Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 5_NIKAHI CUCUKU!

"Mas, tolong ambilkan handuk! " perintah Luna yang menghentikan langkahku.

"Oooh iya-iya, " jawabku membalik badan.

Aku memukul kepalaku sendiri, mengumpat diriku yang bodoh. Bagaimana bisa aku turunkan gengsiku akan mendekatinya lebih dulu. Aku ini pemimpin perusahaan, sering bertemu wanita cantik. Yudha! Yudha! Ambil kewarasanmu kembali, bicaraku sendirian.

Setelah menyerahkan handuk pada Luna, aku beringsut mundur. Wanita itu juga seolah cuek mengelap seluruh tubuhnya.

"Segera hubungi tukang ledeng, pastilah ART yang di sini tahu!" seru Luna sambil memutar-mutar rambutnya, berjalan dan memasuki kamarnya.

Aku tak berkedip melihat lekukan tubuh istriku itu. Dia istriku kenapa dia secuek itu saat-saat dingin begini?!

Kuambil air mineral di sampingku, kuteguk dengan cepat. Aku haus. Sangat haus. Walau tubuhku basah begini. Pikiranku berputar.

Siapa Luna? Mengapa dia mau menikahiku? Untuk menolongnya? Dari apa?

Bagaimana wanita bercadar itu mampu melakukan hal yang tak bisa aku lakukan sebagai laki-laki? Lentik jarinya tak memberikan tanda ia lemah.

Luna pasti bukan wanita biasa saja. Dalam dirinya wanita ini, ada sesuatu. Sesuatu yang harus aku gali. Sebuah rahasia. Apa itu?

Aku terus berpikir. Jika kupikirkan, keluarganya juga aneh di mataku. Seperti ada yang kurang. Katanya dia yatim piatu dan selama ini tinggal bersama paman dan bibinya. Laki-laki hitam, keriting berbadan kekar bersama dengan wanita gendut yang giginya kuning itu mengaku orang terdekat Luna. Bagaimana bisa kedua orang aneh itu bisa memiliki Luna yang seperti boneka berbi?

Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tak gatal.

Kakek, yah... Aku harus mencari tahu tentang istriku sendiri dari tua bangka genit itu. Semenjak nenek meninggal 10 tahun yang lalu, dia terlalu banyak mengenal perempuan. Tapi tak ada yang ia nikahi. Ia pasti tahu, siapa Luna sebenarnya!

POV 3

Luna menutup pintu dengan cepat. Dingin sekujur tubuhnya membuat ia segera melepas seluruh pakaiannya begitu saja. Wanita itu melompat di atas kasur lalu membalut tubuhnya dengan selimut.

"Laki-laki bodoh! Selalu membuatku harus repot! " umpatnya menggigil.

Ia merasakan pinggangnya sakit. Wanita berkulit bersih itu merenggang mencari posisi ternyamannya, memejamkan mata, mencoba tidur.

Luna berkeringat, bulir-bulir bening jatuh dari pelipisnya.

"Moom..Deeedy..." Luna menggeleng-gelengkan kepalanya. Bibirnya kering.

"Mommy! Deedy!" teriaknya.

Luna bangkit dengan nafas yang memburu. Diusap keringatnya dengan cepat. Ia memandang pintu, takut-takut Yudha masuk.

"Sial! Kapan mimpi ini akan berakhir?! "

Ia meraih botol minuman yang di atas nakas samping kasurnya.

Gleek.. Gleek...

Luna merasa energinya terkuras. Matanya melihat dinding kamar. 02.00 dini hari. Rasa kantuknya sudah menguap.

Wanita itu berdiri dan mengeluarkan laptopnya dari nakas. Salah satu caranya mengisi waktunya ketika tak bisa tidur adalah mendengarkan suara gemericik air di sungai, suara burung di hutan, suara angin berhembus. Biasanya cara itu ampuh membuatnya terlelap.

Ketika internet sudah terhubung, beberapa pesan masuk.

My Angel, pengiriman aman. Sudah ditranfer.

Luna mengulum senyum senang.

Ada penawaran si putih, keuntungan 50%.

Jari lentik itu pun mengetik.

Sudah kukatakan, tak akan berhubungan dengan barang laknat itu lagi. Tolak!

"Menjadi orang yang lebih baik itu memang rada susah, " lirihnya mengerucutkan bibir.

Bagaimana malam pertamanya My Angel?? Jebol ya?

Marimar

Kau diet saja, tak usah mau tau! Jangan lupa, atur pertemuanku dengan The Lord! Secepatnya! balas Luna.

