Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 7 Tuan Muda Kedua Shen

"Nah, sekarang berikan keranjangmu itu."

Bai Changyi menarik lalu segera menggendong keranjang yang dibawa oleh Li Mei. Setelah itu dia kembali menenteng hasil buruan dengan tangannya.

"Ah, aku bisa melakukannya sendiri," kata Li Mei terkejut ketika menyadari keranjangnya sudah berpindah tangan.

"Ini tidak berat sama sekali," kata Bai Changyi.

"Lihat, tubuhku besar."

Li Mei melihat penampilan suaminya. Meskipun pakaiannya kusam, namun aura ketampanannya sama sekali tidak terganggu. Tubuhnya sangat tinggi dan kekar, bahkan tinggi badan Li Mei tidak sampai hingga pundaknya, padahal dirinya termasuk memiliki tinggi rata-rata wanita di zaman itu. Ketika melihat sosok Bai Changyi, Li Mei jadi teringat dengan drama-drama kolosal yang pernah ditontonnya dulu. Sosok Bai Changyi, sangat cocok apabila berperan sebagai seorang Jendral.

Bagaimana rasanya kalau dia digendong ala tuan putri oleh suaminya itu?

Li Mei tersentak dan segera membuang jauh-jauh pikiran tidak senonohnya itu. Benar-benar memalukan!

Bai Changyi sama sekali tidak menyadari perubahan raut wajah istrinya, dia hanya merasa sedikit heran karena istrinya tiba-tiba menunduk. Tidak lama kemudian mereka berdua berjalan menuju tempat penjualan hasil buruan.

Kota Shengcan sangat ramai hari ini. Banyak orang yang terlihat berlalu lalang. Di pinggir jalan, banyak juga penjual yang berteriak menawarkan barang dagangan mereka.

"Silahkan Tuan, jepitannya untuk kekasih tercinta! Dijamin kekasih anda akan merasa sangat bahagia ketika menerimanya!"

"Kue kepiting panggang masih hangat, silahkan silahkan!"

"Ayo masuk," ajak Bai Changyi ketika mereka sampai di depan sebuah toko.

"Aku tunggu di sini saja," tolak Li Mei, "di dalam terlalu ramai."

Bai Changyi menatap toko yang ada di hadapan mereka. Ya, ternyata memang sangat ramai. Pasti Li Mei akan merasa sangat tidak leluasa kalau ikut ke dalam.

"Aku akan menyelesaikannya dengan cepat, kamu tunggulah di sini," pesan Bai Changyi. Dia segera terlihat menghilang ke dalam kerumunan.

Li Mei melayangkan pandangannya ke sekitar, dan mencari hal yang kira-kira menarik. Dia melihat dan mendatangi sebuah kios kecil yang menjual berbagai macam aksesoris. Ternyata kios itu menjual banyak aksesoris yang terlihat indah. Li Mei mengambil sebuah jepitan kupu-kupu yang menarik perhatiannya.

"Silahkan Nona, jepitan ini pasti sangat cocok untuk rambut anda yang hitam dan panjang," pemilik toko terlihat menawarkan barang dagangannya dengan ramah kepada Li Mei, dia sama sekali tidak terlihat merendahkan Li Mei karena penampilannya.

"Berapa?" tanya Li Mei.

"Hanya satu tael perak," jawab pedagang itu.

Apa?! Satu tael perak?!

Li Mei mengembalikan jepit rambut itu dengan hati-hati.

"Apa kamu menginginkan jepit rambut ini, Nona? Ambil saja, aku akan membelikannya untukmu." Tiba-tiba terdengar suara seorang pemuda. Li Mei menoleh dan menatap pemuda tampan yang ada di hadapannya. Pemuda itu berkulit putih dan menggunakan pakaian yang terlihat mahal, rambutnya diikat dengan mahkota giok. Terlihat jelas kalau dia berasal dari keluarga bangsawan.

"Tidak, terima kasih," jawab Li Mei cepat.

"Ah, kamu pasti kaget. Perkenalkan, namaku Shen Fengying, aku tuan muda kedua dari keluarga bangsawan Shen," Shen Fengying langsung memperkenalkan dirinya saat melihat tatapan waspada Li Mei.

"Kalau boleh tahu siapa nama anda, Nona?" 

"Tidak perlu, mohon maaf, saya sudah memiliki su.."

"Li'er!"

Li Mei menoleh dan melihat Bai Changyi yang berjalan mendekat dengan tatapan muram.

Siapa laki-laki di sebelah Li Mei? Baru sebentar saja dia tidak melihatnya, Li Mei sudah didekati oleh pemuda yang kelihatannya berasal dari keluarga berada.

