Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

HMT 7 - DAMIAN HANYA MILIKKU

Damian mulai terjaga dari tidurnya. Samar-samar telinganya menangkap suara isak tangis seseorang. Entah dirinya sedang bermimpi atau ini kenyataan, dia bergegas membuka matanya.

Suara isak tangis itu terdengar semakin nyata. Damian ingin segera bangkit, namun betapa kagetnya dia saat mendapati Vanessa yang tengah tertidur pulas sembari mendekap tubuhnya dalam selimut. Pria itu cepat-cepat bangit sembari menyingkirkan tangan Vanessa dari tubuhnya.

Belum lagi Damian meredakan rasa kagetnya, dia dikejutkan lagi dengan sosok yang tengah berdiri di seberang  tempat peraduannya kini. Sepasang netranya membulat lebar.

"Isabell?" Damian segera loncat dari ranjangnya dan langsung menghampiri Isabell yang tengah menangis menunggu penjelasan darinya.

"Isabell, kau sudah pulang? Kenapa tak mengabariku? Aku pasti akan menjemputmu," tukas Damian sembari memegang kedua bahu mungil Isabell.

Istrinya itu tak menjawab, dia menilik penampilan Damian, terutama kacing kemejanya yang tampak terbuka seluruhnya. Isabell memalingkan wajahnya lalu membungkam mulutnya sembari menangis.

"Isabell, ini tak seperti yang kau kira. Aku tak melakukan apa pun dengan Vanessa. Bahkan aku tak tahu kapan Vanessa datang ke kamar kita. Percayalah, Sayang." Damian mengguncang kedua bahu Isabell sembari menatapnya dalam.

Isabell hanya menggelengkan kepalanya dengan kedua pipinya yang sudah dibanjiri air matanya.

"Aku tak tahu, Damian. Aku tak bisa melihat semua ini!" Isabell memalingkan wajahnya dengan perasaan frustasi.

Damian menggelengkan kepalanya sembari menatap Isabell dengan wajah cemasnya.

"Isabell, percayalah. Aku hanya mencintaimu, Sayang. Aku tak pernah melakukan apa pun dengan Vanessa," ucap Damian penuh tekad untuk meyakinkan Isabell.

"Damian Sayang, dimana kau?" Vanessa mulai terbangun dari tidurnya. Gadis itu tampak berusaha duduk di tengah ranjang sembari memegangi selimut di dadanya.

Sepasang mata Isabell yang basah menatap geram pada Vanessa. Dia segera mengusap kedua pipinya dengan kasar, lantas segera menghampiri wanita itu.

"Jalang keparat! Apa yang kau lakukan di kamar suamiku, hah?! Kubunuh kau!" Tangan putih Isabell segera menjambak rambut panjang Vanessa, lantas menyeretnya dari ranjang.

Tentu saja Vanessa sangat kaget atas perlakukan kasar Isabell padanya. Sedangkan Damian hanya menonton dan tak tahu harus apa.

"Lepaskan aku! Brengsek!" Vanessa mengerang kesakitan sembari berusaha melepaskan cengkeraman tangan Isabell dari rambutnya. Namun Isabell yang sudah tersulut emosi terus menyeret Vanessa dari tempat tidur hingga terjatuh ke lantai.

"Lepaskan, Isabell!" Vanessa terus mengerang kesakitan dengan tubuhnya yang hanya mengenakan pakaian dalamnya saja.

Persetan! Isabell terus menyeretnya dan melempar wanita itu ke luar dari ambang pintu dengan kasar.

"Jalang sialan! Awas saja kau berani mendekati suamiku lagi. Aku tak segan-segan menguliti tubuh kurusmu itu!" Isabell segera memutar tubuhnya dan berjalan cepat menuju tempat tidurnya.

Damian hanya memandangi apa yang sedang istrinya itu lakukan dengan perasaan tak karuan.

Isabell meraup semua pakaian Vanessa yang berserakkan di atas ranjangnya, lantas ia berjalan cepat menuju pintu dimana Vanessa masih duduk di depan ambangnya.

Damian hanya memutar lehernya mengikuti gerak langkah Isabell. Setibanya di ambang pintu Isabell segera melempar semua pakaian Vanessa tepat ke wajah wanita itu.

"Ambil pakaianmu dan pergilah dari sini! Jalang murahan! Beraninya kau menggoda suamiku! Rasakan ini!" Isabell mengangkat tangan kanannya untuk menampar Vanessa.

Namun tangan kekar Damian segera menahannya. Vanessa yang sudah memalingkan wajahnya untuk menghindari tamparan Isabell pada pipinya segera menoleh pada Damian.

"Hentikan, Isabell. Biarkan dia pergi," hardik Damian.

Isabell menurunkan tangannya sembari menatap pria di sampingnya itu dengan tegas. Bahunya naik turun dengan napasnya yang terengah-engah menahan emosi.

"Kau membelanya? Apa benar kau sudah mencicipi tubuhnya? Jawab, Damian!" Isabell membulatkan bola matanya yang memerah pada pria yang sudah menikahinya satu pekan yang lalu itu.

"Tidak, Isabell. Aku tidak sedang membelanya, dan aku tak melakukan apa pun dengannya. Aku hanya tak ingin kau sampai mengotori tanganmu dengan menyentunya. Kau adalah cintaku, aku hanya milikmu saja. Percayalah, Sayang." Damian memegang kedua bahu mungil Isabell sembari menatapnya dengan lembut.

Isabell menghela napas panjang lalu menoleh pada Vanessa yang sedang mengenakan pakaiannya sembari duduk di lantai.

"Pergi kau! Karena kebaikan suamiku kau selamat dariku. Tapi lain kali, aku akan benar-benar membunuhmu, Jalang sialan!" Isabell segera menarik lengan Damian untuk kembali memasuki kamar lalu membanting pintunya dengan keras.

Vanessa sampai terperanjak karenanya.

"Model sialan! Lihat saja nanti, aku pasti bisa merebut Damian darimu!" Vanessa segera pergi setelah selesai mengenakan semua pakaiannya. Jujur saja, dalam hatinya Vanessa juga tak menyangka jika Isabell sangat buas saat sedang marah.

Bahkan rasa sakit atas cengkeraman Isabell pada rambutnya masih terasa membekas. Vanessa sangat kesal dan merasa telah di permalukan oleh Isabell.

Wanita itu menyeretnya dari tempat tidur Damian yang tinggi dan melemparnya keluar seperti seekor anjing. Dia tak bisa terima semua ini, dia ingin menuntut balas pada Isabell.

***

Isabell sedang duduk pada sofa. Wanita itu memalingkan wajahnya dari tatapan Damian yang sedang berjalan menuju padanya.

Damian mengerti, pasti Isabell sangat sakit melihatnya bersama Vanessa dalam satu selimut. Namun dirinya pun tak mengerti kenapa Vanessa sampai senekad itu. Sungguh dia dan Vanessa tak melakukan apa pun. Namun bisa saja Isabell meragukannya sekarang.

"Darling, aku minta maaf. Aku tak tahu jika Vanessa menghampiriku saat diriku sedang tertidur. Tapi sungguh, aku tak melakukan apa pun dengannya. Kau percaya padaku, kan?" Damian meraih jemari Isabell setelah duduk di sampingnya.

Isabell tak menjawabnya.

"Isabell," desah Damian sedikit menekan sembari berusaha menangkap pandangan istrinya itu.

Isabell menoleh padanya.

"Aku percaya padamu, Damian. Namun sepertinya akulah yang salah di sini. Aku terlalu sibuk dengan karirku sampai-sampai seseorang mencari kesempatan untuk menemani suamiku tidur. Maafkan aku," lirih Isabell sembari mencium jemari Damian yang menggenggm tangannya.

Damian mulai lega melihatnya. Dia segera meraih bahu Isabell ke dalam pelukannya.

"Tidak, tidak. Kau tak salah. Lupakan semuanya. Mulai sekarang aku berjanji, aku takkan lagi memberi wajahku pada Vanessa. Aku sungguh tak menyangka jika teman kecilku itu sampai berpikiran seperti itu." Damian melepaskan pelukannya dan menatap Isabell dengan lembut sembari memegang kedua bahu mungilnya.

Isabell mengangguk sembari tersenyum tipis. Damian membalas senyumnya.

"Damian, kau ingat kapan terakhir kita bercinta?" tanya Isabell kemudian.

Damian menatapnya heran atas pertanyaan istrinya itu.

"Lima hari yang lalu, saat pertama kali kita tiba di Devardo Hause," jawabnya kemudian. Tangannya menyelipkan anak-anak rambut Isabell ke telinga kirinya.

Isabell tersenyum tipis.

"Sudah cukup lama, ya. Apakah kau ingin mengulangnya lagi?" Isabell bertanya lagi, kali ini sembari melingkarkan kedua tangannya pada tengkuk leher suaminya.

Damian menelan ludahnya dengan tatapan heran pada Isabell.

"Isabell, apakah kau tidak sedang kelelahan? Kau baru saja pulang, tapi kau mengajakku untuk bercinta." Damian tersenyum gemas.

Isabell tertawa kecil menanggapinya.

"Untukmu aku tak pernah merasa lelah, Hubby. Aku ingin bercinta denganmu sekarang." Isabell berbisik  lalu mengecup lembut pada pipi suaminya itu.

Damian serasa mendapat angin segar. Dia segera meraih tubuh Isabell ke pangkuannya.

"Baiklah, Nona Fernandez. Aku akan memuaskanmu malam ini," ucap Damian penuh semangat.

Isabell tertawa kecil melihatnya. Kemudian Damian mencium kilas bibir Isabell sebelum menggendong istrinya itu menuju tempat tidur. Keduanya terus berpangutan bibir sampai akhirnya Damian merebahkan tubuh Isabell ke tengah ranjangnya.

"Damian," pekik Isabell dengan tatapan yang sudah berkabut gairah.

Damian tersenyum seringai melihatnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel