HMT 4 - DRAMA MOMMY DAN JUNO
Aku duduk manis dengan memasang wajah kesalku pada Ali, yang kini sedang mengemudikan mobilku menuju Aglonema Residence. Sedangkan Mommy dan Juno duduk di belakang. Keduanya masih tampak lesu pasca aksi kebut-kebutan tadi. Bahkan mobil Mommy harus ditinggal di pencucian karena dikotori oleh isi perut mereka di sana.
"Jangan ngebut!" gertakku pada Ali yang semakin kencang memgemudikan mobilku. Susah memang kalau jiwa balapan. Bawaannya pingin jumping aja! Aku dan Ali sering ikut balapan liar di jam-jam vampire. Alias di saat jalanan sudah mulai sepi dan semua orang sudah terlelap dalam pelukan mimpi. Hanya mereka saja yang ingin melihat kami balapan, yang rela bergadang.
"Bro, lucu juga ya, seorang Jhoni Alexander Geraldine tiba-tiba mau nikah sama cewek yang masih dirahasiakan dimana adanya." Ali terkikik geli meledekku sembari mengemudi.
"Fokus nyetir." aku memalingkan wajah pada jendela mobil. Boro-boro Ali, aku juga syok banget sekarang. Apa lagi bayangan busuk gadis pilihan Mommy yang sedang menari dangdut di kepalaku. Hais! Aku bisa gila kalau begini!
"Tapi menurut gue sih, Bro. Mending lo cek aja dulu, mana tahu tuh cewek cakep mirip Prilly Latuconsina, hehe!" Ali mulai lagi mengejek. Dasar sinting! Pingin dikasih sianida kayaknya nih, anak! Kesalku dalam hati sembari menoleh pada Ali yang masih asik tertawa.
Karena kesal aku segera membuka satu sepatuku, lantas menarik kaus kaki dan langsung aku sumpalkan pada mulut Ali yang masih asik tertawa lebar. Seketika tawa Ali terhenti, dia menoleh ke arahku dengan kaus kaki di mulutnya.
"Rasain!" puasku.
"Bangke lo!" Ali segera menarik kaus kaki dari mulutnya, lantas melemparnya ke wajahku dengan kesal.
Aku tertawa puas melihatnya marah. Ali sudah menikmati bau kaus kakiku yang semerbak itu. Aku pun kembali mengenakan kaus kaki mahal yang aku beli sewaktu liburan di Paris bulan lalu itu. Pikiranku kembali pada gadis pilihan Mommy.
Seperti apa sih, dia? Kalau dia nggak ada apa-apanya dibandikan dengan 57 pacarku itu, aku jelas akan menolaknya. Bahkan aku akan mempermalukan dirinya dan keluarganya nanti, ini janjiku. Janji seorang Jhoni Alexander Geraldine. Cogan paling tampan seantero Jakarta, no debat!
Hari mulai petang saat mobilku yang dikemudikan oleh Ali tiba di pelataran rumah Mommy. Juno memapah Mommy menuju pintu. Juno memang beda denganku. Usianya saja baru 19 tahun, sedangkan aku sudah 24 tahun, dan sudah menyelsaikan kuliahku di London. Karena otakku cemerlang, aku bisa lulus secepat ini. Akibatnya Daddy sangat bangga padaku, dan langsung memberiku tanggung jawab pada perusahaan properti miliknya yang ada di Jakarta Pusat.
Juno masih kuliah di Universitas Geral International, kampus elit milik Mommy yang dikelola oleh Om Rico, adik kandung Daddy. Kalau di depan Mommy, Juno itu penurut dan anak yang manis. Tapi kalau di belakang Mommy, Juno sama gilanya dengaku. Bedanya Juno masih takut main-main sama kaum hawa, meski dalam hatinya pingin punya pacar banyak juga sama seperti abangnya ini.
Dimata Mommy, Juno masih terlalu muda dan nggak boleh pacaran. Sebenarnya aku kasihan juga sama Juno. Mungkin lain kali aku akan kasih nomer salah satu sugar baby yang biasa aku pesan. Lumayan buat belajar sex tuh, si Juno.
Daddy sendiri jarang pulang ke Indonesia karena sibuk mengurus perusahaannya di Jepang. Mommy juga hanya pulang kadang-kadang saja. Biasanya kalau dia kangen padaku dan Juno. Karena Mommy juga seorang bisnis woman di bidang fashion. Makanya Mommy paling cerdas dalam urusan penampilan.
Ah, iya, dari tadi Mommy diam saja dengan wajahnya yang pucat. Apakah Mommy masih marah padaku atau masih sakit pasca kebut-kebutan tadi? Entahlah, tapi hatiku mulai mencemaskan Mommy.
"Gue langsung pulang ya, Bro!" Ali menepuk satu bahuku dan segera kembali masuk pada mobilku.
Aku hanya mengangguk sembari berdiri menyaksikan Ali berlalu.
Ali sudah sering memakai mobilku. Aku tak apa. Lagi pula Ali tadi nggak bawa mobil. Masa iya aku tega membiarkan teman seperjuanganku itu pulang naik taksi. Kalau diculik bagaimana? Halah, aku mulai ngawur. Mana ada penculik yang mau menculik si Ali. Lelaki seumuran dengaku itu jago berkelahi.
Ah, iya, aku harus menemui Mommy sekarang. Meski gengsi, baiknya aku meminta maaf pada wanita yang sudah menahan sakit 5 jam lebih saat melahirkanku dahulu. Aku harus menyayangi Mommy dan patuh padanya, begitu pesan yang selalu Daddy sematkan padaku dan Juno.
Aku memang sering membangkang, tapi aku juga sangat menyayangi Mommy. Sudahlah, baiknya aku tengok Mommy dulu. Aku segera menghambur menuju pintu masuk rumah.
"Den Jhoni sudah pulang? Ayo masuk, Den. Bibi sampai cemas. Katanya Aden kabur tadi pagi," sambut Bi Irah sembari tersenyum ramah setiba aku di dalam.
"Nggak, Bi. Aku nggak kabur, kok." Aku mengelak karena malu pada Bi Irah yang sering kerepotan mengurusku dan Juno selama Mommy di Jepang.
"Ya, sudah. Lebih baik sekarang Den Jhoni temui Nyonya saja. Nyonya lagi sakit," ucap Bi Irah sembari menatapku. Pendar matanya berubah redup.
"Iya, Bi." aku segera berlalu menuju kamar Mommy di lantai tiga rumah kami.
Aku berjalan sembari menenteng hoodie hitamku yang sudah aku loloskan dari tubuhku. Menyisakan t-shir hitam yang kini melekat pada tubuh atletisku. Aku cemas Mommy sakit. Ini semua gara-gara aku! Aku semakin mempercepat langkahku.
Setibanya di pintu kamar Mommy. Aku melihat Juno dan dua orang ART sedang berdiri di samping rajang Mommy. Sepasang netraku terfokus pada Mommy yang sedang terbaring di tempat tidurnya.
"Mom ..." aku duduk pada tepi ranjang Mommy. Kugenggam jemarinya yang hangat sembari menatapnya sendu.
Mommy hanya terdiam dan tak mau menatapku. Mungkin Mommy masih marah padaku, karena kabur tadi pagi. Wajah Mommy tampak pucat dan lesu. Pasti memikirkan diriku yang sering membangkang padanya.
"Mom, aku minta maaf. Aku udah salah selama ini. Aku hanji mulai sekarang aku akan menurut sama Mommy." aku terpaksa mengalah pada Mommy. Karena aku tak ingin Mommy sakit karena aku. Untuk kedepannya aku yakin bisa cari banyak alasan untuk menolak pernikahan ini. Yang terpenting sekarang adalah kesehatan Mommy.
"Benar kamu mau menurut sama Mommy sekarang?" sepasang manik Mommy menatapku tegas. Seolah menuntut pada ucapanku tadi.
"Huum." aku pun mengangguk tak ada pilihan lagi.
Mommy tersenyum padaku lalu menoleh pada Juno yang masih berdiri di samping ranjang. Juno membalas senyumnya, lalu mendekat dan merangkul bahuku."Lo bakal nikah, Bang. Selamat, ya!" katanya kemudian.
Aku kaget luar biasa. Mommy duduk di ranjangnya. Dia menatapku penuh kebahagiaan. Aku hanya menunduk pasrah. Juno duduk di tepi ranjang dan langsung memelukku. Aku hanya diam dan diam. Otakku tak bisa berpikir saat ini.
Malang benar nasibku.
Aku akan menikah dengan gadis yang tidak jelas seperti apa bentuknya. Mati! Pasti aku akan ditertawakan oleh Netizen seantero, kalau mereka tahu aku akan menikahi seorang gadis desa yang tidak jelas itu.
"Jhoni, putuskan Bella. Besok pagi kita berangkat ke Bandung, ya! Mommy mau kamu ikut Mommy untuk melamar Darra. Kamu mau kan, Sayang?" Mommy dan Juno menatapku penuh harap.
"Kalau ini bisa membuat Mommy senang, aku nggak bisa menolaknya."
Mommy dan Juno bersorak riang mendengar jawabanku itu. Mommy langsung segar lagi seketika. Eh? Mommy sakit beneran atau cuma drama doang sih? Aku mulai curiga melihat persekongkolan Mommy dan Juno. Aku sudah ditipu rupanya. Sial! Mereka senang banget melihatku frustasi begini.