Ich Liebe Dich Part 8
Semalaman Angi tidak pulang dan Joe terus menunggu Angi di rumahnya. Bahkan pikirannya sudah tidak bisa tenang karena takut terjadi hal-hal yang buruk terhadap Angi. Sedangkan Angi yang memilih untuk ngumpet di rumah orang tuanya justru sedang menikmati pizza bersama Arion. Mereka duduk berdua mengobrol di dapur.
"Lo nggak pengen pulang Ngi?"
"Pengen dan secepatnya."
"Kenapa?"
"Karena gue mulai merasa nggak nyaman tinggal di sini," kata Angi jujur namun ia enggan mengatakan jika ketidaknyamanannya karena adanya Joe.
Angi ingin pergi jauh dari Joe karena menurutnya tidak ada untung baginya untuk terus bersama pria seperti Joe. Ia tidak ingin memberikan harapan apapun kepada Joe ataupun Arion. Baginya kemampuan mencintai orang lain telah ikut terkubur di liang lahat bersama dengan meninggalnya Raja 8 tahun lalu.
"Biasanya kalo kaya gini sih alasannya cowok."
"Cowok?"
"Iya."
"No."
"Ngeles aja Ngi. Tapi gue tetep tau Lo kaya gini pasti karena cowok."
"Nggak lah. Sudah gue mau tidur. Sampai besok. Bye Ri," kata Angi sambil bangkit dari kursi.
"Bye Ngi."
***
Pagi hari Angi memutuskan pulang ke rumahnya karena ia harus bersiap siap untuk berangkat bekerja. Siapa sangka ketika ia sampai di depan rumah, terlihat Joe sedang berdiri bersandar di dekat pintu. Merasa bahwa ini adalah rumahnya, Angi tetap berjalan terus hingga ia berhenti di depan pintu rumahnya. Tanpa menyapa Joe, Angi mencoba membuka pintu dan memasuki rumah.
"Wo bist du gewesen?*" (*Kamu kemana saja?)
"überall geht es dich nichts an*." (*kemana saja itu bukan urusan kamu)
Setelah mengatakan itu, Angi langsung memasuki rumah dan mengunci pintunya dari dalam. Sedangkan Joe yang ada di depan rumah sudah emosi tidak karuan. Bahkan ia sudah menggedor pintu rumah berkali kali namun tetap di abaikan oleh Angi. Dengan perasaan campur aduk, Joe memutuskan untuk pergi dari rumah Angi kali ini. Beberapa waktu ia mengenal Angi, dirinya tau, jika wanita itu cukup sulit dan tidak mudah merubah keputusannya jika sudah mengambil suatu keputusan.
Dari dalam rumah, Angi mengintip Joe yang berjalan meninggalkan rumahnya. Ia mengelus dadanya ketika Joe sudah menaiki sebuah taxi. Kini ia bisa hidup dengan tenang lagi. Segera Angi bersiap siap untuk ke kantor karena jam kerja sebentar lagi akan di mulai.
Sepanjang hari Angi bekerja dengan fokus. Bahkan El yang begitu kepo dengan sosok Joe sanggup Angi abaikan. Angi ingin kembali ke kehidupannya yang dulu sebelum mengenal Joe. Di waktu yang sama dan tempat berbeda, Joe sedang menahan segala amarahnya kepada Angi. Belum pernah dirinya di tolak mentah-mentah oleh perempuan, apalagi perempuan model Angi. Jika ia mau, ia tinggal tunjuk saja tanpa meminta pasti wanita itu akan dengan senang hati berbagi ranjang bahkan berbagi partikel-partikel yang ada di dalam tubuhnya bersama Joe.
Joe keluar dari rumahnya dan segera menuju casino miliknya yang tidak pernah sepi pengunjung. Karena casino miliknya merupakan salah satu yang terbaik di dunia, terutama di Berlin.
Ketika ia memarkirkan Bugatti di depan casinonya, terlihat bunga-bunga di halaman casinonya sedang mekar. Biasanya ia sangat menyukai pemandangan casinonya namun tidak hari ini ketika pikirannya masih kacau memikirkan penolakan Angi. Segera Joe masuk kedalam dan beberapa orang memberikan penghormatan kepadanya layaknya karyawan kepada pimpinan.
Allan yang merupakan tangan kanan Joe mengikuti Joe memantau aktivitas yang ada di sini. Hingga Allan melaporkan jika ada salah satu pengunjung casino yang memaksa untuk terus ikut bermain walau dirinya sudah tidak memiliki deposit lagi. Joe hanya menghela nafas dan bertanya kepada Allan siapa orang yang di maksud oleh Allan tersebut. Menurut Allan laki laki itu merupakan orang asli Berlin dan bekerja di salah satu perusahaan multi nasional yang salah satu kantor cabangnya ada di Berlin. Laki-laki tersebut meminta permohonan kredit untuk mencoba peruntungannya berjudi lagi di casino milik Joe. Tentu saja Joe menolaknya karena dari banyak kasus, uang yang sudah di pinjamkan akan sulit untuk menagihnya, lebih baik menolak sejak awal daripada pusing di kemudian hari. Allan kemudian meninggalkan Joe untuk memberitahu kepada orang tersebut jika Joe tidak menyetujuinya.
"Wie wäre es mit einem Tauschhandel mit einer Frau?*," Kata Laki laki yang bernama Nick kepada Allan. (*bagaimana bila barter dengan seorang wanita?)
"immernoch eine Jungfrau?*" (*masih perawan?)"
"Ich weiß es nicht, aber einen Versuch ist es wert*." (*aku tidak tau tapi layak untuk di coba.)
Mengingat rumah bordil membutuhkan tambahan karyawan, maka Allan mencoba memberi kesempatan kepada pria bernama Nick tersebut.
"Versuchen Sie, ihn so schnell wie möglich zu mir zu bringen.*" (*Coba bawa dia ke tempatku secepatnya.)
***
Malam ini ketika Angi baru saja sampai di rumah ia mendapatkan telepon dari Nick yang ingin bertemu dengannya. Nick mengatakan bahwa ia ingin bercerita semuanya kepada Angi atas apa yang menimpanya dan alasan ia melakukan hal tersebut. Tanpa menaruh curiga sedikitpun, Angi menyetujui keinginan Nick untuk bertemu malam ini di sebuah cafe.
Sebagai orang yang tidak pernah terlambat, Angi mencoba datang lebih dulu daripada Nick, namun ketika ia sampai di sana, Nick telah datang lebih dulu, bahkan telah memesankan minuman untuk Angi. Sesuatu yang aneh menurut Angi.
"Hai," sapa Angi dengan ceria
"Hai," jawab Nick kepada Angi sambil mempersilahkan Angi untuk duduk di sebelahnya.
"Was ist es?*," Tanya Angi pada Nick (*ada apa?)
"Ich möchte, dass du mir hilfst, alle meine Probleme zu lösen.*" (*aku mau kamu membantuku menyelesaikan semua masalahku.)
"Die Methode?*" (*Caranya?)
"Sie trinken zuerst den Orangensaft*." (*kamu minum dulu jus jeruknya)
Angi menuruti keinginan Nick untuk meminum jus jeruk yang telah dipesan. Lama Angi mengobrol dengan Nick hingga rasanya rasa kantuk sudah tidak lagi kuat untuk ia tahan. Kemudian ia pamit untuk pulang pada Nick, namun Nick mengatakan jika ia akan pulang juga sehingga mereka keluar dari cafe bersama sama.
Setelah meninggalkan cafe hingga berjarak beberapa puluh meter, rasanya Angi sudah tidak kuat menopang tubuhnya lagi dan terhuyung hingga harus di topang Nick. Rasa kantuknya sudah tidak tertahan lagi hingga ia menutup matanya. Nick yang berhasil menjalankan misinya segera membawa Angi menuju mobilnya dan menelepon Allan untuk bertemu di rumah bordil milik Joe.
Ketika Allan sampai di sana, Nick sudah menunggu di depan mobilnya. Karena penasaran dengan wanita yang akan di barter dengan uang deposit casino akhirnya Allan meminta Nick untuk membuka mobilnya dan melihat perempuan yang akan di tukarkan. Betapa terkejutnya Allan ketika menyadari jika perempuan yang ada di dalam mobil adalah wanita yang fotonya ada di rumah kecil tempat Joe tinggal beberapa waktu lalu.
"Wie ist dieses Mädchen so schön?*," Tanya Nick kepada Allan. (*bagaimana perempuan ini cukup cantik?)
Tanpa menjawab pertanyaan Nick, Allan segera meminta Nick untuk membawa Angi menuju ke salah satu kamar yang ada di dalam rumah bordil. Secepatnya Allan menghubungi Joe.
Di waktu yang sama, tempat yang sama namun di ruangan yang berbeda, Joe sedang menyalurkan hasrat laki laki yang ada di dalam dirinya kepada wanita yang ia pekerjakan di rumah bordilnya.
"Ah...ah...ah," wanita itu mendesah ketika milik Joe menggempur dirinya dengan sangat cepat dan kuat.
Bagi para wanita yang bekerja dengan Joe, bisa di pilih oleh Joe dan menghabiskan one night stand bersama adalah salah satu kebanggaan tersendiri. Joe yang di kenal pemilih, tidak asal menyalurkan hasratnya dan juga pejantan tangguh di atas ranjang benar-benar sosok yang di idamkan wanita di sekelilingnya.
Hingga akhirnya setelah hampir dua puluh menit Joe melakukan penetrasi dengan gaya misionaris, berganti menjadi spooning hingga berakhir dengan doggy style akhirnya ia bisa mendapatkan klimaksnya. Kini Joe membaringkan tubuhnya di sebelah wanita itu yang sedang menatap Joe dengan tatapan memuja. Namun sayangnya deringan handphone yang sejak tadi mengalun lembut di sisi ranjang membuat Joe mau tidak mau bangkit dan mengangkatnya. Terlihat nama Allan di sana. Mau tidak mau Joe mengangkatnya.
"What happened?"
"Beeilen Sie sich in Ihr privates Zimmer. Es gibt etwas Wichtiges.*" (*Segeralah menuju kamar pribadimu. Ada sesuatu yang penting.)
"Okay."
Tanpa banyak kata Joe segera memutus panggilan dari Allan dan segera menggunakan pakaiannya. Ia keluar tanpa mengucapkan apapun kepada wanita itu. Sambil berjalan, Joe memikirkan apa yang penting menurut Allan. Ketika ia memasuki kamar pribadinya yang ada di rumah bordil, segera Allan menyambutnya dan mengajaknya mendekati ranjang.
Betapa terkejutnya Joe melihat Angi tidur di ranjangnya dengan pulas. Wajah shock dan ketidakpercayaan muncul di wajah Joe yang membuat Allan harus menerangkan sejak awal bila laki laki yang meminta pinjaman uang untuk deposit bermain di casino bermaksud menukar Angi dengan uang deposit tersebut. Joe yang mendengar itu hanya bisa geleng-geleng di buatnya. Akhirnya mau tidak mau, sebagai balas budi karena Angi pernah menyelamatkan hidupnya, Joe memberikan uang deposit kepada Nick. Allan yang sudah mendapatkan jawaban dari Joe segera keluar dari kamar pribadi ini dan pergi untuk menemui Nick.
Kini ketika Joe hanya berdua bersama Angi, ia mengamati wajah polos Angi yang minim make up, tidak terlalu cantik apalagi tinggi semampai. Angi justru terlihat cukup polos untuk wanita seumurannya. Bahkan terlewat naif karena mudah saja di peralatan oleh Nick hingga berakhir di rumah bordil Joe.
Mengingat Angi bukan perempuan yang biasa ia temui, tentu saja Joe tidak akan menyentuhnya tanpa ijin dari Angi sendiri. Kini yang bisa Joe lakukan adalah menunggu hingga Angi terbangun dari tidurnya.
***