya yang mulai kacau karena mobilnya yang menghalangi jalan.
“apa maksudmu fengying??? Aku tidak ingin berpisah dengan mu. Aku adalah tunangan mu kamu harus ingat itu fengying.” Ucap pacar pria itu. Tapi pria itu malah turun dari mobil.
Mei yang sempat bingung. Namun cepat-cepat ia menyadarkan dirinya. Mei mengejar dan dengan spontan memegang tangan pria itu.
Pria itu terlihat kesal dan marah “hei nona kau tau tidak, jika suka ikut campur akan membawa masalah!”
“aku sudah cukup sabar ya dari tadi menghadapi mu.. memang ini jalanan punya nenek moyang mu. Ini Indonesia semua orang bebas berpendapat dan satu lagi tindakan mu sudah melanggar hukum karena sudah menyebabkan macet dijalanan umum. Tapi jika dilihat-lihat dari wajahmu sepertinya kamu bukan orang Indonesia.” Tegas mei yang kesal dengan tindakan pria yang arogan itu.
Dan benar saja tak berapa lama polisi datang karena mendapat laporan dari salah satu pengendara yang terjebak macet disana.
"Kk-kauu..... " tunjuk nya kepada mei dengan wajah kesalnya.
"Lihat saja kalau sampai kita bertemu lagi... aku akan..... membalas mu. " ucap fengying yang kesal hanya bisa menahan emosinya didepan polisi.
Setelah melihat panjangnya antrian kendaraan ia baru sadar jika apa yang dikatakan oleh wanita didepannya itu benar.
“sial, kalau saja wanita itu tidak mengikuti ku sampai ke Indonesia maka liburan ku tidak akan semenyebalkan ini. Awas saja nanti saat aku sudah kembali ke china aku akan buat perhitungan denganmu.” Batinfengying geram sambil menatap tajam kearah wanita yang mengaku sebagai tunangannya itu.
Dengan hati yang masih sedikit dongkol mei akhirnya tiba dirumahnya dengan ikan yang ia bawa kondisinya sangat mengenaskan saat ini. Dengan wajah yang ditekuk jenn masuk kedalam rumah.
“Aku pulang…. ayah ibu aku pulang..”
“Iya sayang… ya ampun mei kamu kemana aja kok baru pulang.” Jawab mira yang berjalan dari arah dapur.
“tadi ada insiden kecil dijalan bu, jadinya macet deh jalanan. Makanya mei pulangnya jadi telat.”
“tapi kamu gak kenapa-kenapa kan nak.”
“aku gak kenapa-kenapa kok bu.”
“yaudah kalau gitu mana pesanan ibu?”
“ini bu, maaf ikannya mati karena kehabisan air. Plastiknya bocor tadi pas didalam angkutan kota karena menggelinding dan terkena salah satu barang belanjaan penumpang lain.” Jelasnya sambil menyerahkan kantong plastic yang berisi ikan tersebut.
“yaudah kalau gitu kamu mandi sana dan siap-siap bantu ibu masak buat makan malam.” Perintah mira pada putrinya.
Mei hanya mengangguk dan berjalan menuju kamarnya untuk mengambil handuk sebelum pergi kekamar mandi untuk membersihkan diri. “hari ini adalah hari yang sial karena aku bertemu dengan pria arogan dan sombong seperti dia. Semoga saja aku tidak akan pernah bertemu lagi dengan pria egois itu.” Sepanjang jalannya dari kamar menuju kamar mandi mei menggerutu tiada henti.
“Lu fengying… kebangsaan China. Ah ternyata kamu hanya turis yang sedang liburan, tapi kamu berani membuat jalanan menjadi macet.” Ucap salah seorang polisi yang duduk berhadapan dengan fengying.
Sedangkan fengying hanya cuek dan seakan tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh polisi tersebut. Karena fengying hanyalah seorang turis dan dengan alasan tidak sengaja membuat keributan yang menyebabkan macet akhirnya dibebaskan setelah pengacara yang disewa ayahnya datang dan membayar denda atas pelanggaran yang fengying lakukan.
.
.
(...)