Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

HMT 2 - KABUR KURAS DOMPET NARUTO

Diluar masih terang-menderang. Aku, Juno dan Mommy sedang bertatapan dingin di teras. Juno tersenyum sembari menoleh pada Mommy. Entah apa maksudnya. Pokonya aku butuh menjelasan dari mereka pasal ocehan si Juno tadi.

"Jhoni, cepat masuk dan siap-siap sana!" Mommy melipat kedua tangannya di bawah dada dengan melempar tatapan tajam padaku.

"Jelasin dulu, apa maksud si Juno tadi? Calon apa itu, tadi? Aku salah denger, kan?" tanyaku dengan wajah antusias menatap pada wanita dengan stelan kantor di hadapanku itu.

Mommy berdecak lantas berkata,"Apa yang dibilang Juno tadi memang benar, kok. Kita mau ke Bandung sekarang buat ketemu calon istri kamu." ucapnya dengan wajah acuh, tapi tatapan mata Mommy seolah melarang aku untuk protes.

"Apa? Calon istri? Ini maksudnya gimana sih? Calon istri aku siapa? Jangan ngadi-ngadi deh, Mom! Aku belum siap nikah. Apa lagi sama cewek nggak jelas begitu. Nggak, nggak. Aku nggak mau!" males debat lagi sama Mommy akhirnya aku putuskan untuk masuk mobil. Tapi eett ... tangan Mommy tiba-tiba narik topi hoodie-ku dari belakang.

"Mau kemana kamu? Cepat masuk rumah, siap-siap sana! Kita ke Bandung sekarang!" sepasang pupil Mommy hampir jatuh menatapku dengan geram.

Aku menelan saliva, lalu menoleh pada Juno yang masih berdiri di belakang Mommy sambil senyum-senyum ngeselin. Aduh, gimana nih? Males banget aku harus ikutin keinginan Mommy yang konyol itu; ketemu calon istri. Aku nggak bisa bayangkan deh, seperti apa gadis pilihan Mommy.

"Ayo masuk!" tangan Mommy masih aktif narik-narik topi hoodie hitamku. Dia menuntunku menuju pintu rumah.

"Nurut aja deh, Bang! Nggak bagus bantah mulu sama orang tua!" Juno puas banget melihatku udah mirip anak kucing yang ditenteng mau dibuang ke selokan sama Mommy.

Fuck! Aku mengacungkan jari tengahku pada Juno sembari memasang muka sebal. Tapi Juno malah tertawa melihatku. Sial emang! Punya adik kok ngeselin banget!

"Pakai stelan ini dan lekas keluar. Mommy sama Juno tunggu di ruang tamu." Mommy menaruh stelan jas hitam di atas ranjangku. Dia menatapku tajam. Wajah oplas Mommy yang cantik mirip Song Hye Kyo itu sudah berubah menjadi mirip Suzana ratu film horor.

Malang benar nasibku.

Aku memandangi stelan jas hitam yang tergeletak pada ranjang. Nggak! Aku nggak mau ke Bandung sama Mommy dan Juno. Ya, aku harus kabur daripada dinikahin sama gadis pilihan Mommy yang belum jelas bentukkannya itu.

***

"Makan yang banyak, Jack. Gue mau kabur. Besok-besok belum tentu kita ketemu lagi," ucapku pada Jackie, si burung beo jantan kesayanganku. Aku berdiri di tepi kandangnya sembari mengisi tempat makannya. Kandang mewah Jackie yang mirip rumah barbie itu ada di teras balkon kamarku.

"Bos Jhoni! Bos Jhoni! Bella! Bella!" pekik Jackie kegirangan karena aku mengisi penuh tempat makannya.

"Stttt ... jangan berisik, begoh! Nanti Mommy sama Juno denger," ucapku menaruh telunjuk di depan bibirku sembari menatap tajam pada Jackie.

Jackie langsung senyap. Dia emang beo pintar. Aku segera celingukan ke kanan dan kiri, lalu ke depan dan belakang. Sepertinya Mommy sama Juno nggak bakal tahu kalau aku turun dari teras balkon kamarku ini. Mudah-mudahan mereka nggak tahu.

"Jangan berisik ya, Jack. Gue mau kabur sekarang." Aku menatap Jackie tajam. Jackie hanya mematuk-matuk pada tempat makannya."Bagus. Makan sono sampai kenyang. Abis itu tidur, jangan banyak ngoceh. Oke!" Aku segera meraih dadung yang ada di pojok balkon. Tali dadung itu milik Mang Ujang, tukang kebun di rumahku. Kebetulan tertinggal kemarin sewaktu dia membuat tali jemuran.

"Jack, ingat pesan gue; jangan ngoceh. Awas lo kalo ngoceh, gue bakal jadiin elo burung goreng sambel pecel. Paham?" ancamku pada Jackie yang masih asik matuk-matuk pada tempat umpannya. Sepertinya aman. Aku segera mengikat dadung itu pada pagar besi balkon, lalu sisanya aku lempar ke bawah.

"Busyeet! Tinggi banget," pekkiku kaget pas melihat ke bawah. Tapi nggak pa-pa. Sebagai pria dewasa penerus kerajaan bisnis Geral Company Group, aku mesti berani.

Aku mulai turun pelan-pelan. Kedua kaki mulai melewati pagar balkon dan merosot turun ke bawah. Sedangkan kedua tanganku berpegang erat pada dadungnya. Sial! Tanganku bisa kapalan! Kasar banget dadungnya!

"Bos Jhoni mabur! Bos Jhoni mabur!"

Bangke! Si Jackie kenapa berkoar segala? Bisa gawat! Aku semakin mempercepat untuk segera turun ke bawah sebelum Mommy dan Juno mendengar ocehan si Jackie.

"JHONI!"

Mati! Mommy sama Juno udah ada di tepi pagar balkon kamarku. Kakiku jadi gemetaran sekarang. Aduh gimana nih? Mana masih di pertengahan begini. Antara ke atas dan ke bawah. Ini semua gegara si Jackie! Awas aja tuh beo! Aku suruh goreng nanti sama Bi Irah! Kesalku dalam hati.

"Jhoni jangan kabur kamu!" teriak Mommy sembari mengacungkan satu hils-nya ke arahku.

"Bang! Jangan kabur lo!" kali ini Juno yang juga menunjukku dengan sandal jepitnya. Tak menunggu lama, kedua benda kesayangan mereka itu pun melayang ke arah wajahku yang masih bergelantungan di bawah balkon.

Aku berhasil menghindar meski sandal jepit Juno sempat menepak jambulku. Juno terkekeh geli melihatnya. Bangke emang tuh anak! Aku pun segera loncat ke bawah. Aku melempar kiss bye dulu pada Mommy dan Juno yang masih berada di tepi pagar balkon kamarku.

"Bye!"

Aku melempar senyum puas, lantas berlari menuju mobil Jeep putih milikku di sana.

"JHONI!" Mommy meraung melihat mobilku yang sudah berlalu menuju pintu gerbang.

Tiba-tiba Mang Ujang dan empat security menghadang mobilku menuju pintu gerbang di sana. Aduh, gimana nih? Aku menepak kemudi mobilku kesal. Tak mungkin kan, aku melindas orang-orang itu.

"Mang Ujang, tolong tahan Jhoni, Mang! Tahan Jhoni jangan sampai kabur!" teriak Mommy cetar bener udah mirip toa mushola.

"Jangan kasih kendor, Mang Ujang!"

Bangke! Si Juno kompak banget sama Mommy. Aku mulai bingung mesti gimana, tapi aku tak mau mematikan mesin mobilku.

"Den Jhoni, turun Den! Jangan nekad, Den!" Mang Ujang menepak-nepak kaca mobilku. Sedangkan security yang lain ikut mengerumuni mobilku sembari menunggu Mommy dan Juno datang. Aku segera putar otak. Bagaimana caranya agar aku bisa kabur sekarang.

Sepasang netraku tiba-tiba melihat dompet Juno yang tergeletak pada dasboard mobilku. Sepertinya dompet dengan motif Naruto itu tertinggal saat Juno meminjam mobilku tadi pagi ke kampus. Aku tersenyum licik. Sepertinya aku bisa manfaatkan tuh, dompet si adik durhaka, pikirku cemerlang.

Aku segera membuka kaca mobilku. Wajah lega Mang Ujang dan beberapa security tersaji untukku. Aku tersenyum cengengesan pada mereka.

"Den, jangan kabur. Ayo kembali ke rumah. Kasihan Nyonya, Den." Mang Ujang langsung memberi pencerahan padaku dengan wajah melasnya. Wajah khas orang Tasik itu memang selalu sukses membuatku tersentuh.

"Mas Jhoni jangan kabur. Masa disuruh nikah kok malah kabur. Nikah itu kan, enak Mas!" kali ini Mas Triatno yang ceramahin aku. Umurnya sekitar 45 tahun, asli Brebes. Mas Tri ini  sudah menjadi security di rumahku sejak kami kembali ke Indonesia 20 tahun yang lalu.

"Yeee ... siapa juga yang mau kabur? Saya cuma mau ke depan aja beli gorengan," ucapku santai.

Aku terkikik geli melihat Mang Ujang dan para security itu saling pandang bingung.

"Btw, kalian pasti capek kan, ngejar-ngejar mobil aku tadi?" tanyaku pada mereka. Wajah mereka mengatakan "iya" dengan rahutnya yang lesu."Nah, gimana kalo aku kasih  money buat kalian? Mau nggak?" lanjutku kemudian sembari menaikan kedua alisku pada mereka.

"Mas Jhoni mau nyokong kita?" celetuk Mas Tri. Yang lain menatapku penuh tanya.

Bangke! Petugas di rumahku ini ternyata anti suap.

"Bukan, anggap aja ini benefit kalian karena udah bantuin Mommy ngejar mobilku tadi," jawabku.

Mereka manggut-manggut saling pandang. Sedangkan aku harus gerak cepat sebelum Mommy dan Juno datang.

"Nih, buat kalian. Bagi2 sana. Aku mau ke depan dulu beli gorengan," ucapku sembari menyodorkan sejumlah uang seratus ribuan yang aku kuras dari dompet Naruto si Juno tadi.

"Wah, makasih, Mas!" senyum berkembang pada bibir Mas Tri dan yang lainnya.

"Sama-sama." aku tersenyum dan segera menutup kaca mobilku, lantas berlaju menuju pintu gerbang.

"JHONI!"

Suara Mommy begitu cetar. Tapi sayang, mobilku sudah meninggalkan pintu gerbang dan beralih ke jalanan. Aku tersenyum tipis melihat Mommy dan Juno sedang mengejarku dari kaca spion mobil. Kejar aja sampai ngos-ngosan! Aku segera menambah kecepatan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel