Pustaka
Bahasa Indonesia

Ibuku Yang Kejam

5.0K · Tamat
Revana
10
Bab
41
View
9.0
Rating

Ringkasan

???Buku ini mengandung konten kekerasan??? ??? Ibuku memiliki darah rendah dan menjatuhkan putriku saat kami sedang merayakan acara satu bulan kelahirannya. Awalnya, aku dan istriku mengira ini hanya sebuah kecelakaan. Hingga istriku hamil lagi dan ibuku memintanya untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Tidak lama setelah melakukan pemeriksaan kehamilan, istriku dibunuh oleh seseorang yang menjatuhkan benda dari ketinggian. Ibuku menyuruhku untuk mengklaim asuransi kematian istriku dan menikah lagi. Hingga pemeriksaan kehamilan istri keduaku. Ibuku menyeletuk, mengeluhkan kalau anak yang dikandung istriku ternyata perempuan lagi. Dia hendak menaruh obat penggugur kandungan di piring makanan istri keduaku. Tindakan ibu ketahuan olehku dan aku menjebloskannya ke penjara.

RevengepembunuhanKeluargaPernikahanThrillerDewasa

Bab 1

Aku sangat mencintai istriku, Shania Cantika.

Aku dan istriku sudah berpacaran selama tujuh tahun dan akhirnya kami menikah.

Dia adalah cinta pertamaku, jadi aku sangat menyayanginya.

Hari ini adalah bulan ketiga kehamilannya.

Aku tidak pergi kerja karena sudah janji kepadanya akan pergi ke rumah sakit swasta terbaik untuk menemaninya melakukan pemeriksaan kehamilan.

"Shania, sudah dikemasi semua belum barang-barangnya? Bram sudah membuat janji dengan dokter paling terkenal untuk pemeriksaan kehamilanmu. Jadi, jangan sampai terlambat!"

Ibuku, Maya Dewitami, berjalan mondar-mandir di pintu depan rumah, mendesakku dan istriku untuk segera keluar.

Saat aku menyentuh perut istriku yang sedikit membuncit, air mataku jatuh tak terkendali.

Aku dan istriku sudah bersama selama tujuh tahun dan aku tidak menyangka kami akan memiliki anak. Ini adalah buah cinta kami.

Aku memegang tangan istriku dengan penuh kasih sayang karena perjalanan ini tidak mudah.

Mungkin akulah yang terlalu mencintai istriku.

Aku bahkan merasa sedikit tidak nyaman menghadapi antusiasme ibuku yang datang secara tiba-tiba.

Sebelum-sebelumnya, ibuku hanya bersikap sinis dan judes kepada Shania.

Tidak disangka, hari ini dia begitu antusias.

Ketika aku sedang bekerja dan tidak ada di rumah, ibu selalu mencari berbagai macam cara untuk menyiksa Shania.

Aku merasa kasihan melihat Shania ditindas oleh ibuku, jadi aku mengingatkan ibuku untuk berhenti menyiksa Shania.

Shania adalah wanita yang baik, begitu pula dengan hatinya.

Karena tidak ingin ada konflik antara aku dan ibuku, dia selalu mengalah dan menahan diri terhadap semua penyiksaan ibuku.

Baru setelah Shania hamil, ibu mulai bersikap baik kepada Shania.

Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang tadinya akan menjadi pilihan istriku untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.

Namun, ibuku mengatakan bahwa dokter di rumah sakit swasta lebih profesional.

Aku juga berpikir bahwa lebih baik memeriksakan istriku ke rumah sakit swasta. Jadi, aku memutuskan pergi ke sana.

Aku juga ingin Shania dan ibu memiliki hubungan yang harmonis, jadi aku menyetujui saran ibuku.

Ketika kami tiba di rumah sakit, ibu dengan ramah membantu Shania masuk ke ruang pemeriksaan ginekologi.

Shania awalnya tidak ingin dibantu oleh ibu, tetapi dia melihat mataku.

Shania setuju dan membiarkan ibu membantunya masuk ke ruang bersalin, sementara aku menunggu di luar.

Setelah pemeriksaan, ibu memintaku dan Shania untuk menunggu di luar rumah sakit.

Aku berbalik dan melihat ibu membawa tas ke ruang bersalin lagi.

Aku bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan ibu.

Ibuku sangat memperhatikan istriku akhir-akhir ini.

Sampai suatu hari ketika aku pulang kerja.

Aku melihat istriku terduduk lemas di lantai sambil memegang perutnya, dan bagian bawah tubuhnya mengeluarkan banyak darah.

Aku langsung membawa Shania ke rumah sakit.

Ketika kami tiba di rumah sakit, dokter mengatakan bahwa istriku mengalami keguguran.

Shania menangis sejadi-jadinya ketika dia mendengar bahwa bayinya telah tiada.

Aku sedih melihat istriku dalam keadaan seperti ini.

Aku terkejut karena ibu tidak ada di rumah saat istriku mengalami kecelakaan.

Shania dirawat di rumah sakit selama beberapa hari setelah keguguran dan ibuku tidak pernah terlihat setelah itu.

Ibu sedang berada di rumah adikku, Anjani, ketika kecelakaan itu terjadi.

Kami semua menganggap keguguran tersebut sebagai akibat dari kecerobohan istriku.

Aku tidak pernah meragukan ibuku.

Setelah Shania keguguran, sikap ibu kembali seperti semula, begitu dingin kepada Shania.

Sikap ibu membuat Shania sedih.

Aku juga tidak menyukai sikap ibuku yang seperti ini.