"Ketua gengster setan itu takkan bisa menyudutkanku. Sudah kupegang data matinya. Dia harus memberiku penjelasan mengapa ia sampai membunuh 2 anak buahku! Kutu alas! " umpat Luna meneguk kembali minumannya.

Kembali ia melihat, ada pesan lagi.

Semoga cucuku tak merepotkanmu ya, My Angel. Aku titipkan dia. Tolong jagalah dia untukku

Aderald

Luna mencebik.

"Ccch..cucumu payah! "

Ingin rasanya ia mengirim ucapannya itu namun entah kenapa, seperti ada yang menghalanginya. Yah, sebuah rasa yang disebut sungkan.

Luna memanyunkah mulutnya, membiarkan laptopnya menyala.

Pikirannya berputar pada peristiwa ketika ia menolong kakek tua itu dari sekapan kawanan perampok.

"Siapa mereka? " tanya Luna.

"Palingan suruhannya Si Hitam, " jawab Aderald masih gemetar.

"Aku sudah tak berurusan dengan dunia itu lagi! Jangan dia memancing begini! " seru Luna dengan mata menyala karena marah.

"Saya juga sudah jelaskan saat dia menawarkan dagangannya. Tapi dasar Si Botak jelek itu tak pern

ah mau mendengar. Dia ingin My Angel tetap menjadi bandar barang haram itu! "

"Sudah cukup kehilangan bapak dan ibuku yang membuat aku berhenti untuk masuk dunia hitam itu! Katakan, berhentilah atau kuputuskan urat-urat nadinya nanti! " ancam Luna dengan gerahamnya yang berkedut.

"Bbaaik, Angel, " jawab Aderald gugup.

"Apa mereka melihat wajahmu? "

"Iya, My Angel, " jawab Aderald dengan nafasnya memburu ketakutan.

"Sudahlah, biarkan saja! "

Aderald menghela nafas lega. Ia tahu, budaya keluarga mafia ini. Jangan sampai ada yang tahu wajah mereka. Kalau sampai ada yang tahu, mereka akan mendapatkan hukuman cambuk 100x.

Laki-laki tua itu adalah generasi awal yang mengabdi di keluarga Luna. Ia selamat dari penyergapan malam itu sebab sedang tidak berada di tempat. Ayah Ibu gadis itu adalah mafia yang bergerak dalam jual beli obat-obat terlarang.

Mereka memilih diam dan dihukum mati. Luna selamat bersama Aderald dan 2 anak buah mereka, Marimar dan Gaston. Nama asli mereka tak ada yang tahu. Mereka memilih melupakan nama lahir untuk menemukan jati diri yang baru.

"Kita harus hijrah, Aderald! Memulai hidup yang lebih terhormat. Kau tahu, aku bermimpi, ibuku datang dalam mimpiku, memintaku untuk berhenti! "

"Semua tergantung My Angel saja. Investasi Nyonya dan Tuan tetap ada dan kapanpun bisa kau ambil, " ujar Aderald.

"Biarkan saja. Aku ingin memulai hidupku seperti wanita pada umumnya, " lirih Luna.

Aderald menggumam seperti berpikir.

"Seperti menikah? " tanya Aderald.

Luna tertawa renyah.

"Aku lebih mudah menemukan yakuza daripada jodoh, " kelakar Luna.

Aderald masih bergeming. Urat-urat wajah tuanya menegang terlihat ia sedang berpikir keras.

"Aku akan ke luar negeri. Mungkin di sana, aku bisa melupakan semua hidup burukku di sini! "

"Jangan, My Angel. Saya mohon. Ibarat rumah, kau adalah lampu bagi kami di sini! Bisniss jual beli berlian ini masih permulaan."

"Lalu, kau ingin aku terus bersembunyi di sini, di tempat terkutuk ini? "

"Tak perlu, My Angel. Kau bisa tinggal bersamaku. Bukankah semua itu milikmu? "

"Terimakasih kau sudah menghargaiku, Aderald. Tapi aku tak punya alasan yang tepat untuk bersamamu di dunia luar. Akan banyak hal yang perlu dipertimbangkan, " ujar Luna.

"Saya ada ide, My Angel. Mohon maaf jika ini menyinggung perasaanmu. Kau bisa masuk ke dalam keluargaku, hanya dengan cara ini, " ujar Aderald berapi-api.

Luna mengernyitkan dahi.

"Nikahilah cucuku! "

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel