Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Aku Akan Merestui Kalian

Selina tertegun sejenak, dia terlihat sedikit melunak.

Saat dia baru membuka mulutnya dan hendak mengatakan sesuatu,

Hans yang ada di sampingnya sudah lebih dulu berkata, "Selina, barusan pelayan di sini mengatakan mereka punya kasur listrik. Ayo kita lihat ke sana!"

Dia menatap Selina dengan tatapan ambigu sambil berkata, "Aku belum pernah mencoba kasur listrik, maukah kamu menemaniku ke sana?"

Selina sangat bersemangat, matanya tampak berbinar. "Baiklah, ayo kita mencobanya."

Selesai bicara, keduanya pun berjalan masuk ke dalam sambil bergandengan tangan.

Namun tanpa sadar, aku menarik tangan Selina dan memohon padanya. "Ibu sangat membutuhkanmu di rumah sakit. Ayahmu meninggal saat kamu masih kecil. Selama ini, dialah yang membesarkanmu dan menyekolahkanmu. Itu bukanlah hal yang mudah. Sekarang, di saat dia berada di ambang kematian, kamu tidak boleh mengabaikannya begitu saja ...."

Hans yang sejak tadi sudah terobsesi dengan kasur listrik kembali mendesak Selina, "Selina, pelayan bilang kasur itu tinggal satu. Kalau kita tidak pergi sekarang, kasur itu bisa saja diambil orang lain."

Kepalaku kembali dipenuhi dengan kondisi ibunya yang menyedihkan. Saat teringat segala kebaikannya selama ini, aku langsung berlutut di hadapan Selina tanpa memikirkan harga diri dan martabatku lagi. Asalkan ibu bisa sehat kembali.

Aku sampai memohon padanya sambil bersujud.

"Ibu benar-benar dalam kondisi kritis sekarang. Pergilah ke rumah sakit denganku. Jika terlambat, ibu bisa benar-benar pergi ...."

Mendengar kata-kataku, ekspresi Selina langsung berubah.

Melihat situasi yang kurang menguntungkan ini, Hans bergegas menghampiri Selina dan berkata, "Selina, jangan sampai tertipu olehnya!"

Selesai bicara, pria itu kembali memakiku.

"Simon, cukup sudah! Aku tahu, kamu cemburu padaku dan tidak ingin Selina terlalu dekat denganku. Katakan saja terus terang, kita sama-sama lelaki, aku bisa memahaminya."

"Jangan melakukan hal yang begitu hina, ini benar-benar sangat menjijikkan."

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, dia kembali memamerkan ekspresi penuh kesabaran dan pengertian.

"Kalau kamu begitu ingin merebut Selina, aku akan merestui kalian."

"Aku hanya harap, kamu bisa menjaga Selina dengan baik."

Saat mengucapkan kata-kata ini, Hans tiba-tiba menangis, dia lalu kembali berkata, "Selina, aku pergi dulu. Aku akan selalu memikirkanmu ...."

Selesai bicara, dia pun berbalik dan pergi.

Melihat Hans seperti itu, Selina langsung kehilangan akal sehatnya.

Dia buru-buru menghentikan Hans dan berkata, "Aku tidak mau kamu pergi!"

Selina lalu berbalik dan menatapku dengan tajam sambil berkata, "Aku benar-benar belum pernah melihat pria yang begitu tidak tahu malu sepertimu!"

Kali ini, dia tanpa ragu menggandeng tangan Hans dan berjalan masuk ke dalam untuk memilih kasur Listrik.

Aku berlutut di lantai dengan penuh dengan kekecewaan, hatiku merasa sangat sakit hingga tidak bisa bernapas.

Pada saat itu, tiba-tiba ponselku berbunyi. Itu telepon dari rumah sakit.

"Simon, gawat, kondisi tante sangat kritis, dia sudah mau sekarat ...."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel