Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 IYM 8

Waktu sudah menunjukkan jam 3 dini hari. Ayman dan lainnya sedang menuju arah pulang karena membatalkan rencana ke kota karena teringat dengan gadis tak dikenal yang diculik Adit dan Kiki, serta mereka tinggalkan di kamar. Melaju dengan kecepatan penuh, Ayman mengendarai mobil jeep seperti seorang sopir ingin buang hajat membuat yang lainnya berteriak karena ketakutan.

"Anjirr, Man, pelan-pelan kamvrettt!" omel Adit yang duduk di sebelah Ayman yang mengemudi ugal-ugalan.

"Diam lo, jangan banyak bacot. Gue takut Abe lihat tuh cewek di kamarnya, sialan!" sahut Ayman marah-marah karena tahu jika Adit meletakkan gadis hasil penculikannya di kamar Abe. Mendengar Ayman yang membentaknya, Adit hanya bungkam, apalagi kepalanya mendapat jenggutan dari Kiki yang duduk di belakangnya.

"Goblog banget sih lo, main taro-taro saja gak tanya dulu. Abe tahu kelakuan kita, bisa habis Ayman dan kita juga!" omel Kiki ikut memarahi kebodohan Adit yang membuat semuanya jadi kacau.

Membelah jalan sepi dan gelap, tak berapa lama akhirnya mereka memasuki desa yang tandanya sebentar lagi mereka sampai. Beberapa menit kemudian, mobil yang dikendarai Ayman memasuki pekarangan luas nampak mulai berkabut. Ayman langsung memarkirkan mobilnya di samping mobil milik Abe dan masih terparkir.

"Astaga, mobil Abe masih ada lagi. Ah, brabe kalau begini. Mati gue digantung besok pagi!" suara Ayman terdengar panik memikirkan nasibnya yang entah sampai besok sore atau tidak.

Mematikan mesin mobil cepat, Ayman langsung membuka pintu mobil dan turun, kemudian melangkah tergesa menuju pintu yang tertutup. Sedangkan Adit dan Kiki ikut menyusul dengan wajah yang ikut menciut sambil saling sikut dan menoyor.

Ayman memegang gagang pintu dan mendorongnya pelan, nyatanya pintu tak dikunci oleh Abe. Langkahnya ragu memasuki rumah yang tampak sepi. Namun, lampu masih menyala sama seperti saat dia berpamitan pada Abe beberapa jam lalu. Berdiam sesaat, Ayman meneruskan langkahnya menuju dapur dan memandang sekeliling melihat makanan yang masih memenuhi meja, hingga matanya membulat ketika melihat gelas yang berisi minuman bercampur obat viagra telah tandas.

"Mampus dah gue kalau begini!" gerutu Ayman menepuk keningnya yang lebar. Kedua setan yang baru datang menghentikan langkahnya tepat di samping Ayman. Mereka berdiri sambil melihat setumpuk makanan yang dibawanya tadi dengan kening berkerut.

"Kenapa, Man?" tanya Kiki bingung melihat Ayman yang memijat pelipisnya karena mendadak pusing.

"Man, jawab woy! Lo kenapa?" ulang Adit bertanya pada Ayman yang msih diam.

Tanpa menjawab, Ayman menatap kedua setan yang tengah berdiri di sampingnya dengan wajah tak berdosa cenderung bodoh. Rahang Ayman mengeras karena menahan kesal pada kedua orang bermuka polos tak berdosa yang masih menatapnya bingung, hingga telunjuknya menuntun pandangan keduanya ke sebuah gelas kosong di hadapan mereka.

"Tuh lihat!" ucap Ayman datar menunjuk gelas kosong. Keduanya saling pandang dalam diam.

"Gelas? Kenapa gelas? Lo haus? Ya minumlah!" jawab Adit lugu macam orang idiot minta disambit golok.

"Lo lihat gak itu gelas kenapa?" tanya Ayman kesal.

"Gelas kosong. Kenapa gelas kosong?" sahut Kiki yang membuat Ayman tak sabar ingin menembak mati Kiki dengan bola santet.

Dengan tangan mengepal, Ayman mencoba menahan amarahnya menghadapi kedua biang kerok yang belum menyadari apa yang telah mereka perbuat, hingga beberapa saat, mata Adit membulat dan menatap Ayman yang siap menonjok mereka berdua.

"Anjir, siapa yang minum jamu buatan gue, Man?" kata Adit panik dan baru nyambung.

Mengerjap beberapa kali, perlahan otak lambat Kiki akhirnya memahami apa yang sedang terjadi. Ketiganya kini semakin panik dan bingung harus berbuat apa. Terlihat Ayman mondar-mandir sambil menggaruk kepalanya yang mendadak gatal dengan rambut sudah terlihat berantakan. Adit perlahan melangkahkan kakinya dan berdiri di depan tangga menatap pintu kamar di mana dia meletakkan tubuh tak sadarkan diri gadis yang telah diculiknya. Ayman yang melihat Adit berdiri terpaku di depan tangga akhirnya menghampiri dan berdiri di sampingnya, disusul oleh Kiki yang berjalan macam banci, lalu mengapit lengan Adit.

"Lo yakin Abe ada di kamar itu dengan dia?" tanya Ayman menatap wajah Adit yang terus mendongak ke atas menatap pintu kamar Abe.

Tanpa suara dan tanpa mengalihkan pandangannya, Adit menganggukkan kepalanya beberapa kali untuk membenarkan ucapan Ayman. Kini, ketiganya menatap ke pintu kamar Abe yang tertutup dan sepi. Terdengar suara nafas ketiganya yang memburu karena dugaan buruk mereka telah terjadi sesuatu di kamar itu.

"Kita ke atas nih?" tanya Adit pelan menatap Ayman.

Ayman tak langsung menjawab dan menarik nafasnya berat. Tangannya kembali memijat pelipisnya karena pusing. Pusing karena takut hal yang tak diinginkan telah terjadi pada Abe, sang macan pesantren. Menunggu beberapa saat, Ayman menghentikan pijatannya dan menatap kembali pintu itu, lalu mengangguk, pertanda menyetujui ucapan Adit tadi.

"Bismillah," suara Kiki terdengar sesaat kakinya akan menaiki anak tangga.

"Pas begini baru ingat doa. Berbuat dosa ingetnya isi semvak lo!" decak Ayman menatap tajam Kiki diikuti Adit yang tersenyum geli, tapi ditahannya ketika Ayman melempar tatapan tajam ke arahnya.

"Lo juga!" sambung Ayman cepat membungkam Adit yang tak bergerak.

Melangkah penuh hati-hati, Ayman mengayunkan kaki diikuti yang lainnya mengendap-endap bagai komplotan maling. Setibanya di depan pintu kamar Abe, Ayman menempelkan telinga kirinya ke pintu berwarna coklat untuk mendengar suara dari dalam. Beberapa detik kemudian, Ayman menarik diri dan menggeleng ketika menatap keduanya.

"Sepi," ucap Ayman lirih. Adit dan Kiki melakukan hal yang sama untuk beberapa saat dan tentu mendapati hal sama. Tak ada suara dari dalam kamar Abe.

"Masuk gak, nih?" kata Adit menatap Ayman yang bingung.

"Gue takut anjirr, takut pas gue buka pintu, Abe lagi duduk sambil melotot pegang senapan siap tembak mati gue," sahut Ayman bergidig membayangkan betapa mengerikannya Abe jika marah.

"Man, bisa gak lo jangan parno duluan. Kita harus masuk ke dalam buat memastikan kalau cewek itu ada di dalam atau sudah keluar. Perasaan gue mendadak julid dan berpikir kalau Abe yang embat tuh cewek. Apalagi sepertinya Abe yang minum obat viagra dosis tinggi itu. Pasti Abe sradag-srudug macam banteng cari pelampiasan!" papar Adit yakin atas dugaan buruknya kali ini. Ayman menggaruk kepalanya yang gatal membayangkan dugaan itu dan hatinya pun berpikir demikian kalau Abe yang embat cewek hasil penculikan Adit dan Kiki.

"Ya sudah, Man, cepat buka daripada kita penasaran. Semoga saja cewek itu sudah berhasil melarikan diri," ucap Kiki meyakinkan Ayman yang masih bingung.

Menghembuskan nafas berat, tangan kanan Ayman perlahan menyentuh gagang pintu dan matanya membulat ketika didapatinya jika pintu tak dikunci. Dengan pelan, Ayman mendorong pintu itu agar tak menimbulkan suara denyitan. Setelah pintu terbuka setengah, Ayman melangkah pelan dan mendapati kamar Abe yang gelap karena lampu tak dinyalakan. Mengucap beberapa mantra terlebih dahulu, Ayman menekan saklar lampu yang tentu dihafalnya, walaupun kondisi kamar gelap gulita. Ketika lampu menyala, sontak mata Ayman membulat seolah ingin lari dari kelopaknya karena melihat apa yang telah terjadi di dalam kamar tersebut.

"ANJRITTTTT!!!!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel