Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

HMT 3 - BALAPAN HOBI MERAJUT

Mobilku melaju santai setelah menjauh dari Aglonema Residence, dimana rumahku berada. Jalan mulai macet saat aku mengambil lajur kiri menuju rumah Ali, temanku yang tinggal di komplek Teratai Putih, komplek yang paling rawan banjir di Jakarta.

Aku pikir bisa ajak Ali ke bar atau ke apartemenku di jalan Ahmad Yani. Karena jalan macet, aku pun menyempatkan untuk menelepon Ali lebih dulu sebelum tiba di rumahnya. Mana tahu tuh anak nggak ada di rumah, pikirku jaga-jaga.

Baru saja aku menyalakan ponsel pintarku, sepasang mataku membulat melihat banyaknya pesan dan panggilan yang terabaikan. Hh, ini semua gegara Mommy dan Juno! Aku baru bisa buka ponsel setelah berhasil lolos dari mereka.

Jemariku mulai scrol pesan chat yang masuk. Ada ribuan, bahkan jutaan. Diantaranya dari para pacarku; Lolita, Bella, Mikha, Weny dan 53 lainnya. Jangan melotot, pacarku memang banyak. Tapi cuma Bella yang paling sering aku bawa kemana-mana, dan yang sering bobok sama aku.

Adapun Mikha, Weny dan yang lainnya, mereka cuma pacar kalau aku sedang boring pada sikap posesif Bella. Aku akan menemui mereka kalau Bella sedang marah padaku. Enak juga sih, punya banyak cewek. Ada cadangan kalau Bella sedang datang bulan.

Jemariku bergerak lincah pada layar ponselku. Satu-satu aku membalas pesan dari 57 pacarku itu. Astaga, jariku sampai kebas dibuatnya. Baru selesai 20, masih ada 37 lagi. Gilak! Capek juga ternyata. Tapi kalau aku nggak balas pesan mereka, pasti mereka bakal menyerbu ke rumahku. Bisa gawat kalau sampai mereka bertemu dengan Mommy nantinya.

"Jalan Wooy!"

Busyet! Aku kaget banget tiba-tiba ada seorang lelaki dengan rambut panjangnya yang dikuncir kuda sedang memasang wajah sangar di samping kaca mobilku. Aku sedikit linglung karena tadi sedang asik dengan ponselku. Mataku melihat ke sekelilingku. Pantas orang ini marah padaku. Jalan di depan mobilku sudah lapang. Sedangkan di belakangku ada puluhan mobil mengantri.

"Jalan, goblok! Malah bengong lagi lo!"

Bangke! Gue digoblokin. Dengan perasaan masih kaget, aku segera melajukan mobilku ke depan.

Siapa sih tuh, orang? Berani banget ngomong bahasa utan padaku. Awas aja kalau aku tahu rumahnya. Mau aku antar sembako yang banyak nanti. Kesalku pada lelaki kuncir kuda tadi yang menggertakku itu.

Sedang lancar mengemudi menuju rumah Ali, tiba-tiba ponselku berdering melantunkan lagu Jason Mraz idolaku. Sembari mengemudi, aku meraih earphone bluetooth dari saku hoodie-ku, lantas memasangkannya pada telinga kananku.

"Dimana lo, Bro! Nyokap lo sama Juno nyariin, tuh!"

Fuck! Suara Ali sukses membuatku sangat kaget.

"Gue di jalan menuju rumah lo," jawabku santai.

"Lha, ngapain lo kabur? Katanya lo kabur, ya!" Ali malah mengejekku. Aku menggelengkan kepala, lantas berkata, "Nanti gue ceritain sama lo. Sekarang lo dimana? Ada di rumah, nggak?" tanyaku sembari fokus menyetir.

"Ada. Ke rumah aja. Gua juga mau cerita banyak sama lo." suara Ali.

"Oke!" panggilan pun terputus.

Aku menekan pedal gas mobilku agar cepat tiba di rumah Ali.

Setelah satu jam berkendara, akhirnya mobilku berbelok memasuki komplek Teratai Putih dimana rumah Ali berada. Jalan komplek sudah agak rusak. Banyak lubang dan kubangan air karena hujan tadi malam. Aku kadang heran, kenapa Ali dan keluarganya nggak pindah saja dari komplek rawan banjir ini.

Padahal Ali dan family bukan orang susah. Mereka bisa membeli satu unit rumah di Aglonema Residence atau satu unit apartemen di pusat kota, daripada terus tinggal di pemukiman buruk ini, pikirku sembari mengimbangi kemudi mobil. Jalanan busuk ini membuatku tak bisa cepat sampai ke rumah Ali.

Sedang fokus mengemudi, tiba-tiba ponselku berdering lagi. Panggilan teralih secara otomatis pada earphone bluetooth yang masih nangkring manja di telinga kananku.

"Hubby, kamu dimana? Katanya kamu kabur dari rumah. Bener nggak?" suara Bella terdengar cemas.

Aku tersenyum tipis. Bella memang paling anti kalau aku kabur dari rumah. Entah kenapa. Setiap kali aku kabur dari rumah pasti Bella mati-matian membujukku agar kembali pulang.

"Aku di jalan mau ke rumah Ali. Aku baik-baik aja, kok."

Bella terdengar menghela napas lega mendengar jawabanku itu.

"Jhon, kamu ngapain sih, pake kabur segala? Mendingan kamu pulang deh, sekarang. Aku nggak mau kamu kesusahan nantinya." Bella mulai ceramah.

"Aku nggak kabur, kok. Aku cuma mau ke rumah Ali. Udah ya, aku tutup teleponnya."aku segera menutup panggilan dengan menekan pada bluetooth headset di telingaku. Persetan Bella pasti mencak-mencak. Aku malas mendengarkan ocehannya itu. Bella selalu nasehati aku supaya menurut pada Mommy. Padahal Mommy sangat membencinya.

Heran, kenapa sih, Bella ngotot banget supaya aku tetap nurut pada Mommy? Tapi dia nggak tahu kalau Mommy mau nikahin aku sama cewek nggak jelas. Coba kalau dia tahu, apa dia masih ceramain aku supaya menurut pada Mommy? Kurasa tidak, paling Bella menghabiskan satu mobil tisue guna menangis semalaman.

Gadis bernama lengkap Anabella Sahnaz itu memang sangat lebay. Paling pinter kalau drama. Aku aja suka heran padanya. Tapi sejauh ini aku sayang banget sama Bella. Tapi kalau untuk menikah dengan Bella, aku masih pikir-pikir dulu, sih. Meski aku seorang fuckboy, aku juga ingin menikahi gadis baik-baik untuk melahirkan anak-anakku nantinya.

Ah, sudahlah. Ngapain juga aku memikirkan menikah? Lebih baik aku ajak Ali ajojing malam ini, pikirku kemudian. Aku segera menambah kecepatan saat hampir tiba di gerbang rumah Ali.

Aku menepikan mobil Jeep putih milikku pada tepi jalan di depan pintu gerbang rumah Ali. Sepasang netraku membulat sempurna melihat mobil Mommy terparkir pada pelataran rumah Ali. Sial! Mommy dan Juno ngapain ada di rumah Ali? Apakah si Ali yang kenelepon Mommy? Sialan tuh anak! Minta aku racun pakai pembasmi kecoak barangkali.

"JHONI!"

Mati! Mommy dan Juno melihat mobilku. Tunggu apa lagi, aku segera tancap gas untuk kabur. Mommy dan Juno segera masuk mobilnya dan mengejarku. Gawat! Ali yang mengemudikan mobil Mommy saat ini. Ali Sanjaya, pembalap liar juara bertahan. Bisa saja dia berhasil mengejar mobilku. Aku mulai sedikit cemas. Mobil Mommy sudah kelihatan dari kaca spionku.

CKIIIT!!

Bangke! Mobil Mommy yang dikemudikan oleh Ali berhasil menghadang jalanku. Ali dilawan! Si Ali tersenyum miring padaku sebari keluar dari mobil BMW Mommy. Sedangkan Mommy dan Juno langsung lari ke tepi selokan setelah keluar dari mobil. Keduanya membungkuk sembari mengeluarkan isi perut mereka di sana. Nggak hilang ingatan juga masih beruntung naik mobil sama Ali, pikirku.

"Turun lo!" Ali menepak pintu mobilku.

"Bangke lo!" umpatku kesal seraya membuka pintu mobilku.

"Kenapa kabur segala? Kaya abegeh aja lo!" Ali menyalakan api rokoknya sembari bersandar pada pintu mobilku.

"Siapa yang kabur? Gue cuma mau ke depan doang, beli gorengan." aku mengelak karena Ali mencibir aksi kaburku ini. Aku tahu, Ali sudah mengenalku sejak lama. Kami bahkan sering kena hukuman bersama sewaktu SMA. Aku nggak bisa bohongi Ali.

"Siapa sih, namanya?" tanya Ali kemudian sembari menoleh padaku usai menghembuskan asap rokoknya lebih dulu.

"Siapa yang lo maksud?" tanyaku heran sembari menatapnya.

"Bangke. Nama cewek yang mau dinikahin sama elo, lah!" jawabnya lalu menyesap lagi pada batang rokoknya.

"Namanya Andara Rinjani. Usianya 19 tahun, hobi merajut dan membuat kue. Kulitnya putih, pupilnya cokelat terang, mukanya imut-imut mirip kucing angora. Sewaktu SMP juara satu nyanyi dangdut koplo di sekolahnya. Hehe ..."

Aku dan Ali saling pandang cengo, karena Juno tiba-tiba main nyerocos saja sembari berdiri di hadapan kami. Sedangkan Mommy tampak duduk lesu di pintu mobil sembari memegangi perutnya yang masih mual.

"Hobi merajut? Nyanyi dangdut? Nggak salah denger gue, Bro?" Ali tergelak tawa kemudian.

Aku jangan ditanya lagi, ucapan Juno tadi benar-benar membuatku pingin kabur ke planet mars saja. Gilak! Cewek macem apa yang Mommy pilihkan itu? Aku bahkan nggak mau melihatnya meski dalam fantasiku sekali pun! Karena setelah ucapan Juno tadi, yang muncul di kepalaku adalah gadis labil yang norak dan malu-maluin kalau diajak ke mall. Aku bergidig sembari memalingkan tubuhku dari Juno dan Ali.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel