Bab 9 IYM 9
Dengan tubuh kaku, Ayman berdiri menatap ke arah ranjang besar di depannya. Matanya menelisik tajam melihat pakaian berserakan di lantai dan bergulir pelan ke atas ranjang besar di mana nampak seorang pria dan wanita terbaring di sana. Seorang pria yang tak lain adalah Abe terlihat begitu pulas tertidur layaknya orang kelelahan, dan berbanding terbalik dengan seorang wanita yang meringkuk di tepi ranjang dengan selimut menutupi tubuhnya.
Tak berapa lama, duo kadal buntung sampai dan berdiri tepat di samping Ayman yang hanya bungkam. Keduanya melihat Ayman seperti sedang melihat hantu dan menggeser pandangan ke arah apa yang Ayaman lihat. Perlahan mata mereka yang awalnya biasa kini berubah melotot sempurna mendapati pemandangan yang sejak tadi tak diharapkannya. Namun, harapan tinggallah harapan. Apa yang mereka khawatirkan telah terjadi.
"Gue kata juga apa, Man. Pasti Abe yang minum!" gumam Adit menarik lengan baju Ayman yang masih terpaku.
"Sudah minum, makan pula dia sampai kenyang. Menang banyak si Abe!" timpal Kiki melirik tajam ke Adit yang memutar bola mata malas.
Ayman masih tak bergerak, bahkan lidahnya mendadak keluh, serta nafasnya ikut memburu. Ayman berharap jika apa yang dilihatnya kini adalah sebuah mimpi buruk. Mimpi di mana dia melihat jika saudaranya telah memperkosa seorang gadis desa yang telah mereka culik. Ayaman mengangkat tangan kirinya dan memijat pelipis karena tiba-tiba sakit kepala menyerang. Kedua temannya hanya saling pandang dan mengerti apa yang dirasakan Ayman kini. Semua yang terjadi bermula dari perbuatan mereka telah menculik seorang gadis dan membawanya ke kediaman Abe dalam keadaan tak sadarkan diri karena obat bius. Berniat untuk menikmati gadis tersebut, justru hal itu berubah 360 derajat dan Abe memperkosa gadis itu yang dipastikan karena pengaruh obat viagra dosis tinggi.
"Man!"
"Diam!" sahut Ayman cepat setelah mendengar Adit memanggilnya.
"Lo lihat! Gara-gara kalian semuanya jadi kacau. Abe sudah perkosa gadis itu di bawah pengaruh obat setan yang kalian bawa dan diminumnya tanpa sengaja!" geram Ayman menatap kedua sahabatnya yang mendadak bungkam.
Mereka hanya mampu bungkam karena semua yang dikatakan Ayman adalah benar adanya. Apa yang mereka saksikan kini, semua disebabkan oleh tindakan ceroboh mereka. Namun, semua sudah terjadi. Langkah selanjutnya adalah membenahi kekacauan sebelum Abe tersadar dari tidur nyenyaknya.
"Iya gue minta maaf, Man, tapi tadi lo juga sempat mau juga buat pake tuh cewek dusun!" elak Adit mencari benar yang sontak membuat maat Ayman melotot.
"Setan lo masih bela diri!" sentak Ayman yang ingin menghajar Adit, tapi dihadang oleh Kiki.
"Oy oy oy! Sudah jangan ribut nanti Abe bangun. Lebih baik sekarang kita singkirkan cewek itu dari ranjang dan kita buang ke mana gitu!" kata Kiki setelah keduanya diam.
"Maksud lo?" tanya Ayman tak paham maksud Kiki dengan kalimat membuang.
"Sini ... sini kumpul!" seru Kiki kepada yang lainnya. Mereka berdiri berkerumun dan agak sedikit menjuh dari ranjang di mana kedua anak manusia berlawanan jenis itu tengah tertidur.
"Gue tanya sama kalian. Mau mati di tangan Abe atau hidup?" tanya Kiki singkat dan jelas.
"Ya hiduplah, bego! Masa iya mati, di tangan Abe pula. Masih ingin hidup gue!" sahut Ayman kesal kenapa hal seperti itu harus ditanyakan. Mana ada manusia ditanya seperti itu akan jawab mati.
"Sama gue juga. Gue belum puas hepi-hepi. Gue ingin mati tua, punya istri cantik juga!" sahut Adit juga menambahkan.
"Mana ada aki-aki istrinya cantik. Kasihan banget istrinya dapat burung gagak letoy!" celetuk Kiki menoyor kepala Adit cukup keras dan dibalas kekehan.
"Terus maksud lo buang itu yang seperti apa, anjirrr?" oceh Ayman yang sudah tak sabaran.
"Jadi gini, mumpung Abe belum sadarkan diri, lebih baik kita angkat tuh cewek dan kita buangg ke mana gitu, semisal hutan supaya Abe tidak lihat ketika bangun karena gue yakin, mereka enyem-enyem saat lampu gelap tadi. Jadi, gue bisa pastikan jika mereka tidak saling tahu wajah masing-masing!" jelas Kiki panjang lebar mengutarakan semua ide jahatnya.
"Gila lo, Ki. Rencana lo tega sekali, tapi gue setuju deh daripada gue yang harus meregang nyawa di tangan Abe. Kasihan emak gue bisa nangis kalau gue mati muda!" sahut Adit yang mendapat jenggutan dari Kiki.
Ayman tak membalas cepat. Kepalanya menoleh ke arah ranjang menatap Abe dan seorang gadis malang yang entah di mana tempat tinggalnya. Ada rasa iba dan ragu di hati Ayman untuk melakukan hal itu kepada gadis yang tak bersalah. Namun, Ayman juga tak punya nyali untuk menghadapi Abe jika tahu apa yang terjadi kini. Terlebih dia juga ikut andil dan sempat setuju dengan ulah kedua temannya. Ayman memejamkan mata sesaat untuk meyakinkan hatinya jika yang akan dilakukannya benar, lalu beralih menatap kedua temannya sedang menanti jawaban.
"Ok. Ayo kita bereskan semua kekacauan ini tanpa jejak!" kata Ayman pada akhirnya memutuskan. Adit dan Kiki tersenyum lega ketika mendapati persetujuan Ayman untuk melakukan hal itu dan dengan cepat mereka melangkah mendekat ke ranjang besar tersebut.
"Gue ke bawah dulu!" kata Kiki yang berhenti melangkah dan ditahan cepat oleh Ayman.
"Mau ngapain lo? Kabur?" ucap Ayman yang menaruh curiga jika Kiki akan melarikan diri.
"Gue ambil obat bius dulu. Memang lo mau kalau cewek itu bangun dan menjerit terus Abe bangun?" timpal Kiki yang langsung membungkam mulut Ayman.
Tak ada jawaban dari Ayman, Kiki langsung bergegas turun ke bawah untuk mengambil obat bius yang dia letakkan di dashbord mobil. Setelah apa yang dicari didapatkan, Kiki menyisir pandangan ke sekliling halaman yang sangat sepi serta udara yang dingin menusuk tulang.
"Untunglah sepi!" gumamnya bermonolog sendiri.
Kiki bergegas masuk ke dalam rumah sambil membawa obat bius dan sapu tangan yang dia gunakan tadi ketika menculik Ayumi, dan kini akan dia gunakan lagi untuk kedua kalinya. Langkahnya terdengar tergesa, hingga akhirnya tiba di kamar Abe di mana Ayman dan Adit sudah menunggu dengan gelisah.
"Lama banget sih!" ucap Adit yang sudah tak sabaran.
"Tadi kencing bentar!" sahutnya cepat.
Perlahan, Kiki menuangkan cairan itu ke atas sapu tangan yang sudah dilipatnya. Kiki menyerahkan sapu tangan berwarna putih itu pada Adit yang berdiri di samping ranjang sejajar dengan kepala Ayumi yang tidur meringkuk. Penuh hati-hati, Adit membungkukkan tubuh tingginya dan mendekatkan tangannya ke area hidung Ayu.
'Hmmpptt'
Ayu meronta ketika sapu tangan itu menutup hidunganya dan seketika matanya terbuka menatap siapa orang yang membekapnya. Ayumi terus meronta walaupun dia yakin jika usahanya nihil, hingga perlahan matanya terpejam dengan tubuh yang melemah karena dipegang oleh Kiki dan tak sadarkan diri. Sedangkan Ayman hanya berdiri menyaksikan seorang gadis malang akan segera mereka lenyapkan demi menghilangkan jejak. Jauh di dasar hati, Ayman tidak ingin melakukan hal tersebut, tapi semua harus dia putuskan demi keselamatan dirinya dan kedua teman yang menjadi biang kerok. Ketika tubuh Ayumi terkulai lemah dan tak sadarkan diri, diangkatnya tubuh Ayumi yang hanya tertutup selimut meninggalkan Abe tak tertutup apapun. Dengan cepat, Ayman mengambil selimut lain yang tersimpan di lemari dan menutupi tubuh besar Abe. Mereka meninggalkan ruangan Abe dan membersihkan semuanya tanpa jejak sedikit pun serta Ayman memakaikan 1 set piyama ke tubuh Abe agar ketika bangun dia tak curiga dan hanya berpikir hanya mimpi jika mengingatnya.