Shen Fengying menoleh dan mengikuti arah pandangan Li Mei. Keningnya berkerut ketika melihat seorang laki-laki sedang berjalan ke arah mereka, laki-laki itu bertubuh tinggi dan tegap dengan pakaian yang sama pudarnya dengan nona yang ada di sebelahnya.

"Apakah anda kakaknya?" tanya Shen Feng Ying ketika melihat Bai Changyi yang menatapnya dengan dingin.

"Tenang saja, aku tidak mengganggunya. Perkenalkan namaku Shen Fengying, tuan muda kedua dari Kediaman Bangsawan Shen. Aku tadi melihat Nona ini terlihat seperti menginginkan sebuah jepitan, jadi aku menawarkan diri untuk membelikannya," jelas Shen Fengying.

"Jepitan yang mana yang kamu inginkan?" tanya Bai Changyi kepada Li Mei.

"Tadi Nona muda ini menginginkan jepitan rambut kupu-kupu ini," kata penjual aksesoris seraya menunjuk ke arah jepit rambut kupu-kupu itu.

"Berapa harganya?" tanya Bai Changyi datar.

"Satu tael perak, Tuan," jawab penjual itu sopan.

Satu tael perak? Tentu saja dia akan memberikannya untuk Li Mei.

"Ini, kami ambil jepit rambutnya," kata Bai Changyi seraya menyerahkan satu tael perak dari dalam kantong uangnya.

Li Mei terbelalak saat melihat tindakan Bai Changyi. Dia tidak tahu berapa yang telah dihasilkan Bai Changyi dari hasil menjual barang buruannya, tapi Bai Changyi pernah berkata kalau hutang mereka kepada Nyonya Zhao akan lunas apabila dia menjual hasil buruannya sebanyak tiga hingga empat kali buruan. Jadi seharusnya tidak banyak bukan?

"Suamiku, aku tidak membutuhkannya," ucap Li Mei cepat seraya merebut satu tael perak dari tangan Bai Changyi.

Shen Fengying terkejut ketika mendengar perkataan Li Mei, "suami? Dia suamimu?"

"Benar, dia suamiku," jawab Li Mei.

"Tidak apa-apa, aku akan membelikannya untukmu," kata Bai Changyi seraya mengambil kembali uang dari tangan Li Mei dan memberikannya kepada penjual aksesoris. Setelah itu dia mengambil jepitan kupu-kupu yang diinginkan Li Mei dan memakaikan jepit itu di rambutnya.

"Memang cocok," ucap Bai Changyi seraya mengelus lembut pipi Li Mei.

"Ayo kita pergi sekarang."

Bai Changyi menggenggam tangan Li Mei dan menariknya pergi. Meninggalkan Shen Fengying masih berdiri tidak bergeming dari tempatnya. Dia menatap kepergian Bai Changyi dan Li Mei dengan tatapan yang rumit.

Li Mei melirik wajah Bai Changyi yang terlihat muram.

"Apa kamu masih marah?" tanya Li Mei. 

"Maaf, tadi aku baru saja mengatakan kepadanya kalau aku sudah bersuami, tapi kamu datang lebih dulu."

Bai Changyi masih terdiam untuk sesaat sebelum akhirnya mengatakan apa yang ada pikirannya, "aku.. aku tidak marah kepadamu. Aku hanya berpikir kalau aku harus bisa membahagiakanmu. Terlalu banyak laki-laki yang menginginkanmu di luar sana."

Ya, dia sangat sadar dengan tatapan para laki-laki kepada Li Mei sepanjang perjalanan mereka.

Walaupun pakaian yang dikenakannya kusam, namun wajah Li Mei tetap terlihat sangat cantik, kulitnya putih mulus. Matanya terkesan tajam, namun juga lembut secara bersamaan. Hidungnya mancung dan bibir tipisnya berwarna kemerahan alami. Belum lagi rambutnya yang hitam lurus dan panjang. Kehadirannya akan menarik perhatian siapapun. Bahkan Bai Changyi yakin, tidak akan ada seorangpun wanita yang dapat menyaingi kecantikannya di Dinasti Xing ini.

"Begitu juga aku. Terlalu banyak wanita yang melirik suamiku semenjak tadi, makanya aku harus menggenggammu dengan erat," celetuk Li Mei seraya mengencangkan genggaman tangannya.

"Apa kamu baru saja makan madu? Kenapa kata-katamu begitu manis akhir-akhir ini?" tanya Bai Changyi seraya menatap Li Mei dengan lembut.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel