Bab 2 Selain Membuatku Kesal, Apa Lagi Yang Bisa Kamu Lakukan?
Sekasar apa pun Selina memakiku, aku tidak peduli.
Saat ini, yang penting bagiku adalah dia kembali dan melakukan operasi pada ibunya.
"Selina, percayalah padaku, aku tidak membohongimu!"
"Ibu terkena serangan jantung di alun-alun. Jantungnya sudah berhenti berdetak, kondisinya sangat kritis."
"Sekarang, dia sedang diselamatkan di rumah sakit tempatmu bekerja. Jika kamu tidak percaya, kamu bisa menghubungi rumah sakit untuk memastikan semuanya!"
Saat teringat bibir Ibu yang membiru dan wajahnya yang putih pucat, aku merasa panik dan ketakutan.
Namun, di mata Selina, kekhawatiranku itu hanya terlihat seperti akting.
Selina menatapku tajam dan berkata dengan sinis, "Simon, kemampuan aktingmu benar-benar semakin hebat sekarang."
Hans menghela napas dan berkata,
"Simon, aku benar-benar tidak menyangka kalau kamu orang yang seperti itu."
"Kalau Tante benar-benar sedang diselamatkan di rumah sakit, apa perlu Selina yang menghubungi rumah sakit? Pihak rumah sakit pasti sudah menghubunginya dari tadi."
"Ternyata, kamu begitu busuk. Bahkan kalau kamu cemburu melihat Selina bersamaku, tidak seharusnya kamu memanfaatkan Tante sebagai alat untuk mendapatkan perhatiannya."
Kata-katanya ini membuatku terlihat sebagai suami kejam yang tidak berperasaan.
Aku yang sudah tidak bisa menahan diri pun langsung menarik kerah baju Hans dan berkata, "Tutup mulutmu!"
Hans tampaknya memang sudah menantikan kemarahanku sejak tadi, ada rasa puas yang terpancar di matanya.
Dia bukan hanya tidak melawan, tapi malah bersembunyi di belakang Selina seperti seorang wanita.
"Selina, aku hanya mengatainya beberapa patah kata, dia malah mau memukulku."
"Aku juga melakukannya demi kebaikan kamu dan Tante."
"Bagaimana kalau dia selalu menggunakan Tante sebagai alasan saja dan Tante benar-benar terjebak dalam permainannya?"
Seketika itu, Selina merasa sangat marah, dia mendorongku dengan sangat keras.
"Enyah dari sini! Siapa yang mengizinkanmu memperlakukan Kak Hans seperti ini?"
"Aku hanya datang membantu Kak Hans mengundi hadiah dan menemaninya memilih perabotan. Apa perlu kamu bersikap begitu serius?"
"Kak Hans sudah bekerja dengan sangat keras, aku di sini hanya untuk membantu. Apakah ada masalah dengan itu?"
"Selain membuatku kesal, apalagi yang bisa kamu lakukan? Aku lihat, tidak ada satu pun dari dirimu yang bisa dibandingkan dengan Kak Hans."
Aku tidak menyangka, kalau Selina sama sekali tidak percaya padaku.
Aku lebih terkejut lagi, karena ternyata dia sama sekali tidak peduli dengan kondisi ibunya. Yang ada di pikirannya hanya Hans seorang.
Tapi sekarang bukanlah saat yang tepat untuk bertengkar, aku tidak bisa membiarkan ibu meninggal begitu saja.
Aku menarik napas dalam-dalam, menahan amarah yang bergejolak di hatiku, lalu berkata dengan suara berat, "Selina."
"Kami harus pikirkan baik-baik. Sekarang, ibumu sedang sekarat. Apa demi memilih kasur, kamu benar-benar tidak peduli lagi pada hidup matinya ibumu?"