Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

03. Persahabatan Lima Orang Anak

Birdben adalah desa di mana aku dilahirkan dan dibesarkan. Tak ada yang spesial di desaku ini. Bahkan pemukiman manusia yang terletak di dalam hutan ini pun tak lebih luas dari lapangan golf skala sedang.

Yang membedakan desaku dari desa-desa di wilayah lain seperti desa Nyalzh, desa Azwath, dan desa Banshee yang letaknya ada di sebelah Utara dan Selatan hanyalah pagar kayu setinggi 20 meter yang bertujuan melindungi kami semua dari serangan makhluk asing. Contohnya seperti serigala, beruang, atau dari serangan goblin yang telah menjadi momok warga desa ini sejak puluhan tahun yang lalu.

Walau hanya terbuat dari kayu, setidaknya pagar tersebut bisa melindungi kami semua dari ancaman makhluk buas di luar sana. Tapi, kenapa tidak dibuat dari batu saja, ya? Bukankah batu lebih kuat dan kokoh? Bahkan jika ada banteng yang membenturkan kepala beserta tanduknya ke dinding, maka dinding itu tidak akan runtuh.

Yah, aku tahu jika menggunakan bebatuan apalagi membeli material lainnya di ibukota itu akan menyita banyak waktu juga uang. Ah, ya, aku lupa memberitahukan jika sebenarnya desaku ini dahulunya juga pernah diserang oleh binatang yang muncul dari hutan Lakebark. Selain menjadi tempat persembunyian para goblin, hutan itu juga menjadi tempat bersarangnya para beruang grizzly yang kelaparan.

Sebenarnya beruang itu merupakan hewan yang melakukan hibernasi. Mereka melakukannya pada saat musim dingin demi menghemat energi yang ada di tubuh besar mereka, karena selama musim dingin itu seringkali makanan di habitat mereka menjadi langka dan susah didapat.

Yah, sebenarnya aku hanya membagikan apa yang kudengar saja dari Nenek, bukan berarti aku meyakini di dalam hutan Lakebark itu ada goblin atau makhluk yang serupa dengannya. Aku tak ingin mempercayainya bahkan jika kenyataan itu sama sekali tidak mengancam nyawaku.

Aku masih berharap cerita tentang desaku yang diceritakan oleh nenekku ini hanyalah omong kosong belaka darinya. Siapa yang akan percaya dengan wanita tua yang isi otaknya dipenuhi dengan hal-hal tak masuk akal?

Bukannya aku membenci nenekku sendiri, hanya saja aku tak suka dengan caranya memperlakukanku seperti anak nakal yang harus selalu diberikan nasihat tentang dunia dan isinya. Terutama memberikan kisah mengerikan yang mampu membuatku tak bisa tidur semalaman!

Kisah tentang beruang yang menyerang warga itu aku juga tidak bisa mempercayainya, karena di buku sejarah yang ada di sekolahku tak pernah tercatat kasus seperti itu pernah terjadi di desa ini.

Kecuali jika beruang itu gagal berhibernasi dan sangat kelaparan. Maka beruang ini akan mulai beralih ke sumber makanan yang tidak ditemuinya dan tentu saja itu bukanlah makanannya yang biasa, tapi kenyataannya manusia juga tidak cocok menjadi salah satu mangsa beruang. Sebab, serangan predator oleh beruang pada manusia itu sangat jarang, guru matematikaku pernah berkata demikian.

Jadi, tak ada cerita yang bisa kupercayai saat ini. Tidak goblin, tidak juga beruang.

***

Kicauan burung masih terdengar menyapa gendang telinga, saling bersahut-sahutan menyanyikan melodi berirama. Suara ternak yang ribut di dalam kandang memancing beberapa orang peternak untuk memeriksa seluruh area peternakan, takut jika di sana mereka menemukan anjing liar kelaparan yang sedang memakan seekor ayam untuk menjadi santapan paginya setelah beberapa hari tak mengisi perut yang hanya terbalut dengan kulit, hingga tulang rusuknya terlihat.

Aroma kayu bakar menguar keluar dari cerobong asap rumah-rumah warga, dengan berbagai aroma masakan yang khas dan membuat perut menjadi bergejolak.

Rutinitas di pagi hari yang biasa saja bahkan sering dijumpai di pemukiman penduduk yang berada jauh dari kota. Desa kecil yang damai serta hanya mengandalkan apa yang didapatkan dari alam sekitar juga hewan ternak yang daging dan susunya yang menguntungkan.

Sama seperti hari-hari sebelumnya, tak ada yang spesial di pagi Minggu yang tampak cerah ini. Orang-orang masih beraktivitas seperti biasa dan aku senang karena masih bisa menghirup aroma pagi hari yang dipenuhi dengan bau khas petualangan.

Hari itu, aku dan teman-temanku berjanji akan bermain di dekat perbatasan hutan Lakebark.

Kami akan memainkan permainan Gorodki, yaitu sebuah permainan yang menyerupai permainan bowling atau permainan yang dimainkan dengan cara menggelindingkan bola khusus menggunakan satu tangan, tetapi Gorodki ini berasal dari negara Rusia saja.

Permainan ini memang terlihat cukup sulit bagi orang-orang yang tak tahu cara memainkannya.

Padahal, cara memainkannya cukup mudah.

Pertama, lima batang kayu akan disusun dalam sebuah kotak seluas tiga meter persegi yang disebut dengan Gorod. Kemudian, dari jarak sekitar 10 meter, seorang pemain harus menumbangkan susunan batang kayu tadi dengan menggunakan tongkat kayu panjang yang disebut dengan Gorodki.

Setiap pemain dalam permainan ini akan diberikan kesempatan untuk menumbangkan kayu-kayu tersebut sebanyak tiga kali. Jika ternyata tak ada yang bisa menumbangkan kayu-kayu itu, maka timnya akan kalah dan yang menang bisa mengambil keuntungan dari kekalahan tim lawan. Permainan ini bisa dimainkan berdua saja, bisa juga dimainkan beregu. Yang penting bermainnya jangan sendiri, nanti dikira gila.

Yah, karena aku tidak mungkin bisa memainkannya seorang diri, maka aku kemudian mengajak keempat orang sahabatku yang juga memerlukan sebuah sarana hiburan dari kota yang tak ada apa-apanya ini dan kemudian kami akan memutuskan sendiri cara bermainnya.

Yang kalah maka wajahnya akan dicoret menggunakan spidol warna merah yang tidak permanen. Sebenarnya tidak harus di wajah, bisa juga dilakukan di bagian tubuh yang mana saja. Terserah kepada sang pemenang pokoknya, karena dialah yang akan memutuskan melukis di sebelah mana.

Intinya dalam permainan ini, karena aku yang mencetuskan peraturannya pertama kali, maka akulah yang harus menjadi pemenang dan mencoret muka tim lawan. Bukankah menyenangkan jadi seorang pemenang dan mendapatkan apa yang kita inginkan? Hehehe.

Yah, aku tak sabar ingin menunjukkan bakat seniku kepada semua orang. Diawali dengan hal-hal kecil dulu, misalnya seperti melukis di wajah Ivanoff, mhuhehehe. Semoga aku tak di satu tim dengannya.

Aku lupa membagikan hal penting, aku punya empat orang sahabat di desa ini. Merekalah yang membuatku betah tinggal di tempat yang tidak ada wahana apa pun selain permainan tradisional. Teman-temanku itu sama penakutnya denganku, kau tahu? Mereka tidak suka dengan kisah Nenek yang kuberikan kepada mereka. Bagi mereka, itu mengerikan. Yah, memang penakut, kecuali salah seorang di antara mereka. Namanya Ivanoff, dia tak pernah takut dengan apa pun.

Karena teman-temanku itu penakut, mereka tidak suka saat aku mencetuskan ide bahwa kami akan bermain di sebuah lapangan kosong yang letaknya terlalu dekat dengan hutan Lakebark. Suara-suara aneh terkadang menyapa kami dan itu berasal dari hutan terlarang itu, suaranya sangat mengerikan padahal saat itu siang hari. Namun setelah mengawasi sekitar selama beberapa saat, akhirnya teman-temanku setuju untuk bermain di dekat sana.

Toh, tak akan ada yang terjadi pada siang hari.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel